Reyna POV
Tak terasa sudah 3 bulan aku berada disini, aku tidak bekerja di perusahaan lain sepertu dulu, aku hanya membantu administrasi di yayasan yang diurus oleh tirta. Perutku pun semakin membesar. Usia kandunganku sudah 6 bulan, nafsu makanku semakin banyak. Kalo kata tirta, badanku semakin montok.
Aku juga malas sekali merawat diri, sesekali aku rajin sekali merapikan rumah walau lebih sering aku malas. Namun tirta benar-benar memanjakan aku, apapun yang aku pinta dia selalu berusaha menyediakan. Mamaku sudah 3 bulan ini juga tidak menghubungi aku, hanya rara yang sesekali menanyakan kabarku. Uang bulanan tetap aku berikan seperti biasa untuk mamaku dan mamanya. Tirta benar-benar menepati janjinya mencukupi kebutuhan keluarga kami berdua.
Usahakupun sudah mulai berjalan, kini sudah ada 2 orang pegawai di toko roti bakarku yang kecil tidak jauh dari yayasan tempat tirta bekerja. Aku beruntung menikah dengan tirta, dengan segala kekurangannya yang harus aku tutupi dengan kelebihanku membuatku merasa begitu sempurna. Seperti malam ini, aku sedang bermalas-malasan di ruangan dalam toko rotibakarku. Aku melihat melalu kaca yang tidak dapat dilihat dari luar, tirta sedang membantu sisi dan roy - pegawaiku.
Tiba-tiba hpku berbunyi, mama nama yang tertera di layar hpku. Mama menghubungiku, entah aku harus merasa senang atau merasa sedih. Sungguh aku merasa tenang jika dia tidak menghubungiku, namun aku juga merasakan rindu terhadapnya. Aku angkat telpnya.
"Assalamualaikum ma." Ujarku.
"........."
"Kapan? Besok sampai surabaya? Mau dijemput mas tirta apa mama naik grab?" Tanyaku.
"........"
"Yaudh nanti rey wa alamatnya. Hati-hati ma" ujarku sambil mematikan telp.Aku mendapat kabar mama akan kesurabaya entah apa yang harus aku lakukan. Aku bingung harus senang atau sedih dikunjungi mamaku. Aku harus membicarakannya dengan tirta. Masih ada waktu hingga besok sore. Tak lama tirta datang keruangan dan mendekatiku.
"Kamu capek ya?" Ujarnya sambil mengusap kepalaku.
"Biasa aja mas. Ada juga kamu yang capek, pulang kerja langsung kesini bantuin aku." Ujarku manja
"Gak capek kok, yang penting kamu sama anak kita gak kenapa-napa. Lagian inget kata dokter, karna anak kita sepertinya kembar jadinya kandunganya agak rentan. Jadi kamu gak boleh capek-capek." Ujarnya sambil duduk disampingku yang aku sudah terduduk sejak dia datang keruangan ini. Di tariknya badanku mendekat bersandar di dadanya."Tapi mulai besok kamu harus ijinin aku capek mas, soalnya mama besok sore datang naik kereta." Ujarku
"Kenapa gitu?" Tanyanya
"Mama gak akan suka kalo laki-laki beberes rumah mas, nanti disangka aku malas lagi." Ujarku
"Terserah, tapi mas akan suruh sisi sementara membantu dirumah. Sampe mama kamu pulang" ujarnya tegas.
"Nanti disangka mama kita banyak uang makanya punya pembantu." Ujarku
"Biarin aja, masa bodo apa pikiran mama kamu. Yang penting kandungan kamu gak kenapa-napa."ujarnya sambil marah.
"Ayo udah jam pulang, roy sama sisi tinggal beberes aja." Ujarnya kembali.Aku diam, aku tidak mau membuatnya tambah marah, besok pagi aku akan coba membicarakannya lagi. Sepanjang perjalanan menuju rumah kami diam, tirta mengendarai mobil dengan tenang. Tanpa terasa aku tertidur.
-----------------------------
Farhan povSudah 3 bulan kami menikah, tapi sikap intan tetap saja dingin terhadapku. Intan juga sudah ada 4 kali mencoba menggugurkan kandungannya setelah kami menikah. Entah apa yang intan fikirkan hingga ingin menggugurkan kandungannya. Aku sudah berkali-kali memohon kepadanya agar dia tidak menggugurkan kandungannya, namun sepertinya rasa bencinya terhadapku membuat dia bersikap seperti itu. Aku sudah frustasi menghadapi intan yang begitu keras kepala dan dingin, dia selalu membisu terhadapku.
Seperti saat ini, aku pulang kerja ingin mengajaknya kontrol kandungannya.
"Intan, kita kontrol kandunganmu yok, sudah 5 bulan kan. Aku ingin anak itu sehat."ujarku
Intan diam membisu, aku tidak tahu apa dia mau atau tidak.
"Intan, aku lelah kamu perlakukan sepertu ini terus. Ayolah kita periksa kandunganmu" ajakku kembali.
"Apa? Lelah? Kalo lelah cerai saja." Ujarnya marah.
"Intan aku mohon kita berdamai. Setidaknya demi anak itu." Ujarku memohon
"Aku akan gugurkan anak ini. Jadi gak usah anggap anak ini ada." Ujarnya sambil pergi meninggalkanku.
"Kamu mau kemana tan? Ini sudah malam." ujarku.Intan pergi keluar rumah sambil diam tanpa bicara. Aku mengejarnya, aku takut dia pergi kerumah orangtuanya. Tapi yang ku lihat adalah intan pergi menuju jalanan, dia duduk dipinggir trotoar menatap jalanan yang cukup ramai lalulalang kendaraan. Aku duduk disampingnya, mencoba memahami dirinya.
Aku melihat intan dari samping, wajahnya manis ayu, cirikhas wajah orang jawa. Bibirnya yang munggil, rambutnya yang hitam sebahu. Baru kali ini aku menyadari dia begitu manis. Tanpa sadar hatiku merasa takut kehilangan dia, seperti aku kehilangan reyna.
"Intan kita pulang yok, udah malam, gak bagus buat kesehatan kamu sama anak kita." Ajakku lembut. Aku berdiri memberikan tanganku untuk membantunya berdiri.
"Aku masih disini. Jangan ganggu aku" ujarnya ketus.
"Intan, kalo kamu gak bangun, aku akan gendong kamu untuk bawa kamu pulang." Ujarku bisik ditelinganya.
"Iya, ayo pulang." Ujarnya sambil bangkit.Kami berjalan pulang, sesampai di depan rumah, tiba-tiba intan berteriak.
"Han, perutku sakit, tolong han." Ujarnya memegang perutnya. Aku bingung harus bersikap apa. Aku mencoba menggendongnya, tiba-tiba darah keluar dari dalam celananya. Aku semakin panik.
"Kita kedokter sekarang, ayo, aku pesan taksi online dulu. Tunggu, kamu duduk dulu." Ujarku panik, aku segera pesan taksi online, tak lama datang taksi tersebut.
Sesampai didokter, langsung diperiksanya. Aku segera mengurusi administrasinya. Semoga saja tidak ada masalah dengan kehamilannya.
"Bapak suaminya ibu intan?" Ujar dokter. Saat aku menghampiri tempat intan.
"Iya dok." Ujarku.
"Pak, kandungan ibu sudah tidak bisa saya selamatnya. Detak jantung bayi kalian sudah tidak ada. Ditambah kondisi bayi tidak berkembang. Jika melihat rekam medis bu intan selama ini, itu disebabkan karna obat-obatan penggugur kandungan yang ibu intan minum beberapa kali." Ujar dokter tersebut.
"Ibu intan harus saya operasi sekarang, saya minta bapak untuk menandatangain persetujuan pengambilan janin yang sudah tidak ada tersebut." Ujar dokter kembali.
"Mana yang harus saya tanda tangan dok, saya mohon selamatkan istri saya." Aku mengambil surat persetujuan tindakan.Intan yang masih tidak sadarkan diri segera dipersiapkan untuk operasi. Aku cium keningnya, aku bisikkan ditelinganya.
"Kamu harus kuat, aku akan menebus segala dosa yang sudah aku perbuat kepadamu. Aku harap aku bisa cinta kepadamu saat kamu sadar nanti." Ujarku.
Intan dibawa ke ruangan operasi, untuk dioperasi. Aku harap intan bisa selamat, aku berdoa dengan sepenuh hati.
-----------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNA
RomanceBerawal dari kisah cinta periode kampung inggris pare, hingga berujung cinta gila yang berusahan memisahkan cinta sejati.