Reyna POV
Aku terbangun jam 12 malam dalam keadaan terengah-engah. Mimpi yang aku alami tadi begitu mengerikan. Aku melihat tirta sedang duduk didepan meja samping tempat tidur kami, dia sedang serius memperhatikan laptopnya.
"Mas kok belum tidur? Besok kerja kesiangan lagi." Ujarku sambil duduk dipinggir tempat tidur.
"Hmm, Ini laporan aku kok gak balance, salah dimana aku gak tau rey. Kamu kok bangun? Lapar ya?" Ujarnya tanpa mengalihkan pandangan ya kepadaku.
"Sini aku cek, iya laper mas, bikinin aku mie rebus mas." Ujarku manja.
"Ah, nanti kaya tadi pagi akhirnya aku yang makan mienya, kamu tinggal tidur." Ujarnya sambil bangkit dari tempat duduknya mendekatiku mencium puncak kepalaku.
"Gak kok. Janji. Buatin ya, aku pengen." Ujarku sambil memanyunkan bibirku.
"Iya mas buatin. Muach. Jangan dimanyunin nanti mas ciumin terus." Ujarnya sambil pergi keluar kamar.
Aku duduk di kursi yang tadi diduduki tirta. Aku mencoba cek kembali laporan keuangan yang tirta kerjakan. Aku begitu asik mengerjakannya hingga tanpa sadar tirta sudah berdiri di sampingku membawa mangkok yang berisikan mie rebus dengan dibawahnya piring agar tidak tumpah.
"Rey, ini mienya, nanti keburu ngembang." Ujarnya.
"Iya mas. Ini kamu salah masukin akun sama jumlahnya. Jadi gak balance lah. Udah aku benerin coba kamu cek lagi. Ini struknya udah aku susun sesuai akun ya." Ujarku sambil mengambil mie dari tangan tirta dan duduk disamping tempat tidur untuk makan.Tirta pindah kembali kekursinya dan cek kembali ulang pekerjaanku. Aku begitu lahap memakan mie rebus ini. Rasanya beda antara masakanku dan masakan tirta.
"Enak ya? Aku mau dek" ujar tirta manja yang tiba-tiba sudah duduk depanku memperhatikan aku makan. Aku berhenti dan memberikannya garpu.
"Enak banget mas, aku mau nasi. Ambilin mas." Ujarku manja. Tirta hanya tersenyum melihat tingkahku, diapun pergi mengambil nasi untukku
Aku beruntung tirta bukan tipe suami seperti yang pernah aku dengar dari beberapa teman-temanku. Dia termasuk laki-laki yang bertanggung jawab dan begitu memanjakan aku, walau yah ada beberapa kekurangan dan kesalahan kecil yang pernah dia lakukan terhadapku namun bukankah itu wajar namanya juga manusia. Tirta datang membawa sepiring nasi untukku.
"Dek, sini mas suapin aja. Tiba-tiba mas pengen nyuapin kamu." Ujarnya. Aku mengangguk senang, tirtapun mulai menyuapi aku.
Setelah makan, aku duduk diatas tempat tidur. Tirta sudah berbaring disampingku, aku melihat dia akan tidur. Tingkah usilku pun mulai mencoba menganggunya. Aku mendekatinya mengecup bibirnya singkat. Tirta terkejut, dia tersenyum aneh melihatku.
"Kamu nakal ya, dari tadi pagi usil banget. Awal awal hamil aja, aku minta cium selalu nangis, aku minta ML pasti nangis udah kaya abis diperkosa, giliran udah perutnya makin gede makin usil, malah akunya yang kewalahan ngeladenin kamu. Udah yah, malem ini bobo aja, nanti mama denger kamu yang repot dek." Ujarnya dengan mata terpejam.
"Dih gitu. Dia ungkit-ungkit awal hamil dong. Emang kalo mama denger repotnya apa?" Ujarku menggodanya.
Aku akui waktu pindah ke surabaya, aku dalam keadaan hamil trisemester pertama, dan itu begitu menyiksaku walau tidak mengalami morning sickness sama sekali namun entah mengapa tiap tirta mencium bibirku, atau tirta memintaku melakukan hubungan intim aku merasa begitu jijik dan berdosa. Entah apa yang aku fikirkan saat itu, namun itulah yang terjadi.
"Ya repot, emang kamu gak malu apa kalo kedengeran, apa lagi sekarang ini kamu makin liar."ujar tirta sambil mencium perut ku.
"Dara dira, kalian jangan bikin mama kalian usil kaya tadi ya. Nanti kalo nenek sama datuk kalian udah gak disini baru boleh badung" ujarnya kembali. Akhirnya kami pun tertidur.
--------------------
Farhan POV
Aku terbangun mendengar suara pintu dibuka oleh seseorang, sayup-sayup aku mendengar suara orang meracau. Aku keluar kamar, menuju ruang tamu. Aku melihat intan dibopong oleh seorang pria - yang tidak aku kenal - dalam keadaan meracau, aku tahu jelas intan pasti habis meminum minuman keras. Entah dimana dia minum, namun aku tahu pasti yang diminumnya bukanlah miras yang mahal.
Aku mengucapkan terima kasih kepada pengantarnya yang bernama juna, aku mengaku kakaknya intan. Aku pun membawa intan kekamar kami, dan mengganti semua baju kotornya. Jika ditanya marah, tentu saja aku marah namun aku mencoba sabar menghadapi intan. Aku mencoba memahami alasan di bersikap seperti ini namun besok pagi akan aku coba membicarakannya denganu intan. Akupun mencoba tidur kembali.
********************
Keesokan paginya.Aku sudah menyiapkan sarapan untuk aku dan intan, saat intan keluar kamar.
"Kamu sudah bangun, ayo sarapan." Ujarku lembut.
"Malas" ujarnya kembali kekamar.Aku mengejarnya mencoba membicarakan kejadian semalam.
"Intan, semalam kamu kemana, kok pulangnya mabok?" Tanyaku.
"Kemana kek, apa masalahnya sama kamu." Ujarnya ketus.
"Ya masalahnya kamu diantar laki-laki semalam intan, dan aku ini masih suami kamu lho" ujarku sabar.
"O jadi aku diantar pulang, bagus lah jadi ada alasan ketemu lagi untuk ucapin terima kasih, suami? Memang pernikahan ini masih bisa dijalankan?" Ujarnya dengan nada sinis dan tatapan benci kepadaku.
"Masih, aku masih mau memperjuangkan pernikahan ini, mau kamu seperti apapun, aku akan terus memperjuangkannya." Ujarku tegas.
"Kita lihat aja seberapa kuat kamu menghadapi aku. O iya, wanita pujaanmu sedang hamil ya? Gimana kalo aku buat dia mengalami yang aku rasakan?" Ujarnya mengancam. Aku melihat amarah dimatanya, dan emosi yang begitu ditahan olehnya.
"Jangan kamu ganggu dia, dia gak salah apapun intan, ini masalah kita, gak ada hubungannya sama dia" ujarku lemah
"Sepertinya kamu masih mencintai dia ya? Kita lihat seberapa besar cinta kamu sama dia, Hahaha... coba kamu peringatkan dia supaya hati-hati. Biar semakin jahat aku membuat dia menderita." Ujarnya dengan nada mengerikan.
"Aku tidak mencintai dia intan, aku mencintaimu. Aku mohon jangan berbuat keji intan." Ujarku memohon. Aku melihat kesenangan dimatanya melihat aku memohon, rasanya tercabik-cabik harga diriku saat ini, namun aku tidak ingin orang lain menderita karna intan.
"Kita lihat saja nanti." Ujarnya sambil berlalu kembali kekamar.
Aku bimbang harus bersikap apa, aku tahu intan tidak main-main dengan ucapannya, tapi aku juga tidak ingin membuat rumah tangga reyna hancur. Ya tuhan beri aku petunjuk.
--------------
Tunggu bab selanjutnya ya guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNA
RomanceBerawal dari kisah cinta periode kampung inggris pare, hingga berujung cinta gila yang berusahan memisahkan cinta sejati.