30

207 41 6
                                    

Sementara itu Zweitson terus saja berlari menyusuri koridor rumah sakit tersebut dan ia mencari salah satu tempat yang tenang di rumah sakit tersebut yaitu di taman belakang rumah sakit tersebut
Ya tempat tersebut bisa dibilang tenang karena jarang ada orang disana dan tempatnya sangat tertutup disana tapi tumbuh-tumbuhan disana masi tumbuh dengan segar dan pastinya selalu dirawat oleh pengurus di rumah sakit tersebut.

Sesampainya di taman tersebut Zweitson duduk di kursi yang telah tersedia disana ia duduk sambil menatap rumput, bunga, pohon,dan ada beberapa kupu-kupu yang cantik dan berterbangan bebas di sana

"Andai gw bisa jadi kupu-kupu itu pasti sekarang gw bakalan terbang jauh dari tempat ini
Jauh..jauh sampai ga ada satupun orang yang bisa ketemu sama gw lagi" monolog Zweitson sambil menatap kupu-kupu tersebut

Zweitson menarik nafas panjang

"Berat banget ya...
Hidup gw ini kenapa harus gw yang kaya gini gw juga pengen disayang lagi sama ayah tapi kok susah banget ya?" Ucap Zweitson sambil meneteskan air matanya

"Kenapa? Kenapa kalo Tania kenapa-kenapa pasti gw doang yang disalahin padahal gw juga ga tau kalo Tania bakalan kecelakaan atau ga gw cuma manusia biasa yang sama kaya mereka tapi kenapa mereka seolah-olah menyuruh gw untuk bisa tau apa yang akan terjadi sama Tania kalo sama gw"

"Ya Tuhan jika memang engkau memberikan cobaan seperti ini kepadaku tolong kuatkan aku juga untuk melewati semua ini
Sejujurnya aku tidak sanggup dan tidak kuat tapi karena aku yakin dibalik cobaan yang berat aku jalani sekarang ini pasti akan ada bahagia suatu hari nanti" ucap Zweitson sambil menatap langit dan sedikit tersenyum

"Yah bun maafin zwei ya tadi udah bentak ayah sama bunda jujur zwei ga bermaksud kaya gitu tadi tapi karena terbawa emosi zwei jadi bentak ayah sama bunda" ucap Zweitson sambil menangis mengingat kejadian tadi

Kemudian Zweitson memegang pipinya yang masi sedikit perih dan sakit setelah di tampar oleh ayah tadi

"Udah tiga kali yah sakit banget yah sakit perih banget yah...
Zwei Masi ga nyangka ayah se kasar ini sekarang sama zwei beda kaya dulu..
Dulu zwei luka dikit aja ayah udah khawatir tapi sekarang malah ayah yang buat luka yah luka yang mungkin susah untuk disembuhkan yah...
Zwei jadi kangen ayah yang baik, sama penyayang sama kedua anaknya yah...
Zwei jadi kangen main sepak bola sama ayah kaya dulu
Jadi kangen juga ayah bilang anak kesayangan ayah" lirih Zweitson kemudian mengingat kembali momen-momen tersebut

Flashback on

"Ayah main sepak bola yu yah" ucap Zweitson yang kira-kira masi kelas 2 SD

"Zwei sayang ayah lagi kerja nih nanti dulu ya" ucap ayah lembut sambil mengusap lembut rambut Zweitson

"Huaaa ga mau zwei mau sekarang huaaaa" tangis Zweitson

"Udah cup cup cup jangan nangis dong ayah ga suka liat anak kesayangan ayah ini jadi sedih nanti kalo zwei sedih ayah ikut sedih nih" ucap ayah berjongkok agar bisa mengimbangi tinggi Zweitson saat itu

"Tapi zwei pengen main sepak bola ayah huaa" tangis Zweitson semakin keras

"Udah dong jangan nangis lagi cup cup cup jangan nangis nanti gantengnya hilang loh
Yaudah ayah mau main sepak bola sama zwei tapi ada syaratnya" ucap ayah sambil mengusap air mata Zweitson

"Apa syaratnya yah?" Tanya Zweitson

"Zwei ga boleh nangis lagi sama zwei harus peluk ayah gimana mau?"

"Mau mau" ucap Zweitson langsung memeluk ayah dengan erat

"Anak pinter
ayah sayang banget sama zwei"  ucap ayah membalas pelukan dari Zweitson

"Zwei juga sayang banget sama ayah" ucap Zweitson

"Udah yu yah main sepak bola" ucap Zweitson kemudian melepaskan pelukannya dan menarik tangan ayah

"Yaudah ayok" ucap ayah

Kemudian ayah dan Zweitson bermain sepak bola sambil tertawa bahagia

Flashback off

Zweitson hanya tersenyum lirih mengingat kejadian tersebut rasanya jika ia bisa memutar waktu ia ingin kembali ke masa-masa itu dimana seorang ayah yang baik sama dia perhatian dan tentunya menyayanginya.

"Yah bisa gitu lagi ga kita yah?" Lirih Zweitson meneteskan air mata

Sementara itu Zweitson tidak menyadari jika ada seseorang di belakang dia yang sendari tadi mendengarkan curahan hati tersebut kemudian seseorang tersebut menghampiri Zweitson dan duduk di sebelah Zweitson
Zweitson terkejut kenapa bisa Fenly tau tempat ini?

Ya orang tersebut adalah Fenly, siapa lagi kalo bukan Fenly yang selalu membuntuti Zweitson? Tidak ada bukan.

"Loh kak Ovel" ucap Zweitson sambil menghapus air matanya

"Iya son ini Kaka
Maafin Kaka ya tadi Kaka ga bisa ngebela Soni waktu ayah sama bunda marah maafin Kaka" ucap Fenly

"Ga papa kak tenang aja lagian Soni juga ga kenapa-kenapa juga kan? Udah Kaka tenang aja ya" ucap Zweitson kepada Fenly

"Tapi Kaka ngerasa gagal jadi Kaka yang baik sama Soni dan selalu ngelindungin Soni" ucap Fenly menatap Zweitson

"Kak ovel Kaka ga gagal kok jadi Kaka yang baik buat Soni sama jadi Kaka yang selalu ngelindungin Soni Kaka ga gagal kak
Kaka malah berhasil karena Kaka udah selalu ada buat Soni..
Kak asal Kaka tau kak Soni lebih seneng kalo Kaka selalu ada buat Soni daripada Kaka harus ngelawan ayah sama bunda cuma gara-gara Soni kaya tadi Soni ga suka liatnya biarin Soni aja yang di marahin sama ayah bunda Kaka jangan karena Soni ga tega liat Kaka dimarahin sama ayah bunda biar Soni aja yang digituin
Kaka tau karena apa?"

Fenly menggelengkan kepalanya
Kemudian Zweitson menarik nafas panjang

"Karena Kaka adalah sumber kebahagiaan yang Soni punya sekarang,Kaka adalah dunia Soni Sekarang
Kalo Kaka dimarahin sama ayah bunda terus kaka sedih nanti kebahagiaan soni hilang kak
Terus juga kalo Kaka dimarahin sama ayah bunda terus kaka ngerasa hancur nanti dunia Soni hancur juga gimana" ucap Zweitson tersenyum kepada Fenly

Fenly yang mendebar ucapan Zweitson kemudain menangis dan menarik Zweitson kedalam pelukannya

"Soni juga dunia Kaka sama sumber kebahagiaan Kaka son
Kalo Soni hancur sama sedih Kaka juga sama son" ucap Fenly menangis sambil memeluk Zweitson

Zweitson juga ikut menangis mendengar ucapan dari Fenly

"Ga papa kok kalo Kaka harus dimarahin kek sama ayah bunda ga papa supaya Kaka juga bisa ngerasain apa yang Soni rasain son
Kaka ga tega liat kamu digituin sama ayah bunda" ucap Fenly kemudian melepaskan pelukannya

"Biar kita bisa sama-sama merasakan sakit sama hancurnya salah satu diantara kita son" ucap Fenly

"Kak tetep kaya gini ya jangan berubah jangan kaya ayah" ucap Zweitson Sambil menangis

"Kaka ga akan berubah percaya sama kaka" ucap Fenly

"Pipi Soni gimana Masi sakit? Atau perlu Kaka beliin obat buat ngobatinnya?" Tanya Fenly khawatir

"Ga papa kok kak udah ga sakit lagi" bohong Zweitson

"Udah yuk kedalam lagi liat kondisi Tania" ucap Zweitson kemudian berdiri dari duduknya

"Syukurlah kalo gitu" ucap Fenly kemudian ikut berdiri

"Yaudah yuk kedalam lagi" ucap Fenly

Kemudian Zweitson hanya menganggukkan kepalanya saja dan berjalan masuk kedalam rumah sakit diikuti oleh Fenly di belakangnya




Hai disini author cuma mau bilang kalo nanti author mungkin up nya bakalan 1 Minggu sekali tapi author ga tau juga, soalnya mulai tgl 4 nanti author udah mulai sekolah PTM lagi jadi bakalan susah buat up nya dan author bakalan up setiap malam Minggu tapi ga tau juga bisa apa enggak. Oke author cuma mau bilang itu aja terimakasi. .

See you....


Jangan lupa mampir ke cerita author yang satunya lagi ya judulnya
'apa mungkin bisa?' 

Selamat membaca 🤗

About Zweitson Thegar ||EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang