harus?

8 1 16
                                    

Reyna pov

Tirta duduk bersimpuh, mencoba memelukku yang sedang menangis.

"Kamu cemburu? Aku kan sudah bilang aku dan tiara tidak ada hubungan lagi. Kenapa kamu tidak percaya sama aku rey?" Ujarnya
"Kamu sendiri tidak percaya denganku kan mas? Aku lelah ribut untuk hal ini terus menerus mas. Aku butuh istirahat kepalaku sakit mas. Bisa kita bicarakan nanti? Biarkan aku 1 jam untuk tidur mas, please." Ujarku menghindarinya. Dia diam meninggalkanku.

Aku begitu lelah setelah amarahku meledak kepada tirta. Aku tahu pasti sakit bekas tamparan dan pukulanku tadi. Cuma aku benar-benar marah akibat ucapannya yang menyudutkanku. Aku mencari obat sakit kepala yang selalu ready di tasku. Aku minum obat itu dan berusaha tidur dan akupun tertidur.

----------------

Aku terbangun karna tirta mencium tanganku yang digenggamnya. Sedikit fikiranku lebih cerah dan tenang untuk membicarakan kesalah pahaman yang terjadi.

"Mas, kita bicara dengan tenang ya. Jangan dengan amarah oke. Aku mau kita tenang mas." Ujarku perlahan.
"Iya rey, mas juga mau bicara. Kamu sudah tenang? Apa kepala kamu masih sakit?" Tanyanya khawatir.
"Udah membaik mas. Sekarang aku mau tanya satu persatu, kamu dapat hasutan dari farhan tentang aku kapan mas?" Tanyaku
"Sehari setelah kamu menemui dia. Aku ingin menghentikan dia untuk tidak mendekatimu rey. Apa dia ada bicarakan itu?" Tanyanya.

"Gak, justru ucapan kamu tadi buat aku berfikir. Lalu, apa alasan kamu memperkenalkan aku dengan tiara mas? Apa kamu tau, tiara berulang kali mengatakan akan merebut kamu, artinya dia ingin merusak rumah tangga kita mas." Tanyaku dengan sedikit emosi.

"Nih, minun dulu biar gak tambah naik emosimu. Aku hanya ingin memberitahunya bahwa aku mempunyai istri yang cantik pintar dan lembut. Namun aku akui aku pernah meminta bantuannya untuk membuatmu cemburu, tapi jika dia sampai berkata seperti itu aku tidak tau sama sekali. Maafkan aku ya rey." Ujarnya memelas.

"Lalu kamu sendiri tidak percaya dengan diriku? Mas, aku lelah menceritakan kisahku dengan dani, jika dengan dani aku hanya sebatas pacaran saja aku bisa menjaga kepercayaannya terhadap hubungan kami yang tidak pernah direstui orangtua kami, lalu bagaimana dengan kamu? Lagi pula bukankah sudah aku katakan, jikalau kita berpisahpun aku tidak akan menikah lagi. Aku hanya berfikir menikah hanya 1 kali mas. Aku kecewa dengan sikapmu mas." Ujarku melemah.

"Iya maafkan aku rey." Ujarnya sambil mencium kedua tanganku yang ada didalam genggamannya.

"Mas, bisa belikan aku makanan? Aku capek, ditambah kepalaku sakit sekali." Pintaku kepadanya. Dia mengangguk mengiyakan permintaanku.

Sungguh kepalaku rasanya sangat sakit setiap aku marah, atau aku menangis seperti tadi. Aku mencoba memijit keningku, tapi rasa sakitnya tidak berkurang. Aku mencari koyo ditasku dan aku segera menempelkannya dikeningku. Tak lama aku merasa tertidur.

----------------------

Farhan POV

Aku lelah menjalani hubungan tidak jelas dengan intan ditambah pula aku merasa yakin bahwa reyna akan kembali kepadaku. Aku mendekati intan yang sedang menulis skripsinya di laptop.

"Tan, kamu gak capek apa dengan hubungan seperti ini terus? Kamu gak mau punya hubungan yang pasti?" Ujarku perlahan.
"Maksud kamu, kamu mau meresmikan hubungan kita?" Ujarnya  bahagia. Aku menggeleng.
"Maksud aku, kita udah sampai sini aja. Kamu dengan jalanmu, aku dengan jalanku. Gimana?" Ujarku.
"Kamu gila? Aku itu memang tidak ada artinya buat kamu ya? Kalo kamu gak sama aku, kamu juga gak boleh sama reyna. Aku akan buat reyna membenci kamu. Aku tahu dia sudah menikah han, lalu kenapa kamu masih mengharapkan dia?" Tanyanya sambil menutup laptopnya.
"Aku jatuh cinta sama sikapnya dan kecerdasannya." Ujarku apa adanya.
"Aku rasa kamu hanya terobsesi han" ujarnya menuduhku.
"Kamu yang terobsesi sama aku." Ujarku tidak mau kalah.

"Kamu mau aku kembali kekost ku? Baik, tapi jangan menyesal kamu sudah memutuskan ini. Dan siap-siap antara kamu masuk penjara, atau kamu tidak punya muka dihadapan reyna." Ujarnya marah, mengambil barang-barangnya untuk dibawanya kembali ke kostnya.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun aku melihatnya ada rasa amarah yang membuncah.

-----------------
Reyna  pov

Aku terbangun mendengar suara telp dari nomor yang tidak aku kenal.

"Assalamualaikum, halo?" Ujarku.
"Walaikumsalam, ini reyna kan? Aku peringatkan kamu, jangan kamu dekati farhan lagi, dia milikku, hanya milikku paham?" Ujarnya, suara wanita ini begitu familiar denganku tapi dimana aku tidak tahu.

Baru aku mau menjawabnya, dia sudah mematikan telpku. Aku mencoba menghubunginya kembali, nomorku di blok. Aku tidak mengetahui dia siapa dan tidak juga aku perdulikan karna memang farhan bukan siapa - siapa lagi untukku.

"Siapa rey?" Tanya tirta.
"Gak tau mas, tau - tau ngancem aku." Ujarku
"Yaudh gak usah dipikirin, kamu makan nih, udah aku beliin nasi soto" suruh tirta.

Akupun segera makan dengan lahap. Setelah makan, tirta memelukku dari belakang. Mencoba mencium tengkuk ku.

"Mas, aku lelah, besok aja ya." Ujarku mengelak, tirta diam tidak menjawabku. Hanya mencium pundakku.

"Iya." Ujarnya singkat.
"Yaudh ayo tidur" ajakku. Dia tersenyum melihatku.

--------------

Pagi ini aku bangun memeluk tirta, aku melihat wajahnya  yang tenang. Aku berharap dia memahami bagaimana perasaanku kemarin jadi dia tidak lagi menghubungi tiara. Tiba-tiba HPku berbunyi ada pesan whatsapp dari farhan.

'Hai, rey masih disurabaya, bagaimana hubungan kamu dengan suamimu? Kalo kamu masih disini bersama suamimu, bolehlah kita ketemu, biar gak ada kesalahpahaman diantara kita.'

Aku mencoba membangunkan tirta untuk memberitahu pesan dari farhan

"Mas, bangun mas, ini ada pesan dari farhan. Ini kamu aja yang balas." Ujarku, tirta bangun dengan setengah sadar dia melihat pesan farhan. Sambil mencoba mencerna kata-kata farhan. Dia segera mengetik sesuatu, setelah itu diberikannya hpku kembali kepadaku

"Dek, kan udah baikan, boleh kali kita bikin dedek. Anggap aja honeymoon, boleh gak dek," suara serak khasnya bangun tidur membuatku merasa sedikit malu, tangan kanannya mengusap perutku, tangan kirinya mencoba menyentuh dadaku. Aku tidak bisa berkutik, dia begitu mengerti diriku. Aku pun terbuai oleh belaiannya, yang akan membawamu melayang oleh rasa cintanya.

------------------
Farhan POV

Aku membaca pesan balasan dari reyna, aku merasa gagal, namun aku mencoba membiarkan mereka bahagia. Toh reyna mau bertemu diriku.

'Iya masih kok, gak kok, suamiku gak marah, kalo mau ketemu, nanti sore aja kita ketemu. Alamatnya kamu sharelock aja, tapi aku nantu bareng tirta ya.'

Aku begitu bahagia membacanya. Aku akan bertemu dengan mereka. Aku menyusun rencana untuk agar reyna bisa berpaling dari tirta. Semoga aku bisa membuat tirta dan reyna pisah nanti.

>hayo kira-kira apa lagi rencana farhan kepada dua sejoli itu ya?<

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang