3. Meet Zeva for 🍎

2K 51 2
                                    

Pagi sekali pintu kamar Zeva sudah diketuk tanpa henti oleh seseorang yang tak tahu kenikmatan tidur di minggu pagi. Dengan kesal Zeva membanting remote TV ke arah pintu. Ajaib! Ketukan itu berhenti namun malah menjadi gedoran yang kencang.

"Anyaa, buka hey jangan ngebo mulu."

Zeva membuka matanya perlahan dan mendengus. "Dasar bocah bunglon, ganggu tidur gue aja!"

"Gak dikunci kali, Sen!" Setengah berteriak Zeva mengatakan itu.

Terdengar bunyi pintu yang dibuka tak sabaran dan munculah si biang masalah Zeva di minggu yang tidak cerah ini.

"Kok gak bilang kalau pintu gak dikunci?" Tanya Arsen yang langsung duduk di karpet lantai Zeva dan menghadap gadis itu.

"Terus gue harus pasang kertas di depan kalau pintu kamar gue gak dikunci?!" Zeva kesal setengah mati, hari minggunya telah musnah karena Arsen.

"Ya gak gitu juga, Nya." Arsen berdiri dan membuka selimut yang menutup wajah Zeva.

Sret..

Helaian rambut yang berantakan di area wajah, bulu mata lentik alami, hidung mancung, bibir yang masih fresh.. ahh.. seketika Arsen menutup kembali wajah Zeva dengan selimut.

'Makk.. tolongg.. anakmu jantungann.. Anya guee cantik bangettt.' Arsen membatin dan merasakan degup jantung yang tak beraturan.

Zeva lalu duduk dan memandang Arsen dengan malas, dilihatnya Arsen seperti sedang melamun dan menahan sesuatu sembari tangannya memegang dada.

"Lo kenapa, sih?" Tanya Zeva.

Arsen masih saja seperti tadi, Zeva lalu berdiri dihadapan Arsen dan menonjok bahu lelaki itu.
"Aww.. " pekikan Arsen seketika langsung membuyarkan lamunan yang tadi ia lamunkan.

"Lo kayak orang tolol, Sen." Ujar Zeva menatapnya sinis.

"Dan lo orang yang cantik, Anya." Arsen serius dengan perkataanya itu. Zeva sangatlah cantik.

"Halah basi! Biasanya juga lo bilang cantik ke semua cewek." Ujar Zava dengan nada datarnya.

"Ciee.. cemburu."

"Heh mana ada cemburu!"

"Uuu Cayang.. ciee cayangnya aku cemburuu."

Zeva yang tak kuat malah berteriak. "Ih Arsen! Stop ya gue geli!" Zeva bergidik ngeri.

"Mau nagih janji dong." Ujar Arsen.

"Janji apa?"

"Lo kan bakalan panggil gue sayang." Ujar Arsen dengan muka dibuat lucu.

"Gak ada-gak ada, gue sibuk." Ujar Zeva sembari keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Disana tidak ada siapa-siapa, paling juga bi Ratih yang sedang di dapur dan mang Kasim yang lagi nyuci mobil jika jam segini.

Ia duduk dan membuka tudung saji itu, tersedia berbagai macam makanan kesukaannya. Ikan asin, sosis asam manis, perkedel dan sambal.

Menggiurkan sekali menu makanan ini, tanpa basa-basi ia langsung menyendokkan nasi ke atas piring. Kemudian ia makan dengan sangat nikmat tanpa mau peduli bahwa di pinggirnya ada sesosok yang melihat gadis itu makan dengan lahapnya.

Arsen segera mengambil piring dan menyendokkan nasi seperti yang Zeva lakukan tadi. Makan dengan khidmat walaupun ia masih kurang suka ikan asin dan sambal yang terlalu pedas.

"Ini ikan kok langsing ya, apa sering nge gym." Ujar Arsen untuk kesekian kalinya mengenai ikan asin yang kurus.

"Lo makan aja banyak nanya banget sih! Udah untung gak gue usir. " Ujar Zeva yang tengah mengambil sambal untuk kedua kalinya.

"Ya aneh aja, biasanya ikan yang gue makan gak kurus kerempeng gini. Kaya salmon kan tebel tuh dagingnya."

"Lo makan aja di rumah lo, gak usah disini!"

"Tapi kan mau bareng lo, Anya."

"Yaudah jangan banyak tanya, makan aja yang kenyang. Syukuri yang ada, jangan ngomentarin ikan asin yang kurus terus."

"Iya-iya.."

Mereka berdua melanjutkan sarapan paginya dengan Arsen yang terus-menerus bingung mengapa ikan asin bisa kurus.

-o0o-

Menuju siang bukannya membersihkan diri mereka berdua malah asik bermain ps. Arsen yang masih koloran saat mengapel dan yang di apeli pun sama saja. Rambut cepol andalan Zeva dan hoodie yang kebesaran. Sungguh Zeva sekali.

"Maju anjrit majuu." Ujar Arsen.

"Sabar bro, gue ke toilet dulu."

"Etdah, Anyaa .. Gue gak mau kalah ini."

"Bentar elah."

Tak lama Zeva kembali dan melanjutkan permainannya.

"Camer kapan pulang, Nya?" Tanya Arsen.

"Katanya sih secepetnya, jarang ngabarin gue mereka. Biasa orang sibuk, mereka yang cari duit gue yang morotinnya."

"Manusia satu inii, morotin-morotin. Contohlah bonyok lo yang pekerja keras."

"Ngapain kerja keras capek-capek, ortu gue kan udah konglomerat."

"Susah sih kalau ngomong sama lo."

"Kayak yang so iye aja lu, sama-sama tukang morot harta ortu diem deh." Sindirnya.

"Nyenyenyeee." Arsen malah mencibir Zeva, tapi jika dipikir ulang iya juga sih.

"Publish hubungan kita yuk?" Ujar Arsen.

"Hubungan kita? Lo aja kali." Tandas Zeva dengan lirikan sinis.

"Lo mah.. gitu mulu sama gue."
Hari minggu Arsen jadi tidak bersemangat begini, sudah berapa kali juga Zeva tidak ingin mengakui mempunyai hubungan dengannya. Ya walaupun cara yang dulu digunakan Arsen salah, tapi ya gimana lagi.. Gak ada cara lain sumpah.

Zeva menyadari raut wajah Arsen. Kasian sih tapi ya gimana ya, dia juga ngajak pacaran pake bawa-bawa emaknya sih.

"Iya deh iya, yang pacarnya gue. " Zeva jadi tak tega juga. Gini-gini dia masih ada hati nurani.

Arsen langsung sumringah mendengar itu. "Apa-apa?? Apa tadi? Gue gak denger," tanyanya sekali lagi.

"Gak ada pengulangan!"

"Berarti kita pacaran juga gak ada pengulangan ya, Nya." Ujar Arsen mesem-mesem terlalu kesenangan.

"Terserah deh, tapi jangan publish ya?"

"Kenapa sih? Gue gak jelek-jelek amat, gue juga pinter, rajin, ketua osis. Kurangnya gue dimana?" Tanya Arsen memperhatikan dirinya sendiri.

"Kurangnya di akhlak lo yang kek dakjal!"

"Astaghfirullah ukhti."

"Lo anak tuhan, bege."

"Lo juga kali. Kita jodoh donggg."

Zeva hanya mendelik dan memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya. Biarlah si bunglon itu berseliweran dirumahnya, toh sudah biasa.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_

To be continued

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang