Terbiasa

23 1 7
                                    

Author POV

Dirumah

Suara lagu lawas terdengar 1 rumah memecah keheningan rumah yang cukup besar.

"Assalamualaikum, reyna aku pulang" panggil seorang pria berkulit coklat, dengan rambut ikal yang ditutupi benda hitam yang bisa juga disebut 'peci', sambil membawa tas kerja masuk kedalam rumah sambil mencari seseorang yang dipanggilnya.

Pria tersebut berjalan terus sampai menuju kamar tidur, dan menemukan seorang wanita duduk dikursi samping tempat tidur menghadap laptop yang ada di atas meja, sedang mengetik dengan serius. Pria tersebut mendekatinya.

-------------------------

Reyna pov

"Eh, mas. Udah pulang, maaf aku gak dengar mas. Sini tasnya aku simpan, mas mau mandi air." Ujarku saat itu. Aku ingat dengan jelas raut mukanya yang tidak bisa aku gambarkan. Aku menikah dengannya karna orangtuaku yang meminta aku segera menikah, dan mereka menjodohkan aku dengannya.

"Kamu masak apa? Gimana tadi kerjaan? Lancarkah?" Ujar tirta mengejutkanku dari lamuman. Duduk dia dilantai yang beralaskan karpat. Aku segera memberinya teh hangat yang sudah aku buat.

"Ya begitu lah, tadi sih aku masak capcay sama tempe goreng. Mas mau langsung makan? Biar aku siapin" tawarku.

"Gak usah, kamu udah makan? Nanti aja makannya. Aku belum lapar juga. Owh iya, 3 hari 1 tahun pernikahan kita, kamu mau hadiah apa? Jangan mahal2 ya, kan kamubtau gajiku sebagai guru honorer cuma sedikit." Tanyanya sambil menggenggam tanganku yang duduk di depannya.

"Aku minta 1 hari waktu kamu, kita piknik mau? Banyak yang perlu kita bicarakan mas."ujarku kepadanya. Aku ingat 1 tahun pernikahanku, dan aku sudah menyiapkan sesuatu dan banyak yang perlu dibicarakan mengenai pernikahan yang hanya sebuah formalitas ini. Dia mengangguk setuju.

Kami berdua diam terlarut dalam fikiran masing-masing. Kami jarang bicara, pekerjaanku sebagai sales di sebuah percetakan, dan dia sebagai guru agama honorer di sebuah sekolahan swasta sebenarnya memberi banyak ruang untuk aku dan dia bicara tentang hubungan ini. Namun egoku membuat ku lebih senang bermain dengan kucing atau hape ku. Sesekali kami main kerumah orangtuaku atau kerumah saudaranya. Terkadang kami piknik, tanpa banyak cerita. Hanya berjalan seperti teman dekat.

Banyak hal yang aku pelajari darinya, banyak juga proses pendewasaan diri yang dia tunjukan kepadaku. Mulai dari tentang agama, rasa empati, rasa pengontrolan emosi. Jika ditanya apa menyesal hidup bersamanya, aku akan jawab dengan keras tidak aku tidak menyesal.

"Ayo kita makan, aku sudah lapar nih." Pintanya.

Aku mengangguk mengambilkan piring, nasi, lauk pauk, sayur, serta mangkok berasi air untuk mencuci tangan. Tidak lupa aku mengambil teko berisi air putih dan gelas. Kebiasaan keluargaku yang selalu ku lakukan sampai saat ini, makan duduk dilantai dengan pakai tangan. Kami makan dalam kondisi sunyi.

Selesai makan, kami langsung masuk kekamar untuk beristirahat. Kami memang tidur 1 kamar, tapi kami tidak melakukan hubungan suami istri seperti pasangan suami istri pada umumnya. Saat malam pertama setelah pernikahan, tirta meminta sesuatu hal yang aku tidak sangka sama sekali yaitu tidur bersama tanpa seks. Dia beralasan, dia ingin aku merasa terikat bukan hanya fisik, tapi hati juga. Tapi aku tau, dia begitu karna kata kata aku sebelumnya.

Kami tidur berdampingan dengan pikiran masing-masing dan hp masing-masing. Aku membuka youtube untuk mencari film-film yang bisa aku tonton untuk membuat aku tidur. Saat asik mencari, tiba2 tangan tirta memeluk perutku. Sudah ada 3 bulan ini setiap tidur, dia pasti memelukku dari belakang dan membenamkan kepalanya ke tengkukku menjadikan aku gulingnya.

Akhirnya aku lelah mencari film yang bisa aku tonton, aku letakkan hpku dan aku mencoba memejamkan mata.

Keesokan harinya.

"Rey, rey, bangun kesiangan nanti kerjanya."suara tirta membangunkan aku, badanku sakit semua pagi ini.

"Aku gak kerja deh mas, badanku sakit semua. Aku kayaknya gak bisa masak sarapan buat kamu gak papa mas?" Ujarku sambil masih memejamkan mata.

"Kamu demam ini rey, badanmu panas, mukamu juga merah begitu, yaudah kamu gak usah kerja, kabari atasanmu, aku juga gak usah masuk lah, biar aku rawat kamu" ujarnya sambil tangannya menyentuh kening dan leherku memeriksa suhu badanku.

"Kamu kerja aja mas, aku bisa kok sendiri." Ujarku

"Udah tidur aja, aku siapin kompres sebentar sama obat." Dia pun pergi meninggalkan aku.

Akupun sudah tidak sadarkan diri lagi.

------------------------

Hayo... pasti bingung ya sama part ini...
Tenang dipart selanjutnya bakal dijelasin semuanya... jadi ditunggu ya...

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang