bertemu lagi?

4 2 38
                                    

Reyna POV

Hari ini aku sudah janji bertemu dengan dokter kandungan langganan aku dirumah sakit untuk kontrol. Tirta tadi bilang dia akan menunggu dirumah sakit, jadi aku berangkat bersama mama dan bapak. Aku sudah menyiapkan semua perbekalan untuk mama, daru nasi, air panas, handuk-handuk, tisu, minyak kayu putih, minyak angin di satu tas. Jika biasanya aku hanya menyiapkan air putih 1 botol kecil, ini mau tidak mau bawaanku cukup banyak.

Sampai dirumah sakit pun, mama harus di tuntunkan. Aku seperti mengantar beliau kontrol bukan beliau yang mengantarku kontrol. Dirumah sakit pun, mama terus aja menghina-hina tirta, dibilang lah tirta tidak siaga, tirta tidak peka, tirta tidak perhatian. Gerah aku mendengarnya, namun aku hanya bisa diam, rumah tanggaku aku yang merasakan bagaimana perhatiannya tirta.

"Tirta mana? Dia datang gak? Jangan jangan dia gak datang lagi. Dokternya blm dateng ya? Mama minta nasi mama tadi rey." Pintanya.
"Bentar lagi datang ma, ini nasinya ma." Ujarku sambi memberikan bekal mama.

Aku diam, sesekali aku melihat hp, mencoba cek apakah ada pesan dari roy atau sisi mengenai toko. Aku melihat tanggal, sepertinya pembayaran listrik, air, dan sewa toko masih aman terkendali. Tanggal gajian roy dan sisi pun masih lama. Tirta juga sore suka cek kembali masalah toko. Tak lama kemudian, tirta datang langsung menghampiriku.

"Udah daftar dek?" Tanyanya sambil mencium puncak kepalaku. Aku mengangguk mengiyakan.
"Dokter belum datang ya? Kamu udah makan belum?" Tanyanya sambil mencium tangan mama dan bapak.
"Belum mas. Bentar lagi kayaknya, aku dapat nomor 2 tadi. Udah kok, kamu udah makan belum mas?" Tanya ku kembali.
"Udah." Jawabnya sambil duduk di sampingku.

"Rey, simpen nih, temani mama ke toilet yok" ajak mama sambil memberikan kotak makannya tadi. Aku segera mengambil dan menyimpannya kembali di tas. Aku dan mama segera pergi ke toilet.

"Kamu gak mau kekamar mandi? Tunggu sininya sebentar ya." Ujar mama. Saat aku menunggu, aku bertemu dengan farhan keluar dari toilet pria.

"Reyna?" Tanyanya
"Iya, gimana kabar?" Tanyaku kembali.
"Baik rey, kamu sudah hamil? Tambah cantik kamu." Ujarnya sambil menyalami tanganku. Sedikit aku merasa malu dia berkata begitu.
"Iya, makasih. Kamu sedang apa disini?" Tanyaku.
"Intan keguguran, dia dirawat disini belum sadarkan diri." Ujarnya sedih. Tiba-tiba mama datang.
"Siapa rey?" Tanya mama.
"Ini farhan ma, teman rey waktu dikediri." Ujarku.
"O yang pengacara itu ya?" Tanya mama.
"Belum jadi pengacara tante, masih calon." Ujarnya sambil mencium tangan mama.
"Coba kamu jadi sama reyna dulu, pasti tante bahagia. Pas lah sama reyna." Ujar mama spontan
"Mama, apaan sih, mas tirta mau dikemanain?" Tanyaku bercanda.
"Ah suami kaya gitu, bisanya cuma ngatur aja, jagain kamu juga gak becus, kamu diajak susah aja." Ujar mama. Farhan terkejut mendengarnya.
"Tante, saya permisi ya, mau liat teman saya yang dirawat. Rey, nomormu masih yang lama kan? Nanti aku chat ya." Ijin farhan pergi.
"Iya nak farhan, kapan-kapan main kerumah reyna di jakarta." Ujar mama. Farhan pun pergi.
"Mama kalo ngomong jangan begitu kenapa, mas tirta mau dikemanain ma? Lagi pula rey lagi hamil lho." Ujarku.
"Mama yakin dia lebih kaya dari tirta. Pengacara pasti banyak duitnya. Lagipula dia gak jelek-jelek amat kok." Ujar mama.

Aku pergi meninggalkan mama. Aku benci banget kalo mama sudah bersikap begitu disaat aku sudah menikah. Saat sampai di ruangan periksa, dokter sudah sampai. Akupun langsung diperiksa oleh dokter.

------------------------------------

Farhan POV

Intan masih belum sadar kan diri. Aku tidak kerja, masih menunggunya dirumah sakit bersama bapakku. Orangtua intan tidak bisa datang, karna ibu pingsan saat mendengar kabar intan keguguran dan sekarang kondisinya lemah sekali dikampung. Orangtuaku datang pagi-pagi sekali sampai dirumah sakit. Begitu datang aku langsung di hajar sama bapakku, dia begitu marah mendengar intan keguguran.

Setelah bicara  banyak, aku ijin ke toilet. Saat ditoilet aku bertemu reyna, dia sedang hamil, perkiraanku sekitar 5 bulanan, dia begitu cantik dam mempesona diriku. Dia bersama mamanya, entah dimana tirta aku tidak melihatnya. Mamanya yang ceplas ceplos menggodaku bahwa merasa kecewa aku tidak menjadi suami dari anaknya.

Sepanjang aku berjalan menuju ruangan intan, aku memikirkan reyna. Aku memang suami kurang ajar, namun jika intan meminta pisah, mungkin aku punya kesempatan mendekati reyna melalui mamanya. Reyna begitu cantik dan sempurna, aku menyesal telah menyia-nyiakannya.

Saat aku diruangan intan, aku melihat dia sudah sadar, bercerita banyak dengan kedua orangtuaku. Aku segera datang menghampirinya. Aku harus bersikap baik kepadanya karna dia baru saja keguguran. Dokter menyarankan hal itu.

"Gimana keadaanmu tan? Maafkan aku membuat kita kehilangan anak kita." Ujarku sedih.
"Karna udah gak ada lagi anak, lebih baik kita pisah. Maafkan aku ya ma, pah. Tapi intan minta pisah sama farhan karna intan tau farhan gak benar-benar cinta intan." Ujarnya dihadapan kedua orangtuaku. Mereka terkejut mendengar ucapan intan, menatapku meminta penjelasan atas ucapan intan.
"Intan bisa kita bicarakan ini nanti saat kamu sudah pulih benar." Ujarku lirih.
"Sekarang atau nanti sama saja kan hasilnya." Ujarnya sinis.

Aku diam saja, tidak menanggapi omongan intan. Aku melihat matanya begitu penuh dendam dan marah. Aku tidak bisa bicara bebas didepan orangtuaku dan dirumah sakit. Aku ingin dia memberikan aku kesempatan untuk memperbaikinya sekali lagi. Jika ditanya sedih, aku begitu berat kehilangan anak kami. Walaupun awalnya aku tidak menginginkannya, namun ikatan batin membuatku menyayanginya meski dia belum lahir kedunia.

Aku keluar kamar intan, aku begitu lelah selama 2 hari tidak tidur menemami intan dirumah sakit. Aku baringan di kursi lorong rumah sakit. Tanpa terasa aku tertidur.

----------------------
Reyna POV

Dokter memberikan beberapa obat untuk menambah imunku. Tirta mengantar kami kembali kerumah menggunakan mobil yayasan. Mama begitu meremehkan tirta, sepanjang jalan mama menanyakan tentang farhan, keluarganya, sekolahnya, umurnya. Aku menjawab sekedarnya saja. Aku melihat wajah tirta merah marah yang di pendamnya. Ya tuhan, mama begitu menyebalkan. Sesampai dirumah, tirta ijin untuk istirahat dikamar. Aku pun mengikutinya menggantin pakaianku.

"Kamu marah mas? Maafin mama ya." Ujarku lembut sambil mendekatinya yang sedang berbaring di tempat tidur kami.
"Aku bisa apa, memang aku hanya guru, dia pengacara, harta pasti lebih banyak dia lah. Wajar kan jika mama kamu bicara seperti itu." Ujarnya sinis.
"Mas, aku gak ada kepikiran tentang farhan. Kebetulan tadi ketemu makanya mama tau soal farhan. Jangan marah gitu dong, nanti aku cium nih." Ujarku manja.
"Aku gak suka mama kamu membandingkan kami rey, jika memang aku kurang mapan, kenapa dulu dia jodohkan kita?" Tanyanya menangis.
"Mas, jangan nangis ya, aku kan cintanya sama kamu, gak perduli mau mama suka sama farhan atau gak, aku cintanya sama kamu, lagi pula aku gak mau juga ganti bapak untuk anak2 kita ini. Kamu aja udah cukup sayangku. " ujarku sambil mencium pipinya.
"Iya, kita hari ini beli matang aja ya, kamu jangan masak. Nanti kenapa-napa sama anak kita, mama kamu yang aku salahin." Ujarnya. Aku hanya mengangguk. Aku keluar kamar menemui mama dan bapak, bertanya mau makan apa, untuk dipesankan.

"Mama mau tumis kangkung kaya kemaren aja rey, biar mama tidurnya pulas, trus masakin air panas dong buat mandi mama." Pinta mama
"Bapak  apa aja terserah kamu aja." Ucap bapak pengertian.

Aku pu  memasak kembali kangkung untuk mama dan memesan makanan online untuk kami bertiga. Tirta masih sedikit kesal dengan mama, cuma dia bisa menutupi rasa kesalnya.

*******************

Dikit kali ini babnya... jangan marahbyak... wkwjw

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang