Tirta POV
Reyna tertidur kembali setelah menyusui kedua anakku. Aku melihat wajahnya yang pucat membuatku merasa sedih. Semenjak reyna melahirkan hampir setiap hari farhan menghubungiku menanyakan perihal kabar reyna. Walau aku tidak menyukainya, tapi entah mengapa aku merasa kasihan kepadanya.
"Halo, walaikumsalam, iya han, aman, reyna? Udah sehat kok, iya. Lo kapan ke surabaya? Minggu depan? Oke kita kayaknya minggu depan udah balik dari rumah sakit. Reyna udah baik, anak anak juga kata dokter masih perlu di observasi sampai stabil kondisinya dan bisa dibawa pulang." Ujarku kepada farhan ditelp.
"Intan sendiri gimana kabarnya? Udah lebih baik dia? O gitu. Yaudah hati hati lo diperjalanan. Walaikumsalam" diakhirinya telpku.
Aku keluar dari kamar reyna, mencari buah-buahan yang bisa dimakan reyna dan menambah nafsu makannya. Aku kasian melihatnya begitu pucat karna habis nutrisinya menyusui kedua anak kembar kami. Menurut dokter kami sudah bisa pulang kembali kerumah bersama dengan anak-anak kami. Walau mereka harus kontrol setiap minggu, untuk memantau kondisinya, tapi aku cukup bahagia, dokter mengatakan mereka sudah melewati masa kritisnya.
Aku kembali kerumah sakit, saat menuju kekamar, aku melihat reyna bicara dengan seseorang di telp, aku melihat wajahnya begitu murung. Aku membuka pintu, reyna kaget dan segera mematikan telpnya. Aku diam tidak bertanya. Aku merasa jika dia tidak cerita artinya dia merasa tidak perlu diceritakan. Aku duduk disampingnya.
"Ini aku beliin apel, pisang sama buah naga, kamu mau yang mana? Biar aku siapin?" Ujarku tanpa melihat wajahnya.
"Eh? Hm, gak usah mas, nanti aku ambil sendiri." Ujarnya agak kikuk.
"Yaudh, aku keluar dulu mau ke tempat anak-anak. Kangen pgn liat mereka. Kamu istirahat, besok kita udah bisa pulang." Ujarku datar sambil bangkit dari tempat duduk.
Aku langsung keluar dan menuju ruang bayi.
--------------------------------------
Reyna POV
aku melihat sekeliling kamarku, tirta tidak ada di ruangan ini. aku begitu merindukannya, aku sadar tirtalah rumahku pulang dari semua masalah yang ada. mungkin saja aku mencintai farhan saat dulu, namun saat ini aku sadar aku menyayangi tirta. aku teringat apa kata-kata intan terakhir sebelum aku mengalami pendarahan yang membuat ku harus melahirkan prematur.
flashback on
"aku tidak tahu apakah kamu mencintai suami mu saat ini rey, tapi aku yakin kamu memahami dengan jelas bahwa terkadang rumah itu tidak selalu tempat yang kita cintai, namun rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berbagi keluh kesah dan kebahagiaan itu berawal. Meskipun aku tidak pernah mendapatkan cinta farhan, tapi aku rasa aku sudah memberikan rumah yang nyaman untuk farhan pulang." ujarnya sambil melihatku dengan tatapan yang aku tidak bisa menjelaskannya.
"aku tidak mencintai farhan tan, dan aku yakin dengan sangat bahwa aku mencintai tirta dengan sepenuh hati." ujarku menjawab ucapan intan.
"benarkah? lalu apa buku ini? apa tulisanmu ini tidak menunjukkan kamu mencintai dia? aku tidak tahu apa suamimu tahu atau tidak, tapi aku begitu merasakan rasa cintamu kepada farhan rey. fikirkan bagaimana perasaan kami berada diantara kalian." ujarnya mulai menangis.
"aku tidak bermaksud seperti itu. dulu saat di pare aku pernah berjanji akan menulis sebuah cerita tentang dia dan aku. mungkin aku pernah mengaguminya, tapi aku fikir saat ini itu bukan lah cinta, hanya sebatas rasa kagum. " jelasku dengan nada bergetar menahan rasa malu.
"benarkah? aku harap itu adalah yang sebenarnya terjadi. kamu tahu, kamu begitu beruntung dan aku begitu sial ada diantara kalian. entah mengapa tuhan membuat takdir kita begitu rumit"tangis intan tidak kunjung reda.
"intan, maaf jika keberadaanku saat itu membuat kamu sulit pada akhirnya. percaya dirilah bahwa farhan akan mencintaimu pada akhirnya. aku sungguh tidak memiliki perasaan apapun padanya. aku hanya menyayangi dan mencintai tirta dan calon anak kami. aku minta maaf jika kamu keguguran itu karna aku penyebabnya. aku harap kamu bisa memahaminya. jika farhan datang kepadaku lagi, aku akan secara tegas untuk menolaknya seperti saat terakhir kali dia mencoba mengatakan cinta kepadaku. pulang lah, sepertinya kamu perlu istirahat intan, maaf aku tidak bisa mengantarmu kedepan." ujarku sambil mengusap pundaknya.
intan pun keluar dari ruanganku setelah membersihkan airmatanya. sepeninggalan intan, aku hendak kekamar mandi, tapi perutku rasanya keram, sakit yang tidak tahan, aku mencoba memanggil lili, namun suara tidak keluar, dan akhirnya aku tidak sadarkan diri.
flashack off
tirta datang sambil membawakan bubur ayam untukku. aku melihatnya begitu lusuh, dan kusut. rasanya aku ingin bangkit dan berlari kepelukannya dan menangis sejadi-jadinya sambil mengatakan aku mencintai kamu, namun entah mengapa yang keluar dari mulutku tidak seperti itu.
"om, kusut banget, lagi bokek ya? kasian. sini sama dedek, hahaha." godaku kepadanya.
"om, om, emang sejak kapan aku nikah sama tantemu rey, tapi kalo tantemu lebih hot dari kamu aku mau deh. hahaha" jawabnya membuat aku ingin marah.
"apaan sih, sebel tau gak liat kamu kucel gitu, kamu gak ngurusin diri sendiri ya mana bajunya buluk gitu, kemana tirta yang rapi itu, ditambah muka kamu kusut banget kaya uang 1.000 an yang udah expire masa berlakunya." ujarku dengan bibir manyun.
"Aku ingin tau apa yang sebenarnya terjadi sampe kamu bisa seperti ini, kamu gak pikirin anak2 kita apa? Kamu membela intan?" Ujarnya heran
"Ini murni kesalahan aku, aku kelelahan, sampai drop aku, untungnya anak kita gak apa2 kan sayangku. Udah gak usah buka jalan permusuhan, aku sehat anak kita sehat. O iya, setelah ini aku rasa aku gak akan ke toko lagi, biar aku mantau dari rumah aja ya." Ujarku.
"Hmm yaudh cepar kamu sembuh biar kita pulang kerumah lebih cepat" usapnya kepalaku.
Sungguh aku sudah melepaskan farhan, dan menyayangi tirta. Dan aku mulai membangun hidup baru bersama tirta dengan bahagia.
------- the end
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNA
RomanceBerawal dari kisah cinta periode kampung inggris pare, hingga berujung cinta gila yang berusahan memisahkan cinta sejati.