34. Sepanjang jalan

655 19 0
                                    

Setelah selesai sarapan Arsen langsung bersiap-siap untuk mengajak Zeva jalan. Sebelumya ia akan ke minimarket terdekat dulu untuk membeli makanan dan camilan. Untung saja di komplek mereka ada minimarket yang buka dua puluh empat jam.

Dirasa sudah cukup berbelanja ia langsung melajukan motornya ke arah penjual alat camping untuk membeli hamook dan kompor portable. Iya, bisa ditebak Arsen akan membawa Zeva kemana.

Ia langsung membawa baju ganti karena ya perlu aja takutnya hujan juga, setelah selesai prepare ia langsung berpamitan pada Rachel saja karena Wira papa nya sudah berangkat ke kantor.

"Arsen pergi ya, ma." Ujarnya sambil menyalimi lengan mama nya.

"Hati-hati ya, semoga kencannya lancar." Ujar Rachel.

"Siapp, semoga aja."

Setelahnya Arsen langsung kerumah Zeva dan didapati gadis itu ternyata masih tidur tadi kata Alden.

Ristiani mempersilahkan Arsen untuk ke kamar Zeva, mungkin karena sudah akrab ya dibolehkan.

Lelaki itu naik kelantai atas dan membuka pintu. Ternyata tidak dikunci.

Hal yang pertama ia lihat adalah perempuan yang bergelung selimut di atas kasur. Jika yang dipikiran kalian itu akan estetik maka jawabannya adalah sangat-sangat salah! Zeva tengkurep dengan rambut yang super acak-acakan!

Tapi yang namanya bucin pemandangan dihadapannya ini terlihat seperti bidadari tersungkur kasur.

Arsen menggoyangkan pelan lengan Zeva dan berhasil. Perempuan itu menggeliat bagai ulat bulu.

"Bangun yang, kita harus otw." Ujar Arsen.

Zeva membalikkan badannya tak lupa mengucek mata agar penglihatannya ini beneran tak salah lihat. Pagi buta udah ada mantan bunglon dirumahnya? Ngapain?

"Apa sih?.. Masih pagi Sen kalau lo mau ganggu gue." Zeva dengan suara serak khas bangun tidur membuat Arsen tiba-tiba kepikiran hal yang iya-iya aja.

"Siap-siap ya, kita mau piknik ke gunung putri."

"Tunggu.. Lo gak bercanda kan?" Tanya Zeva setengah duduk dengan menyangga badannya dengan satu lengan ke kasur.

"Gue udah prepare, tinggal nunggu lo siap-siap dan berangkat. Buat sarapan nanti dijalan kita nyari." Sebenarnya Arsen sudah sarapan, tapi kalau bilang nanti Zeva gak bakalan mau makan.

"Gila ya lo! Pergi aja sana ah, masih pagi udah nge prank! Gunung putri tuh jauh ya dari sini!"

"Ya makannya itu, ayo buruan siap-siap jangan lelet. Gue tunggu dua puluh menit buat mandi."

Arsen langsung keluar kamar Zeva begitu saja, soalnya kalau masih tetap disana yang ada ribut terus perginya gagal lagi nanti.

"Si bunglon sialan! Ngacauin hari libur gue aja!"  Namun tak urung gadis itu pergi ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Zeva keluar dengan aura yang segar tapi berwajah muram durja. Rambut yang belum dikeringkan menambah kesan horor minggu paginya.

Ia lalu memasukkan satu set pakaian karena katanya takut hujan jadi antisipasi aja bawa ganti, ia juga membawa hairdryer untuk rambutnya jika nanti sudah di mobil Arsen.

"Lama banget, gue kan nyuruh dua puluh menit tapi ini udah setengah jam." Ujar Arsen melihat arloji di pergelangan tangannya.

"Ampunn.. Sepuluh menit doang! Oh atau gak usah pergi aja sekalian?!" Ujar Zeva mengancam.

"Heh! Enak aja maen batal-batalin. Yok ah cepet keburu macet!"

Arsen benar dengan perkataannya semalam jika dia akan menggeret Zeva dan gadis itu hanya pasrah saja dilawan pun percuma ngabisin waktu doang.

Sebelum berangkat mereka berpamitan terlebih dahulu kepada Ristiani, untung saja Zeva di izinkan pergi. Coba kalau gak di izinin? Ya menggalau lagi mantan ketua osis kita.

Selama di perjalanan di isi oleh alunan musik yang bisa membuat pendengar merasa nyaman, ditambah Arsen yang fokus menyetir membuat Zeva senang karena tak ada yang perlu diperdebatkan jika dia tanya ini itu.

"Numpang nyolok hairdryer ya." Ujar Zeva.

"Iya, boleh."

"Tumben ya lo gak rese."

Arsen melirik sekilas dan tertawa sinis. "Gue diem salah, gue banyak tanya salah, emang ya perempuan sulit dimengerti."

"Lo nya aja yang kurang peka."

"Terus aja teruss.. Gue ini peka tau, cuma kalau udah sama lo kepekaan gue mendadak hilang bagai di telan alien!"

"Hahaha.. Ngakak sekali anda ini, Pak!"

"Gue gak lagi ngelawak."

"Utututu.... Arsennya siapa sih inii, emang bolehh selucuu inii." Ujar Zeva tertawa.

Sebenarnya Arsen kesal, tapi mendengar ucapan random dari Zeva kesalnya mendadak hilang dan tiba-tiba saja menjadi rasa sayang.

Arsen itu emang gampangan, dikit-dikit sayang, dikit-dikit nyaman!

"Mampir dulu ya kesini, kita beli lunchbox aja kali ya yang praktis."

"Terserah."

"Oke, mau ikut atau nunggu disini?"

"Disini aja, gue masih belum selesai ngeringin rambut."

"Oke, tunggu aku kembali ya sayangnya Arsen."

"Lebay, mau beli makan aja harus drama dulu."

"Utututu... Emang boleh semalah ituu?"

Zeva mendelik. "Pergi sana! Keburu siang nanti sampe nya."

"Ck, iya-iya.."

_o0o_

Sudah hampir tiga jam mereka dijalan, ditambah agak sedikit macet membuat suasana di dalam mobil seketika gerah gak karuan padahal masih pagi. Baru aja jam sembilan soalnya mereka tadi berangkat pukul enam.

"Kapan nyampe nya?" Ini adalah pertanyaan yang sama yang di ajukannya sejak tadi.

"Bentar lagi kayaknya, kata google map sekitar setengah jam lagi."

"Map nya nyasar kali, udah gedeg gue didalem mobil terus."

"Liat ke jendela dong, banyak pemandangan bagus."

"Bagus sih bagus, tapi pantat gue udah panas duduk mulu daritadi."

"Ya sabar dong sayangg.. Namanya juga perjalanan jauh."

"Ya salah lo, kenapa nyari tempatnya yang jauh!"

"Sekali-kali, soalnya kita belum pernah main jauh."

"Yayaya.. Terserah. Gue mau tidur, bangunin kalau udah sampe."

"Mimpiin gue ya!"

"Ogah!"

Tak terdengar lagi Arsen menyahut Zeva langsung tidur setelah sandaran kursinya diturunkan.

Arsen melirik Zeva yang kini sudah tidur, bukan karena dengkuran ia mengetahui gadis itu sudah tidur atau belum tetapi dengan mulutnya yang sedikit terbuka maka itu berarti Zeva sudah masuk ke alam mimpinya.

Ia menepikan mobil sebentar lalu mengambil selimutnya yang berada dibelakang. Sengaja Arsen banyak menaruh barang pribadi didalam mobilnya.

Menyelimutkan ke tubuh Zeva sampai sebatas perut takut sang empu kepanasan. Meskipun ada AC tapi tetap saja panasnya gak enak.

Beberapa menit lagi sepertinya mereka akan sampai di tujuan, ia sudah berada di lembang tinggal beberapa belokan lagi.

Ternyata setelah dekat ke lokasi jalannya sangat-sangat tidak mulus, garinjul kalau bahasa sunda. Auto ganti ban kalau pulang dari sini.

Malangnya nasib si angel, auto servis aja sehabis dari sini. Tau jalannya gini mending pake motor aja, tapi kalau pake motor kasian Zeva nanti kepanasan. Kalau kepanasan Zeva suka ngereog dadakan, serem kalau tiba-tiba rambutnya dijambak sepanjang jalan.




















Tbc..
Jangan lupa vote, komen dan share yaa teman-teman^^

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang