Amarah

11 1 3
                                    

Farhan POV

Semalaman aku tidak tidur merapikan pekerjaanku yang tertunda yang dilanjutkan merapikan pakaian aku dan intan untuk dibawa ke bima. Aku melihat intan bersenandung bahagia, seperti benar-benar tidak mengetahui masalah yang menimpa reyna. Aku akan mencoba  menanyakannya saat kami sampai dibima nanti. Perjalanan menggunakan bis dan kapal sungguh akan melelahkan, jika aku tanya sekarang pasti tenaga  aku akan habis menghadapi intan yang akan mengamuk.

Sekitar 2 jam lagi kami akan menyebarang ke pulau bima. Aku harus bersabar menghadapi tingkah intan ini. Semalam aku mendapat kabar dari tirta bahwa reyna belum sadar semenjak operasi dan kedua anak kembarnya harus masuk inkubator karna lahir prematur. Aku bingung harus berbuat apa, beruntung tirta berkata tidak akan menuntut intan sebelum reyna sadar.

******************

Kami sampai dirumah keluargaku disambut dengan baik oleh keluargaku. Aku meminta kepada orangtuaku agar kami diijinkan tinggal di salah satu kamar kos yang kosong yang dibelakang rumah. Ayahku bertanya alasanku tidak ingin tinggal didalam rumah inti, aku menjelaskan kondisi mental intan dan yang terjadi kepada reyna. Walau berat hati, namun ayahku mengijinkan kami tinggal disana  sementara waktu.

Setelah merapikan pakaian kami dikamar itu, aku mencoba menanyakan apa yang telah intan lakukan kepada reyna.

"Intan, aku mau tanya, tapi tolong jawab jujur." Ujarku hati-hati
"Iya apa" tanyanya antusias.
"Kamu nemuin reyna untuk apa?" Tanyaku.
"Dia ngadu kekamu? Sudah aku duga. Dasar perempuan penggoda." Ujarnya sinis.
"Dia gak bilang apapun, tapi suaminya yang bilang ke aku karna setelah kamu pulang reyna pendarahan dan sekarang dia kondisinya  belum sadar." Jelasku perlahan.
"Anaknya mati gak?" Tanyanya sinis.
"Apa yang kamu lakuin ke reyna?" Tanyaku dengan sedikit nada penekanan.
"Gak ada." Ujarnya santai.
"Intan, aku mohon. Tirta akan bawa  kasus ini ke polisi kalo kamu gak jelasin ke aku apa yang kamu lakukan. Aku gak mau kehilangan kamu intan." Ujarku sambil menggenggam tangannya yang mungil.
"Kamu cinta aku?" Tanyanya dengan tatapan penuh harap kepadaku.
"Aku mulai mencintaimu intan. Aku mohon jelaskan apa yang terjadi kemaren" ujarku bersungguh-sungguh.

*intan pov - flashback start*

Aku datang ke tempat reyna. Aku begitu benci kepadanya saat ini. Aku meminta untuk bertemu dengannya kepad karyawannya yang bernama sisi. Tak lama reyna membawaku keruangannya.

"Mau minum apa tan? Biar aku minta dibuatin sama sisi" tanyanya lembut.
"Terserah, lagian gw gak lama disini, ada hal yang perlu gw kasih tau ke lo." Ujarku ketus.
"Yaudah bentar yak" ujarnya meninggalkanku.

Tak lama reyna datang membawa es jeruk dua gelas. Di duduk didepanku dengan perut buncitnya.

"Minum tan, ada perlu apa ya sama aku?" Tanyanya.
"Udah berapa bulan?" Tanyaku sambil menunjuk perut buncitnya.
"Udah 7 bulan masuk 8 bulan." Ujarnya sambil tersenyum dan mengusap perutnya.
"Gw mau kasih sesuatu cerita sama lo, anak gw udah mati, dan itu gara-gara lo. Seandainya lo gak pernah ada dalam hidup farhan, gw pasti udah bahagia bersama dia. Gw minta lo pindah dari sini, gw mau mulai hubungan baru sama farhan, dan gw gak tenang kalo lo masih disini." Ujarku dengan nada penuh kesombongan.

"Lah? Kenapa gw tan? Gw aja gak tau lo hamil anak farhan" ujarnya bingung.

"Alah bulshit banget lo gak tau, lo kan pindah kesini sebelum gw nikah sama farhan. Ya kali lo gak tau." Ujarku dengan nada sinis.

"Lo tau semua permasalahan gw ini asalnya karna lo rey, gw hamil, gw  nikah sama farhan. Semua karna lo rey." Ujarku dengan nada  marah. Reyna menatapku dengan wajah bingung.
"Iya. Lo tau setelah gw balik dari pare, gw semakin menyukai farhan. Gw yang tadinya diterima masuk S2 Hukum di yogya, pas gw denger farhan akan ambil S2nya di surabaya, gw putusin pindah. Gw berusaha mencari perhatiannya. Banyak pengorbanan gw buat dapatin farhan. Gw nyari kosan deket tempat dia, gw berpura-pura mengajaknya sering bertukarpikiran tentang tesis gw agar gw bisa menarik perhatiannya. Tapi dia selalu memikirkan lo rey. Kegilaan gw bertambah saat gw liat buku lo di kamar kos farhan. Apa lo ngerti perasaan gw?" Ujarku dengan amarah yang aku tahan. Kulihat wajahnya begitu tegang terkejut dengan semua ucapanku.

"Lo gak akan tau rey. Gw melemparkan diri gw ke pelukan farhan. Dengan murahnya gw menawarkan diri gw setelah gw mengetahui bahwa farhan pernah mengajak lo tinggal bareng. Gw tinggal bareng dia, tapi apa yang terjadi, setelah kami ML, farhan tertidur dan memanggil nama lo rey. NAMA LO REYNA. Bayangin perasaan gw rey. Gw neror lo kemaren karna gw pengen lo pergi dari sini. Cuma sepertinya gw harus ngomong langsung biar lo paham. Lo tau bagaimana bonyok gw menghina gw setelah tau gw hamil sebelum menikah. Gw cuma mau farhan ngeliat gw rey.  FARHAN LIAT GW SEBAGAI INTAN, BUKAN SEBAGAI PENGGANTI REYNA.! Apa lo tau rasanya jadi gw?" Bentakku amarahku begitu memuncak, mudah bagiku untuk membuatnya keguguran. Tapi aku hanya ingin dia membayangkan rasa sakitku dan tindakanku tepat, reyna menangis mendengar kata-kataku.

"Gw gak tau itu semua intan. Sungguh gw nulis cuma  sebagai cara melepaskan rasa gw selama ini kepada farhan intan. Gw gak tau besarnya pengorbanan lo tan. Maafin  gw tan. Gw tau lo suka sama dia waktu di pare, tapi gw gak tau lo masih   berhubungan sama dia setelah pulang dari pare tan. Gw gak tau dia nikah sama lo, gw pindah kesini karna suami gw kerja disini tan bukan karna farhan tan." Ujarnya sambil menangis.

"Rey, gw begitu mencintai farhan, gw rela menawarkan diri buat jadi pelampiasan nafsu dia hanya karna gw pengen dia melihat gw seorang rey. Bantu gw rey, please lo pindah dari surabaya ya, gw rela bersujud hanya demi lo gak ada di surabaya rey. Gw janji gak akan ganggu lo lagi rey, gw mohon rey." Ujarku sambil berlutut memohon.

"Gw akan bilang ke suami gw tan. Tapi lo jangan begini tan. Bangun tan. Gw janji gak akan ada diantara kalian lagi. Please tan." Ujarnya sambil membungkuk meminta aku bangun dari berlututku. Setelah itu aku mohon pamit kepadanya dengan perasaan yang lega.

Flashback end - farhan pov

"Kalo gitu, kok bisa reyna pendarahan. Kamu gak bohong kan?" Ujarku mencecar intan.
"Ya kalo gak percaya terserah." Ujarnya dengan nada ketus.
"Kalo memang itu yang kamu bicarakan dengan reyna, aku punya solusi." Ujarku mencoba menjelaskan niatku. Matanya berbinar menunggu kata-kataku selanjutnya seperti bertanya apa.
"Kita pindah ke bima, atau pindah ke australi mau?" Ujarku perlahan.

REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang