rasa kecewa

6 1 13
                                    

Hari ini sungguh melelahkan, setelah semalaman aku merenungi ucapan pamanku, malam ini aku harus mencoba bertanya dengan farhan secara benar, tapi tidak akan aku bilang dengan serius. Aku merasa malu jika aku yang meminta dengan serius. Tak lama kemudian ibuku sudah tertidur, aku mencoba menghubungi farhan.

"Assalamualaikum" ucapku saat dia angkat video callnya.
"Walikumsalam, gimana kondisi kakekmu?" Tanyanya.
"Ya masih sama seperti kemaren. Kamu gimana kerjaannya lancarkah?" Tanyaku kembali.
"Biasa saja." Ujarnya. Aku rasa ini saatnya aku mencoba bertanya sambil tertawa.
"Nikah yuk?" Ujarku dengan nada datar.
"Ayuk, tapi kalo menurut aku bukan lebih baik kalo kita tinggal bareng dulu, nanti kalo jadi, baru nikah." Jawabnya dengan nada serius. Sejujurnya ucapannya membuatku sedikit terkejut, tapi aku tidak menunjukan ekspresi apapun.
"Kenapa gitu?" Tanyaku kembali.
"Kalo nikah, kita belum tau apakah kita cocok apa gak, tapi kalo tinggal bareng dulu kan bisa sambil penjajakan cocok apa gaknya." Jelasnya, aku sedikit kecewa dengan ucapannya namun aku sudah mencoba melempar umpan, jika tanggapannya seperti itu, aku bisa berbuat apa.
"Jadi gimana kerjaan mu, lancar? Ngapain aja sih jadi paralegal itu" ujarku mengalihkan pembicaraan.

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan jam 2 malam. Aku mengatakan ingin tidur. Diapun setuju untuk memutuskan pembicaraan. Sepanjang telp tadi aku sungguh tidak mengingat apapun yang dia ceritakan. Aku mencoba mencerna semua ucapan pamanku dan ucapan dia. Setelah itu aku pun tertidur.

-------------

Hari ini hari yang sangat menyedihkan, kakekku meninggal setelah dipasang ventilator. Kami semua berduka, namun aku tidak dapat menangis sama sekali. Acara pemakaman kakekku sungguh melelahkan. Aku sudah tidak memikirkan farhan. Aku lelah, aku ingin menangis 1 kali saja saat ini.

--------------

Sudah hampir 3 bulan semenjak kematian kakekku, aku tidak menghubungi farhan. Aku banyak berfikir tentang jawaban farhan akan pertanyaanku untuk menikah, dan juga tentang ucapan mauda soal pernikahan. Aku memcoba mencerna semua itu untuk menarik kesimpulan.

Jika ditanya kedalam hati nurani, aku merasa sangat kecewa dan terhina oleh ucapan farhan. Aku merasa bahwa farhan tidak sungguh-sungguh menyukaiku. Walaupun dulu aku pernah tinggal 1 rumah dengan dani saat kami pacaran, tapi kondisi aku dengan farhan berbeda. Aku merasa bahwa dia hanya ingin mempermainkan diriku karna dia tahu bahwa aku sangat menyukainya.

Aku berfikir dengan sangat dalam, apapun alasan dia tidak ingin menikah namun mengapa harus memberikan aku pilihan untuk tinggal bersama tanpa ikatan apapun. Apakah salah jika aku berfikir dia hanya mempermainkanku. Ditambah pula aku mencoba memahami kata-kata mauda tentang pernikahan. Aku sedikit tersadar bahwa farhan hanya ingin memainkan perasaanku.

Walau begitu terkadang dia muncul dalam ingatanku dan menganggu aktifitasku, contohnya saja saat ini. Aku sedang bekerja menghubungin konsumen perusahaan tempatku bekerja - semenjak kembali kejakarta setelah kakekku meninggal aku memutuskan untuk bekerja diperusahaan orang lain, bukan usaha mandiri lagi - untuk menanyakan mengenai pembayaran tagihan perusahaan, aku melihat farhan membuat snap whatsapp. Seketika aku rindu dengannya.

--------------------

Setelah melihat snap whatsapp farhan beberapa hari yang lalu, aku tidak konsentrasi bekerja. Rasa rindu begitu mendera, bagaimanapun aku mengalihkan fikiranku, tetap saja rasa rindu ini menjadi prioritas. Akhirnya aku mencoba menghubunginya kembali, hanya untuk menanyakan kabar dan melepaskan rasa rindu. Sepertinya dia sedang sibuk, aku mencoba mengirim pesan singkat.

'Hai, gimana kabar? Bagaimana disana? Lancar semua urusankah?' Begitulah isi pesanku kepadanya.
Aku melanjutkan pekerjaanku sambil sesekali aku melihat hp untuk memastikan apakah sudah dibalas atau belum olehnya.

--------------

Sudah dua hari setelah aku mengirim pesan kepada farhan baru dibalas olehnya.

'Hai, baik, ya begini sajalah. Lancar kok. Kamu bagaimana?' Tanyanya kembali. Hatiku cukup bahagia menerima kabar darinya. Saat aku ingin membalas pesannya, aku dipanggil atasanku.

--------------

Hari ini begitu banyak pekerjaan yang membuatku lelah, aku melihat hpku. Tiba-tiba aku teringat akan pesan dari farhan. Segera aku membalasnya.

'Aku baik. Semua lancar. Syukurlah kalo lancar semua.' Jawabku seadanya.

------------------

Sudah 2 minggu setelah pesan terakhir aku dan farhan, aku terlalu sibuk dengan pekerjaan, masalah keluargaku yang rumit. Tiba-tiba ada pesan masuk dari farhan yang sangat mengejutkanku.

'Hai, minggu depan aku ke jakarta, bisa kita bertemu?' Tanyanya.

Hatiku berlompat, dia ingin kejakarta, sungguh aku rindu dengannya. Walau aku tahu ini salah, namun aku merasa begitu berbunga-bunga. Aku begitu mencintainya, ya tuhan.

'Kapan? Bisa kok kabarin aja' balasku.

Mungkin aku begitu bodoh karena cinta, sudah tahu aku disakiti terus menerus olehnya namun yang aku tahu rasanya aku begitu bahagia dia mengajak bertemu.

----------------------

Sudah satu minggu semenjak kabar dari farhan mengajakku bertemu, aku belum mendapatkan kabar darinya. Aku ingin menghubunginya terlebih dahulu, namun aku malu. Aku tidak ingin dia tahu bahwa aku begitu excited untuk bertemu dengannya karna sejujurnya aku begitu bahagia, hingga aku mengerjakan pekerjaanku dengan begitu senang.

Aku jadi teringat masa lalu saat aku bersama dani. Aku yang begitu meledak-ledak dalam emosi, baik bahagia maupun sedih. Berpasangan dengan dani yang begitu tenang dalam berekspresi, saling membagi emosi. Aku menjadi sedikit terkontrol dalam berekspresi dan dani lebih manusiawi dengan emosi yang muncul. Namun entah mengapa aku merasa bahwa farhan tidak membagi emosi yang di punya. Hanya aku yang memberikan segala perasaanku, emosiku.

Aku kembali teringat ucapan pamanku, aku juga melihat beberapa temanku yang sudah menikah, aku juga teringat ucapan indah akan buruknya farhan, semua teringat dikepalaku. Aku ingin menyelesaikan perasaan ini. Aku ingin berhenti mencintainya, namun aku begitu jatuh cinta dengannya.

Saat perjalanan pulang dari kantor, aku mendapatkan pesan dari farhan.

'Besok, aku ke jakarta. Urusan kerja, bisa ketemu malam gak?' Isi pesannya membuatku berbunga-bunga seketika.
'Jam berapa? Trus dimana?' Balasku segera.
'Jam 10, di hotel ibis gajah mada' jawabnya.

Aku terhenyak seketika. Mungkin aku begitu mencintainya, namun jam 10 malam dan di hotel. Walau 1001 alasan berputar dikepalaku membenarkan permintaannya, namun logikaku tidaklah hilang. Dia minta bertemu disiang hari saja jika dihotel aku tidak akan mau, apa lagi ini malam. Disamping aku takut ibuku khawatir, aku juga tidak ingin mengambil resiko apapun karna kejadian aku dengan bondan pun karena kami janjian bertemu di hotel padahal itu disiang hari.

'Liat besok ya. Aku gak janji' balasku.
'Tenang aja aku gak akan nyentuh kamu kecuali kita sama-sama mau' balasnya.

Jika aku tetap pergi sepertinya aku menjadi orang bodoh kembali. Kenapa dia bisa membalas seperti itu jika memang tidak ada fikirannya untuk itu. Logikaku menguatkan hatiku untuk menghentikan ini semua namun seperti yang sering dikatakan indah, dian, dani. Bahwa cinta itu kadang membutakan logika. Aku bimbang pergi atau tidak.

>hai... maaf hanya sedikit bab kali ini. Semoga suka ya... hahahaha...<

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang