sakit hati

14 1 4
                                    

Jakarta, 1 minggu setelah kembali dari kediri

Aku perlahan memulai kembali lembaran mimpi yang lama sudah aku buang menjauh dari kehidupanku. Semenjak pulang dari kediri, aku sedikit berambisi untuk mengejar cintaku, farhan. Aku mulai mencoba menulis kembali, melamar pekerjaan kembali, memasarkan kembali jasa percetakanku kembali agar aku bisa kembali segera ke pare. Aku berfikir farhan mungkin sekitar 6 bulan lagi disana, mungkin kami bisa memperbaiki hubungan yang sempat retak. Aku masih suka chat dengan beberapa orang yang masih berada disana seperti kak nina, farhan, bang kenan, kak naima, kak iyas, kak eca, kak esca, bang husni, bang valent, dan bang dika. Banyak info yang aku dapatkan dari mereka tentang farhan. Seperti pagi ini, aku mendapatkan pesan dari kak nina, aku yang sedang berbelanja sayuran di tukang sayur, melihat sekilas, namun belum aku membacanya. Saat dirumah, aku membuka pesan tersebut, ternyata pesan suara, aku segera mencari earphone untuk mendengar pesan tersebut.

"Kak, gimana kabar? Baik kan ya, nina teh mau cerita kak, tapi kakak jangan marah ya" aku mendengar suara nina. Aku pun membalas pesan tersebut dengan tulisan
'Iya kak, cerita aja' jawabku, tak lama kak nina membalas dengan pesan suara kembali.
"Kemaren pas aku mau pulang, aku kan ngobrol sama bang farhan ya, terus aku teh nanya kak, bang farhan sebenernya teh suka gak sih sama kak reyna"
"Trus bang farhan jawabnya gini kak, kak nina, kak reyna itu emosinal, gak pantes disukain kali, gitu kak katanya masa"
"Pas aku tanya kenapa bisa gitu, trus dia jawab, ya emang kak reyna marahnya nyeremin, emosinya gak kekontrol, gitu kak"

Begitu isi 3 pesan suara dari kak nina, bagai di sambar petir rasanya aku saat mendengar pesan suara itu, entah benar atau tidak kata-kata kak nina, aku sangat kecewa kepada farhan dan marah terhadap kak nina. Aku segera meminta ijin untuk membeli garam, agar aku bisa bicara leluasa diluar rumah, karna aku tidak mau orangtuaku mendengar kata-kataku kepada nina. Aku segera menghubungi nina.

"Halo, apa maksud kak nina ikut campur masalah hubungan aku dengan farhan? Kenapa kakak kepo banget sih jadi orang? O, aku tahu, kakak mau balas dendam gara-gara aku tegor kak nina masalah kakak dengan winda ya? Asal kakak tau ya, posisi kakak saat itu seperti apa, kakak ganggu hubungan orang lain, aku tau kok, kakak diem-diem suka jalan sama cak aid padahal kakak tau cak aid itu pacarnya winda kan? Sekarang kakak mau ganggu hubungan aku sama farhan hah?" Maki ku sejadi-jadinya.
"Gak gitu kak, aku cuma mau tau, kalo kak reyna kan emang keliatan suka sama bang farhan, makanya aku kepo, gak maksud buat hubungan kakak sama bang farhan jadi rusak kak" ujarnya menangis
"Tapi cara kakak salah kak, pantes aja pacar kakak batalin pertunangan kalian, jangan samain aku sama kakak ya, aku batal nikah karna aku yang nolak, bukan tuh laki yang mutusin, jangan terlalu ikut campur lah kak urusan orang, o iya, apa kakak lagi cari perhatian dari bang farhan ya? Emang gak ada laki-laki lain apa sampe harus ngerusakin hubungan orang lain mulu." Ujarku sinis, aku mendengar suara terisak-isak disana
"Udah lah kak, gak usah nangis, aku udah gak simpati lagi sama kakak. Intinya jangan ganggu hubungan pribadi aku, rara, ataupun winda. Paham" ujarku sambil mematikan telp.
Aku membuka WA aku cari nama farhan, aku kirim pesan suara.
"Apa maksud kamu bilang kalo aku emosional dan gak pantes buat disukain ke nina? Hah? Kamu kira kamu siapa" bentak ku.
"Kalo gak suka bilang aja, gak usah pake bilang aku emosional, kamu bilang aku emosional kan, ini aku emosional sekarang"
"Kami gak tau apa-apa soal aku, kamu gak tau bagaimana hidup aku, jadi jangan seenaknya bilang aku emosional ya."
"Aku udah berkali-kali meminta maaf langsung kepadamu, tapi bukan berarti kamu bisa menghina aku emosional. Kamu mau lihat aku yang emosinal? Hah?"
"Aku memang suka sama kamu, tapi bukan berarti kamu bisa menjudge orang dengan semaunya. Jawab pertanyaanku farhan." Bentakku dalam pesan suara yang aku kirim

Aku belum merasa puas, aku sangat marah dengan kata-kata nina tentang yang dikatakan farhan. Aku pulang kerumah, dan menangis sejadi-jadinya dikamar mandi sambil mandi. Rasanya begitu sakit hati ini mendengar kata-kata nina tentangku dimata farhan. Selesai mandi, rara mendekatiku.

"Kak, lo kenapa, tadi nina chat gw nanya kakak kamu kenapa marah-marah ke aku gitu katanya."tanya rara kepadaku
"Nih denger sendiri" aku berikan hp ku untuk didengar rara. Rara mendengarkan pesan suara dari nina
"Gila, yaudh biarin aja, gw  omelin nanti." Ujar rara
"Hmmm" ujarku. Heran aku terhadap nina, kenapa apa-apa ngadu, seolah-olah mencari pembelaan, perlu aku beri peringatan ini anak.

'Kak, kakak ada masalah apa sama aku? Kenapa kakak mau hancurin hubungan aku sama rara juga? Kakak maunya apa sih, aku gak pernah ganggu urusan kakak, aku cuma jaga jangan sampai kakak di labrak sama winda, tapi kakak malah ganggu hubungan aku sama farhan, trus ngadu ke rara, maunya kakak itu apa sih?' Ku kirim pesan ke nina, semoga dia paham.

Aku tidak fokus dalam melakukan pekerjaan rumah, aku menunggu jawaban dari nina dan farhan. Aku butuh penjelasan dari farhan. Kenapa setelah kembali kejakarta, hubungan kami malah semakin runyam. Saat aku menjemur pakaian dirumah, aku tanpa tersadar menangis, hatiku begitu hancur mendengar kata-kata nina. Tiba-tiba rara datang menghampiriku.

"Kak, gua tau lo kesel sama si farhan, tapi asal lo tau, pas hari terakhir kita dipare, dia ngomong ke gw secara langsung pas lo lagi ke warung." Rara pun menceritakan kejadian saat itu.

Flashback rara

"Eh gua nanya dong" ujarku kepada farhan saat kakakku tidak ada.
"Apaan?" Jawabnya.
"Dari awal ketemu, lo suka ya sama kakak gua" tebakku secara langsung
"Iya, cuma pas dia marah nakutin"jawabnya.
"Ya dia marah juga kan gara-gara lonya buat salah gimana sih" ujarku kepadanya
"Gw emang suka sama dia, cuma pas dia marah malah jadi takut." Jawabnya
"Dia itu suka sama lo" jelasku kepadanya. Dia pun tersenyum

Flashback end rara

"Begitu kak omongan dia kemaren. Gua diem soalnya gw tau lo gak bakal percaya" ujar rara kepadaku.
"Wajar dong gua gak percaya ra, dia sendiri belakangan malah menjauh." Jelasku kepadanya
"Dia takut buat salah lagi kak, ditambah lo deket sama kenan, dia gak gitu suka sama kenan kak" ujar rara, dan rara segera pergi melanjutkan mencuci piring tugas hariannya.

Aku terdiam, mencerna kata-kata rara, sambil menunggu jawaban dari farhan, aku melanjutkan menjemur pakain. Setelah itu aku kembali mengerjakan pekerjaan rumah dengan tidak semangat.

Menjelang tidur aku menerima pesan dari farhan. Aku mencoba membuka pesan tersebut. Dan isi pesanya membuat aku bingung.

>terima kasih sudah membaca <

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang