Dikediri
Aku dan rara saling bertatapan mencari jawaban dari ajakan bang hendrik untuk ikut bersama farhan.
"Iya udah hayo." Ujar rara.
"Ayo" ujar farhan.Aku hanya berjalan mengekori mereka. Farhan dan rara bercanda seperti seorang abang dengan adik perempuannya. Aku tahu farhan tidak mempunyai adik perempuan - dia anak pertama dengan 4 adik laki - lakinya - jadi cukup wajar kalo dia begitu baik terhadap rara. Sepanjang perjalanan menuju tempat makan, entah mengapa aku berfikir seandainya dani bisa seakrab itu dengan rara, mungkin aku akan menerima lamarannya untuk menikahiku. Sejenak aku terbayang bagaimana aku bercanda dengan dani dulu saat kami bersama hingga tanpa aku sadari aku tersenyum.
"Kakak lo kenapa ra? Senyum senyum sendiri aja. Untung jalannya bertiga, coba sendirian udah disangka deh. Hahaha." Ujar farhan kepada rara, rara hanya tertawa mendengar ucapan farhan.
"Masih jauh apa tempatnya? Emang mau makan apa?" Tanyaku
"Soto" jawabnya. Dan aku hanya mengangguk.Tak lama kami sampai ditempat yang dituju, farhan pun memesan makanan, menawarkan aku dan rara untuk makan. Aku memang tidak lapar, aku memesan es teh 1, rara pun sama.
"Kenapa gak makan?" Tanyanya.
"Tadi udah makan" jawab ku. Rara sedang asik main hp.
"Udah ambil tiket pulang?" Tanyanya.
"Udah, hari selasa, jam 1 siang keretanya." Ujarku.
"Sampe jam berapa kira-kira dijakarta?" Farhan sepertinya ingin tahu, tapi sejujurnya aku canggung berbicara dengannya.
"Jam 2 pagi lah." Ujarku. Dan akhirnya kami terdiam hingga selesai farhan makan."Gw tadi gak sempet beli kenang-kenangan buat lo, ra, jadi ini punya gw aja gw kasih buat lo." Ujar farhan sambil memberikan gelang yang biasa dia pakai kepada rara.
"Gw doang nih?" Ujar rara sambil melirik kepadaku. Aku diam tidak mengatakan apapun."Kamu pilih sendiri nih, tapi selain yang ini ya." Ujar farhan sambil memberikan tangannya dan menunjukan 1 gelang yang gak boleh aku ambil.
"Ini aja" aku menunjuk gelang tali sederhana berwarna hitam.
"Bukain dong, belum cuci tangan nih." Ujarnya minta aku buka gelangnya.Aku bukakan dan ambil gelang itu. Segera aku pakai gelang itu sesuai permintaan farhan. Karna waktu sudah menunjukan akan menjelang magrib, kami segera kembali ke camp boy untuk rapat mingguan.
-------------------------
Kenan melihat aku bersama farhan, menunjukan muka yang kurang senang. Tanpa aku sangka dalam rapat kali ini, kami diberikan kesempatan untuk melakukan perpisahan. Aku, rara, nina, husni, valent, dan bang dika. Kami menuju kedepan untuk mengucapkan perpisahan. Dimulai dari nina, awal pembicaraan tidak ada airmata, namun saat rara yang bicara, semua menangis. Rara begitu sedih mengatakan ingin pulang. Dia begitu betah disini. Aku pun betah, dan tahu jelas alasan rara betah disini. Selanjutnya giliran aku.
"Selamat sore semua, reyna disini cuma mau meminta maaf atas semua kesalahan yang reyna perbuat selama disini. Kalo ditanya kesan selama disini, aku dan rara sangat betah, banyak cerita buat kami, makasih buat bang sandi, bang ical, cak aid, bang sufyan, bang kenan sama kak angel. Kalo buat kak winda makasih udah mau 1 kamar sama reyna yang tidurnya rusuh. Hahaha. Reyna kalo ada waktu pasti mau kesini lagi. Tapi kondisi gak memungkinkan. Maaf kalo aku banyak salah. Makasih atas semuanya. Reyna gak bisa nangis kalo banyak orang, jadi ya intinya reyna betah banget disini, cuma kondisi gak memungkinkan. Tiket juga udah diambil. Makasih dan semoga tempat ini makin banyak membernya." Ujarku dan kembali duduk.
Ya selanjutnya bang husni, bang valent dan bang dika. Setelah acara selesai, kami kembali ke camp masing-masing. Dan malam itu hanya berjalan seperti malam-malam biasa saja.
----------------------
Hari ini aku menyelesaikan kelas terakhir. Hingga tanpa terasa jam 11 siang, rara aku makan siang di warung makan bude didepan camp. Tanpa disangka farhan pun datang mendekati kami. Aku sebenarnya tidak ingin duduk bersama. Aku canggung. Aku makan sambil chat dengan bang kenan. Tanpa sengaja aku tertawa membaca jokes yang dikirim bang kenan, walau garing tapi cukup melepaskan kecanggunganku terhadap farhan. Tanpa sengaja farhan bertanya.
"Why? With who you chat?" Tanyanya.
"Bang kenan, he give me a joke, i think it's so funny, but maybe for you itu not funny" jawabku bisik bisik sambil menunjukan chat aku dan bang kenan.Farhan membuang muka, dan menunjukan ketidak sukaannya atas chatku dengan bang kenan. Aku hanya tersenyum kecut melihat perubahan mimik mukanya. Aku dan rara sudah selesai makan. Kami ingin kembali ke camp karna kelas siang kami belum selesai. Kami pun pamit untuk masuk ke kelaa terakhir, dan agar sore nanti kami bisa packing pakaian kami, karna kami berangkat esok pagi.
-------------------
Saat selesai kelas malam, aku dan rara diajak makan bersama beberapa tutor sebagai perpisahan. Bang kenan, sihab, sandi, dan bang irwan. Kami pergi ke cafe tempat nongkrong yang kopinya cukup enak. Disana banyak kami cerita tentang keseruan disana. Tanpa terasa sudah masuk jam malam kami. Kami pun pulang kembali kecamp masing-masing.
Saat di camp, aku mencoba menghubungi farhan. Aku ingin berterima kasih dan meminta maaf kepadanya.
"Halo" kataku
"Salamnya mana?" Tetap menyebalkan walau via telp
"Assalamualaikum" ujarku kembali
"Walaikumsalam" jawabnya
"Aku mau bilang makasih, dan maaf ya udah ngerepotin kamu dan ganggu waktumu selama aku disini. Besok aku pulang berangkat pagi, seinget aku, kamu ada bilang besok ada kelas pagi kan. Takut gak bisa minta maaf besok, sekarang aku bilangnya" ujarku sambil menahan tangis.
"Iya gak papa. Kamu gak nangis kan?" Ujarnya, seketika tangisku pecah.
"Gak kok, aku minta maaf kalo banyak bikin kamu pusing gara-gara aku" suara ku terisak. Terdengar sayup-sayup dia juga sedikit terisak.
"Iya, jangan nangis ya. Sudah aku mau tidur besok ada kelas pagi" ujarnya menyudahi telpku.Setelah bicara dengannya rasanya dadaku semakin sesak. Aku duduk diruang tamu sendiri. Semua teman-teman sudah masuk kekamar masing-masing. Aku mencoba menghubungi temanku dijakarta. Aku telp dian.
"Halo bu, tumben telp jam segini, ada apa?" Tanyanya.
"Gw gak siap pulang bu, gw ngerasa sesak balik ke jakarta bu" ujarku terisak-isak.
"Hei, dari awal apa gw bilang, anggap sekarang ini mimpi indah lo, saat lo balik ke jakarta lo harus lebih kuat untuk hadapin kenyataan. Gw denger suara lo telp selama disana, gw tau banget kalo lo begitu bahagia disana. Tapi sayang, hidup lo itu bukan di alam mimpi, tapi dikenyataan." Ujarnya menasehatiku. Semakin sesak yang aku rasa dadaku. Ingin aku teriak, tapi aku tahan.
"Kenapa gw gak bisa lari dari kenyataan bu?" Ujarku kepadanya
"Hei, reyna aninditya putri, jangan biasakan lari dari kenyataan, lo harus hadapin, lo inget nasehat lo ke gw dulu apa, gw harus hadapin kenyataan. Kok lo sekarang cemen, apa jangan-jangan gara si farhan itu ya?" Ujarnya
"Gak yan, lebih kepada gw gak siap hadapin hidup gw yang seperti lama lagi. Berjuang lagi, tersakiti lagi, lelah lagi, marah lagi. Gw capek yan." Ujarku menangis tidak menerima kenyataan.
"Lo hidup sudah 26 tahun sayangku, selama 26 tahun lo hidup, lo kuat hadapin kenyataan hidup lo, sekarang cuma 1 bulan lo disana lo malah jadi cengeng begini. Ayolah rey, lo itu perempuan kuat sayang." Ujarnya menenangkan aku.
"Gw tau lo berat untuk kembali ke jakarta. Gw tau bagaimana lo berat buat ngadepin ortu lo. Gw tau lo dikasih beban berat sama ortu lo. Please lah, reyna itu perempuan kuat, jangan nangis lagi ya sayangku." Ujarnya kembali, aku sudah cukup tenang.
"Iya, udah tidur gih, besok lo kerja kan." Ujarku menutup telpku.Sejujurnya aku tidak ingin pulang ada beberapa sebab, aku takut kembali ke jakarta, kerumah yang serasa penjara. Aku ingin bebas, seperti saat aku disini. Aku pun segera tidur dan menyiapkan tenaga untuk kembali besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNA
RomanceBerawal dari kisah cinta periode kampung inggris pare, hingga berujung cinta gila yang berusahan memisahkan cinta sejati.