rasa kecewa

4 1 21
                                    

Reyna POV

Pagi ini aku mencoba untuk test kehamilan seperti yang diinginkan suamiku dan hasilnya masih negatif. Aku sudah tahu hasilnya pasti negatif, aku bukannya tidak ingin punya anak, tapi sakit kepalaku kemarin memang karna aku terlalu marah. Sejak kuliah, ketika aku begitu marah hingga melakukan kekerasan fisik pasti aku sakit kepala, atau ketika aku menangis begitu hebatnya. Tirta tidak tahu karna memang kami baru saling bicara setelah 1 tahun bersama. Saat aku merapikan semua barang-barang tiba-tiba mama telp.

"Halo reyna, kamu dimana? Lagi sama tirta gak?" Tanya mama. Aku yang terbiasa mespeaker telp dari keluarga jika bersama tirta, melihat tirta. Tirta langsung memberi isyarat untuk berkata tidak.
"Iya ma, lagi disurabaya, gak sama mas tirta kok ma, ada apa ya?" Tanyaku.
"Ngapain disurabaya? Kamu gak berencana pindah kesana kan?" Tanya mamaku dengan nada khawatir.
"Urusan kerjaan doang. Hari ini balik kok ma, kenapa ya ma?" Tanyaku
"Mama heran kok bisa suami kamu nolak untuk tinggal sama mama, kemaren karna mama gak percaya sama kamu, mama pastiin telp ketirta. Dia bilang keputusan kalian nggak. Songong banget jadi orang." Ujarnya dengan nada kesal
"Ma, bukan songong. Kami udah dewasa, biarin kami mandiri. Lagipula, kami berdua kan sama-sama kerja, mau nemenin mama sama bapak gimana caranya."ujarku menenangkan mama.
"Terserah deh alasan kalian apa. Mama sekarang minta tambaham uang bulanan mama, mama gak mau tau. Mama minta 2 juta sedikitnya sebulan. Kalian kan kerja dua-duanya masa ngasih mama 2 juta sebulan aja gak bisa. Jangan -jangan gaji kamu, kamu kasih ke keluarganya mulu ya? Makanya kamu cuma ngasih 1 juta sebulan. Jadi anak itu jangan pelit sama orang tua kenapa." Ujar mamaku
"Nanti aku sampein sama mas tirta dulu ya ma" ujarku.
"Ngapain ngomong kedia, jangan-jangan keuangan rumah dia yang ngatur ya? Lama-lama mama fikir-fikir dia itu gak ada bagus-bagusnya buat kamu, udah miskin, tukang ngatur, pelit lagi." Ujar mamaku ketus.
"Ma, aku mau berangkat bentar lagi kestasiun temanku udah nungguin itu, nanti dikereta reyna telp lagi ya ma." Ujarku untuk memutuskan telp mama yang semakin ngawur.
"O yaudh, mama gak mau tau, mama maunya segitu gak.boleh kurang kalo lebih syukur." Ujar mamaku sambil mematikan telpnya.

Jujur aku tidak enak dengan tirta saat ucapan mama tadi. Aku mendekatinya berusaha memberikan pengertian agar dia tidak marah terhadap mamaku.

"Mas, kamu jangan masukin hati ya. Itu pasti abis berantem sama  bapak makanya begitu ngomongnya." Ujarku menenangkannya.
"Kamu kasih aja ke mama kamu sesuai yang dia butuhin, kurangin aja jatah mama aku separohnya. Toh mama aku tinggal sama kakakku yang aku yakin cukup kebutuhan mama, kita kasih ala kadarnya aku rasa mama aku gak bakal kecewa." Ujarnya dengan nada sedikit tersinggung.
"Mas, itu yang buat aku mau ajak kamu buka usaha. Biar kita bisa nyimpen lebih mas." Ujarku menguatkan.
"Gak papa dek, doakan aja aku keterima PNS tahun ini. Oke." Ujarnya kembali ceria.

Kami pun kembali mempacking barang kami dan segera menuju lobby untuk menyelesaikan administrasi hotel. Setelah itu kami ber empat memesan taxi online untuk menuju stasiun. Dan kami pun kembali ke jakarta.

Beberapa hari kemudian

Aku diajak tirta untuk menemui tiara. Sungguh aku sangat malas bertemu dengannya kembali. Namun karna tirta berkata ini untuk menyelesaikan permasalahan diantara kami, aku pun mengiyakan dan disinilah aku, di tempat yang sama saat pertama kali bertemu tiara.

"Hai, sudah lama? Gimana kabar kalian?"ujarnya basa basi.
"Gak kok ra, kabar alhamdulillah baik. Lo sendiri gimana kabar?
"Alhadulillah baik ta, rey udah isi belum?" Tanyanya akrab
"Udah ra, jadi jangan coba-coba rebut tirta dari aku ya." Ujarku ketus.

Tirta bingung mendengar jawabanku. Aku melihat makanan didepanku saja. Tak lama setelah kami makan, kami pamit untuk pulang dan mengucapkan terima kasih. Saat aku dan tirta akan keluar restoran, tiara menarik ku.

"Rey, ini aku ada hadiah, maaf ya, kalo kamu jadi berfikir aku akan merebut tirta dari kamu, doakan ya tahun ini aku dan tunanganku akan menikah. Hati-hati ya."ujarnya sambil memberi sebuah bungkusan berwarna hijau.
"Makasih ra, maafin aku salah sangka sama kamu. Semoga acaramu lancar. Oke. Semoga kita bisa jadi teman baik kedepannya." Ujarku. Aku sendiri kaget dengan ucapanku, namun aku tersenyum. Aku pun kembali ke tirta untuk pulang ke rumah.

Sesampai dirumah, aku memberitahu tirta tentang hadiah yang diberikan tiara. Kami membukanya bersama. Saat melihat hadiah yang diberikan tiara, aku sedikit malu. Sedangkan tirta, tersenyum menggodaku.

"Dek, kayaknya ini bagus deh kalo kamu pake malem ini, mana tau jadi usaha kita buat anak. Hehe." Ujar tirta sambil mengangkat lingerie yang transparan berwarna merah hadiah dari tiara.
"Apaan sih mas, gak pake itu emang gak jadi apa?" Tanyaku malu.
"Jadi sih, cuma kamu mau tau gak, waktu kamu godain dulu itu pake lingerie pink itu, aku merasa jadi lebih gimana gitu. Gimana kalo kamu coba, ya dek, pake ya."pintanya merengek.

"Iya aku pake, aku kekamar mandi dulu sini aku ganti." Ujarku sambil mmengambil hadiah itu dan menuju kamar mandi.

Saat selesai mengganti, entah mengapa aku merasa malu, padahal kami sudah sering tanpa busana, namun menggunakan lingerie ini aku merasa sedikit malu. Aku kembali kekamar. Saat dikamar, tirta melihat tanpa berkedip sekalipun. Dia langsung mendekatiku, langsung menggendongku membawaku ketempat tidur. Ya kami pun bergulat dalam kesenangan duniawi.

------------------
Farhan POV

Tiara selalu menasihatiku agar melepaskan reyna, karna reyna tidak lagi mengharapkan ku. Aku mencoba memahami ucapannya. Aku sudah mencoba menghubungi intan untuk mengklarifikasi digrup alumni kursusan bahwa itu bukan aku, walau aku tahu dengan jelas bahwa itu adalah aku. Intan mengancam akan membawa masalah ini ke jalur hukum, kita berdua sama-sama tahu bahwa video itu bisa berakibat fatal untuk pekerjaan kita kedepannya namun entah mengapa intan begitu berambisi untuk membuatku menerimanya.

Dan disinilah aku termenung sendiri di cafe yang bernuansa outdoor. Aku harus menghentikan intan tapi bagaimana caranya, bukti rekaman itu ada padanya. Aku begitu menyesal menerima ajakan intan untuk tinggal bareng. Aku mencoba menghubungi intan untuk menegosiasikan tentang rekaman itu.

"Halo intan, kamu dimana? Bisa kita bertemu sekarang" ujarku
"......"
"Gak kok, please tan, gw sharelock alamatnya, gw tunggu ya please tan dateng ya." Ujarku memelas
"....."
"Makasih tan gw tunggu."

Akhirnya aku bisa bicara secara langsung dengan intan. Aku akan menuruti permintaannya asal rekaman itu bisa aku dapatkan dan hapuskan. Tapi bagaimana jika dia meminta aku menikah. Aku benar-benar tidak mencintainya, malah aku lebih tertarik dengab tiara, dia begitu dewasa dan sempurna. Aku jadi berfikir, bagaimana jika aku mengajak tiara untuk menikah denganku.

Aku yakin dia mau, aku tinggal bilang ke intan bahwa aku dijodohkan. Tapi bagaimana jika tiara tidak mau? Aku yakin dia mau, karna awal kami bertemu dia bilang menyukaiku. Ya, aku akan berkata kepada intan bahwa aku sudah dijodohkan jika intan meminta aku menikahinya.

Aku melihat foto profil tiara di kontakku, dia begitu cantik, kuat cerdas dan dewasa. Aku jadi tidak sabar untuk melamarnya, dan dia mengatakan i do. Aku tersenyum bahagia. Tak lama intan datang. Aku harus mencoba bernegosiasi dengannya, semoga berhasil.

>kira-kira negosiasi farhan berhasil gak ya? Dan kira-kira tirta marah gak dengan ucapan mamanya reyna<

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang