semakin parah

10 1 6
                                    

Dirumah

Aku mengambil beberapa pakaian untuk menginap dirumah mama dan disusun kedalam tas ransel kesayanganku. Tiba-tiba tirta menahanku untuk menghentikan packinganku.

"Aku suruh rara nginep disini ya? Jangan tinggalin rumah dalam kondisi kita ribut. Aku mohon kamu tetap disini sampai kita berdua ketemu pemecahan masalah ini." Jelasnya menjawab tatapanku yang penuh tanya.

"Mas, kamu itu kenapa sih? Kamu minta aku lupain farhan, minta aku jujur sama kamu, tapi kamu juga gak ijinin aku menghentikan ini semua mas." Bentakku, emosiku sudah memuncak. Dia diam menatapku dengan tatapan sedih.

Aku duduk di pinggiran kasur. Berfikir apa yang harus aku lakukan. Dia duduk disamping ku. Mengenggam tanganku, menyandarkan kepalanya dibahuku, memejamkan matanya. Aku sendiri sebenarnya tidak ingin meninggalkan dia, karna terbiasa tinggal bersama, aku mulai menyayangi dia. Tapi aku juga harus jujur pada diriku sendiri, bahwa dihatiku masih tersimpan nama farhan.

"Mas, kamu tau gak, sebenarnya gak perlu kamu memaksa aku untuk mencintai kamu saat ini karna aku sudah menyayangi kamu seperti dulu ketika aku bersama dani mas. Memang aku terkesan egois meminta kamu membiarkan aku mencintai farhan untuk saat ini, tapi jika kamu terus memaksa, hanya rasa sakit yang kamu dapatkan mas. Kamu sudah menikahi ku, dimata dunia dan agama aku adalah istrimu. Aku yang terlalu takut untuk menjalani pernikahan, menerima kamu sebagai suamiku, panutanku, apa itu masih kamu pertanyakan rasa hormat dan rasa sayangku mas?" Tanyaku.

"Apa segitu mengerikan sebuah pernikahan dimatamu rey? Apa sangat sulit untukmu menjalani pernikahan ini?"tanyanya tanpa merubah posisi sama sekali.

"Ya aku melihat orang sekelilingku menderita karna pernikahannya. Mama bapak, bitengah, teman-temanku. Melihat pernikahan mereka sungguh membuatku takut menikah. Tapi saat menjalani bersama kamu, aku merasa tenang bahwa yang akan menuntun aku dalam hubungan ini ya orang yang mengerti agama, jadi setidaknya aku tidak akan salah dalam bertindak mas."jelasku.

"Mama bapak kamu kenapa? Yang aku lihat pernikahan mereka baik, malah dibilang harmonis." Tanyanya bingung.

"Mas, alasan aku menerima kamu yang mereka. Mereka ingin aku menikah, namun farhan sendiri tidak siap menjalani hubungan apapun denganku, belum lagi masalah rumah tangga mama bapak yang selalu di sangkut pautkan oleh mama. Aku seperti burung disangkar emas, menderita dengan semua peraturan mama, menderita dengan semua kata- kata hinaan selama ini kepadaku. Kecurigaan mama terhadapku. Namun tetap aku menghormatimu sebagai suami dan menghargai pernikahan ini" jelasku panjang lebar, tidak ada jawaban lagi dari tirta. Aku mendengar suara nafasnya yang teratur, dan badannya yang semakin berat, aku merasa dia sudah tertidur. Aku mencoba menggeser badannya yang besar agar berbaring ditempat tidur dengan nyaman.

-----------------

Dikediri

Rara marah dengan farhan, membuat jarak aku dengan  farhan semakin besar. Aku yang selalu ingin melindungi adikku tersayang ini melihatnya menangis, aku menjadi marah terhadap farhan. Dan sudah beberapa waktu ini aku semakin dekat juga dengan bang kenan. Walau rara sudab berkali-kali mengingatkan aku untuk tidak dekat dengan bang kenan, tapi aku tetap dekati dia, ya hanya sebagai teman bicara saja. Seperti hari ini, dia meminta tolong aku untuk membelikannya makanan - karna dia sedang menunggu member baru - dan mengantarnya ke office.

"Nih, pesananmu. Belum datang membermu kah bang? Aku bosan di camp, kelas masih 1 jam lagi masuk, aku disini gak papa kan?" Ijinku untuk beristrihat disini.

"Iya, belum datang tuh member, tau bentar lagi kali. Kamu tau gak, kalo aja aku boleh jadiin kamu punya aku, pasti rasanya bahagia banget. Kamu itu polos, manis, pintar, dan galak. Hahahaha." Ujarnya sambil tertawa menggoda aku. Aku hanya diam menggelengkan kepala.

" gimana  kamu sama farhan sudah baikan?" Tanyanya, bang kenan memang tau hubungan kami merenggang tapi kami tidak marahan.

"Siapa yang berantem, aku cuma agak kesel aja. Kata rara dia mau ajak bicara rara nanti sore. Rara  minta aku ikut." Jelasku dengan sedikit berbohong.

Memang tadi pagi aku bilang kepada rara, farhan ingin bertemu meminta maaf kepada rara. Aku memang menghubungi farhan, memberitahunya betapa sedih rara atas perlakuannya, dan farhan meminta bertemu.

"Aku ke kelas ya, rara nungguin dikelas, barusan chat aku." Ujarnya sambi meninggalkan bang kenan sendiri di office.

-----------------------

Dikediri

Selesai kelas siang ini, aku mengajak rara ke warung bude untuk menemui farhan. Saat disana, farhan bersama temannya, bang iman, aku duduk didepannya, farhan mengajak rara duduk agak jauh dari aku, tanpa tahu apa yang mereka bicarakan aku mendekati mereka dan marah besar kepada farhan.

"Kamu tuh gak bisa apa kalo ngehina orang liat tempat. Kan bisa kalo emang rara buruk saat speaking, kenapa kamu teriak depan umum, kamu itu kan sarjana, kenapa caranya kaya orang kampung, nyerang didepan umum. Gak semua orang bisa terima dengan sikapmu." Cecarku saking kesalnya aku melihat rara menangis lagi.

"Iya aku minta maaf, tapk bisa gak usah bawa-bawa pendidikan aku gak? Ini gak ada hubungannya dengan titelku ya." Ujarnya lebig marah.

"Terserah, kalo emang tidak mau disangkut pautkan kenapa kamu harus menghina rara saat dia masih sebagai pembicara kemaren seperti orang pasar." Ujarku kasar. Mungkin  dia sakit hati. Aku tidak perduli. Aku pun meninggal mereka dari pada aku semakin marah disana.

Setelah rara kembali ketempatku, aku mengajaknya pulang ke camp. Aku tidak memperdulikan sama sekali reaksi farhan. Mungkin farhan kesal atau takut aku tidak perduli sama sekali.

---------------------

Dirumah

Aku kembali bertanya kepada diriku sendiri, apa yang ingin aku lakukan untuk pernikahan ini. Hatiku masih mencintai farhan, namun aku juga tidak mengharapkan dia mau menjalin hubungan denganku. Yang aku harapkan selama ini hanya dia mengucapkan bahwa dia menyukai, bahwa yang aku rasakan itu tidak salah. Bukan hanya menduga-duga saja. Tapi untuk pernikahan ini akan berakhir karna farhan, aku tidak mau. Bagiku, menikah hanya 1 kali, mau aku mencintai suamiku atau tidak, aku akan mempertahankan pernikahan ini.

Aku kembali mengingat bagaimana aku takutnya untuk menjalani sebuah pernikahan. Peran sebagai istri tidaklah mudah. Sampai saat ini saja, aku belum bisa berbakti sesungguhnya terhadap suamiku. Aku menikah hanya karna aku ingin bebas mencapai cita-citaku. Dan tirta mendukungku. Aku ingin bebas menjalani hal-hal yang aku sukai, aku ingin terus menambah ilmuku. Aku ingin memperdalam agamaku. Tirta memberikan semua kesempatan itu. Lalu alasan apa yang membuatku menyudahi pernikahan ini.

------------------------

>maaf pendek banget ya. Please koment ceritanya untuk membangun cerita ini semakn bagus. Terima  kasih sudah membaca. <

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang