33. Batal

835 23 0
                                    

Setelah selesai kumpul reuni osis Arsen langsung menghampiri Zeva yang saat ini sedang masak di dapur.

"Bikinin kopi dongg." Ujar Arsen tepat berada dibelakang Zeva.

Zeva yang mendengar itu tiba-tiba saja kaget, Arsen ini emang jahilnya gak pernah ilang.

"Jangan ngagetin bisa gak?!" Zeva membuang nafasnya kasar.

"Heheheh.. pisss." Arsen menunjukkan dua jarinya meskipun itu tak dilihat oleh Zeva.

Zeva membalikkan badannya, dan eh...  tunggu dulu! Ini terlalu dekat!

Mereka terdiam, sama-sama kaget mungkin ketika jarak ternyata hanya sejengkal lengan saja. Tolong siapapun tolong selamatkan Arsen. Ia takut pingsan dadakan kalau terus menerus menatap bidadari!

Arsen menelan ludahnya pelan, apakah dirinya saja yang terkaget-kaget? Ia menatap Zeva yang balas menatapnya. Tak ada raut kekagetan di wajah perempuan itu.

Sesaat Zeva terhanyut dengan momen ini, bohong jika hatinya tidak berdebar. Sungguh ini adalah hal yang paling membuat jantungnya senam secara tiba-tiba!

Namun Zeva itu pintar menyembunyikan raut wajah, padahal jantungnya sudah seperti konser didalam sana.

Perempuan itu lalu mendorong bahu Arsen dan langsung pergi begitu saja, jika berlama-lama dalam posisi seperti itu Zeva yakin dirinya tak akan kuat, ia takut mimisan kalau terus melihat wajah tampan Arsen dalam radius kurang dari 10 senti!

Lebih baik menyelamatkan diri sebelum hal kotor yang ada di pikirannya menjadi kenyataan. Tak munafik kalau Zeva juga mengagumi sosok Arsen. Ia hanya malu mengungkapkan apa yang dirinya rasa.

Arsen keluar dari dapur dan melihat Zeva yang sekarang sudah duduk di depan televisi bersama Alden dengan setoples kacang ditangannya.

Zeva sadar Arsen melihat ke arahnya, namun ia enggan menatap Arsen balik. Sebagai gantinya ia memasukan kacang sebanyak-banyaknya kedalam mulut agar berkonsentrasi saja untuk mengunyah. Itu lebih baik!

Zeva kira lelaki itu tak akan menghampirinya dan tentu saja si Arsen itu malah duduk disampingnya dan ikut mencomot kacang yang ada di pangkuan Zeva.

"Bagi, ya. " Ujarnya santai, padahal dalam hatinya masih dag dig dug ser.

Zeva hanya mengangguk. Alden yang berada disana tentu saja melihat ekspresi canggung di antara keduanya. Heran sih, soalnya dari dulu mereka kan bisa dibilang agak gak akur tapi sekarang malah kayak saling canggung.

"Kalian.. Lagi berantem ya?" Tanya Alden.

"So tau!" Ujar Arsen dan Zeva berbarengan.

Alden terkejut, kompak sekali ya pasangan ini. Ia bertepuk tangan heboh. "Wah wah... Beneran jodoh nih!"

"Diem!!" Mereka berdua kembali bersuara. Padahal didalam hati keduanya mengaminkan hal tersebut.

"Hahaha.. Kompak banget ya kakak ku dan calon kakak ipar, langgeng deh ya kalian biar bisa cepet bikinin ponakan buat gue!" Ujar Alden dengan antusias yang tinggi.

Zeva menghela nafasnya ketika mendengar perkataan Alden. 'Ponakan? Anak ia dan Arsen? Oh shitt.... Plis Zeva otak lo jangan kotor!'

"Semoga aja ya, lo do'ain biar Anya beneran jadi jodoh gue." Hal tak terduga keluar dari mulut Arsen begitu saja.

Zeva terbatuk mendengar itu dan Alden justru berseru senang. Asik bentar lagi dapat ponakan baru nihh, bosan dia gak ada teman main.

"Soalnya gue gak bisa bayangin kalau Anya jadi jodoh orang lain. Gak rela!" Ujarnya penuh ambisi.

"Cieee... Gue ke kamar ah takut ganggu yang lagi bucin! Bye kakak ipar!" Ujar Alden pergi meninggalkan mereka berdua.

Zeva melihat Arsen dan mendengus. "Kenapa lo bilang gitu sih pas ada Alden?!" Kesalnya.

"Emangnya kenapa? Gue emang gak rela kalau lo sama orang lain."

"Ya gak di depan Alden juga!"

"Oh jadi kalau gak ada Alden boleh??" Ujar Arsen menyeringai.

"Ya gak gitu juga!"

"Ya terus gimana?" Tanya Arsen bingung.

"Ihh.. Tau lah capek gue ngomong sama lo." Ujar Zeva ketus.

"Daripada marah-marah mending kita jalan aja yuk?" Ajaknya.

"Jug indit sorangan urang mah rek sare!"

"Plis Anya, jangan dulu pake bahasa itu ponsel gue dirumah." Ujar Arsen memelas.

"Bodo amat."

"Gue ke rumah ambil ponsel terus sekarang lo siap-siap ya, kita bakalan jalan hari ini. First date okey?" Arsen menangkup wajah Zeva menggunakan kedua tangannya.

Romantis.. Tapi-tapii.. Woy anjir lah hati Zeva gak sekuat ini kalau Arsen bicara lembut kaya barusan!

"Tangan lo udah mulai kemana-mana ya! Muka gue jadi gatel!"

"Gatel? Tangan gue mah tangan yang paling steril kali, muka lo aja yang gak steril!"

"Anjir Arsen! Gak jadilah gue ikut sama lo! Pergi sana!"

"Ehhh.... Mana bisa gitu, kata gue tadi apa? Pers det Anya! Pers dettt!"

"Benerin dulu kosa kata lo baru ajak anak orang jalan. Dasar Arsen tai!" Dirinya langsung melangkah untuk pergi ke kamarnya daripada disini dia gampang emosi.

"Woy! Ini kencan pertama kita lo malah ngambek, emang ya cewek bener-bener makhluk yang ribet!" Teriakan Arsen mampu membuat Zeva berbalik dan menyerang perkataan Arsen barusan.

"Lo yang gak peka anjir bukan gue yang ribet!"
Zeva lalu menghilang dibelokan antara kamar Alden dan kamarnya.

Arsen mengacak rambutnya kesal. "Sial! Ngajak kencan aja susahnya minta ampun. Gimana kalau gue ajak dia ke kua? Emang si Anya harus didukunin biar cepet luluh sama gue!"

Arsen pergi dari rumah Zeva dengan hati yang dongkol, niat mau ngajak jalan berujung marahan.

"Awas aja nanti malem, gue santet lo!" Ujarnya sembari masuk kedalam rumah dengan mendengus.

Rachel yang melihat anaknya seperti itu jadi heran sendiri, kenapa sih?

"Sen, kamu kenapa sih? Masuk rumah bukannya salam malah masang muka sepet gitu."

"Anya tuh, di ajak kencan malah susah!"

"Owalahh.. Gitu doang, ya berusaha lagi lah biar Anya nya mau. Jadi cowok kok gampang nyerah." Cibirnya.

Arsen melihat mama nya sesaat, emang betul ya semua perempuan itu sama? Menyebalkan.

Arsen masuk ke kamarnya dan merebahkan diri tentu saja, ini ceritanya Zeva belum luluh gitu sama dia? Katanya Zeva suka juga sama dirinya tapi kok ya gak berubah-ubah sifatnya. Tetap saja cuek.

"Ini beneran gue harus nyari dukun apa ya?" Ujarnya bingung, berhenti Arsen sebelum otakmu itu jadi gila.

"Gue jadi pendosa dong kalau nyantet orang?"

"Dipikir-pikir serem juga bahas santet, gimana kalau ada yang kirim santet ke gue karena ada niatan mau nyelakain Zeva?"

"Ih dasar otak bego! Gue kenapa sih gampang kehasut sama ucapan google, katanya kalau cinta tertolak dukun bertindak!"

"Nyatanya cinta gue gak di tolak, cuma masih jalan di tempat aja."

"Fiks ini harus banget malam ini jadi kencannya, kalau dia gak mau bakal gue geret!"

Lalu kemudian Arsen ketiduran sampai lupa rencana menggeret Zeva untuk pergi berkencan.

Tau-tau saja sudah subuh dan Arsen sungguh menyesal kenapa ia bisa ketiduran bahkan sampai melewatkan makan malam. Alhasil sekarang dirinya kelaparan, cacing diperutnya minta untuk dipuaskan.

Baiklah cacing, karena majikanmu cukup baik maka kalian akan diberi makan.




























Tbc..
Jangan lupa vote, komen dan share yaa^^

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang