6. MOS Period for Arsen

1.2K 38 1
                                    

Arsen tengah mengecek proposal pengajuan untuk MOS tahun ini, ia dengan telaten membaca proposal itu tanpa tertinggal satu kata sedikitpun. Baginya ini adalah tugas kedua terakhir ketika ia menjabat sebagai ketua Osis, karena beberapa bulan lagi ia sudah tak menjabatnya. Lelaki itu akan lengser dan diganti dengan ketua Osis yang baru.

Yang ia harapkan semoga ketua Osis selanjutnya bisa lebih baik dari dirinya, meskipun ia tahu ketika Osis berada dibawah pimpinannya itu membawa banyak sekali perubahan baik. Banyak prestasi-prestasi yang bermunculan dari hasil perlombaan bakat. Nama sekolah mereka menjadi terkenal karena Arsen dan teman-temannya sering menjadi motivator ke Sekolah Menengah Pertama. Mungkin agak sedikit sombong, tapi Arsen rasa yang mengabdi di Osis lebih baik dari dirinya itu sungguh mustahil.

Kalian tidak pernah tahu bahwa Arsen adalah pengabdi yang paling banyak bekerja keras di Osis, tugas yang diberikan guru pada Osis pasti ia yang akan memberi solusi, ketika Osis kekurangan dana ia dengan senang hati menambahnya dengan uang milik sendiri. Bahkan ia rela selalu menginap di sekolah jika memang sedang ada kegiatan besar yang mengharuskannya menyelesaikan tugas itu dengan baik.

Di usianya yang mau beranjak delapan belas tahun ia sudah mengelola kafe miliknya sendiri, memang uang awal untuk pembangunan dari orang tuanya, namun modal awal dan peralatan menggunakan uang tabungannya. Sama saja sih uang dari orang tuanya, tapi setidaknya Arsen bisa menabung.

Dengan wajah yang terbilang tampan ia yakin pasti tahun ini banyak lagi siswi baru yang memperhatikannya, sungguh jika mau jujur ia ingin bilang jika dirinya risih. Namun, kenyataannya ia selalu menyambut hangat jika ada yang mempunyai rasa padanya, atau sekedar memberikannya surat dan coklat.

Hal itu pula yang menjadikan dirinya ramah pada semua orang, yang terkadang dibilang agak bodoh oleh Reynal sahabatnya. Ia jadi seperti player yang menerima banyak hadiah dan bersikap ramah pada semua siswi yang menyukainya.

Dirasa proposal sudah memenuhi syarat untuk pengajuan ia lalu membereskan dan segera bergegas ke ruang guru untuk menyerahkannya.

Saat di koridor ia tak sengaja akan berpapasan dengan vitaminnya. Ia yang semula ingin menyapa Zeva mengurungkan niatnya kala di koridor tengah ramai anak yang mata pelajarannya kosong.

Ia hanya ingin Zeva tidak risih dengan perlakuannya, maka dengan cara backstreet pun tak apa. Perempuan itu yang menginginkannya namun mengapa hati Arsen yang tak suka, padahal yang Arsen inginkan seluruh sekolah mengetahui hubungannya dengan Zeva agar ia tak perlu lagi mendengar ujaran lelaki yang tengah memuji kecantikan Zeva.

Jika kalian berpikir Zeva tak ada yang melirik kalian salah besar, meskipun dandanannya tidak seperti gadis pada umum namun Zeva memilliki aura yang bisa bersinar dengan sendirinya.

Arsen hanya tersenyum tipis ketika berpapasan dengan Zeva.

'Padahal gue pengen meluk Anya.' Batin Arsen terasa disiksa jika disekolah.

...o0o...

Beberapa hari berlalu, proposal yang ia ajukan sudah di acc oleh pihak sekolah. Ia akan berlangsungkan MOS ini selama tiga hari saja. Tak perlu lama cukup inti-intinya saja tersampaikan.

"Sen? Lo jangan terlalu memforsir diri sendiri. Coba udah berapa hari lo ngerjain tugas buat MOS ini sendirian? Lo itu gak harus kayak gitu, kita semua ada kok." Ujar Reynal yang kasihan melihat sahabatnya ini begitu ambisius untuk menyelesaikan tugasnya sebagai Osis.

"Gue pengen yang terbaik aja selama masa periode yang gue pimpin."

Niatnya memang baik, tapi lelaki itu jadi sering melupakan makan siangnya, sering begadang juga. Arsen juga menyadari hal ini, namun yang paling Arsen sadari adalah ia merasa jauh dengan Zeva karena banyaknya tuntutan dari pihak sekolah yang menginginkan MOS ini berjalan dengan lancar.

"Kalo lo sakit gimana? Gak lucu kan pas MOS ketua Osis mendadak sakit?"

"Gue gak akan sakit, masih kuat kok."

"Terserahlah, lu batu."

"Lo udah tau sifat gue, kalau udah serius sama satu hal yaudah gue lupa sama yang lain."

Reynal hanya mengusap wajahnya kasar, sungguh Arsen ini mulia sekali untuk mengabdi sebagai Osis namun ia juga bodoh tak mementingkan kesehatan pribadinya.

"Gue bantu apa?" Tawar Reynal, pasalnya sudah berapa kali ia menawarkan diri membantu namun tak ada tugas yang Arsen berikan.

"Bantu do'a aja lebih baik, Rey."

"Gue serius." Ujar Reynal.

Arsen melihat tatapan itu, baik saatnya untuk dirinya istirahat sejenak.

"Ambil alih tugas gue." Arsen lalu berjalan ke arah cermin menatap dirinya kasihan.

"Sekalinya gue mau nolongin dikasih beban seberat itu, yaudahlah sana lo ke kantin aja."

"Iya, bentar rapihin diri dulu masa ketua Osis amburadul kayak gini. Entar kadar ketampanan gue berkurang." Ujarnya sembari merapikan sedikit pakaiannya yang terlihat kusut.

"Selain batu, lu juga pd nya selevel sama keras kepala lo."

"Owh jelas, harus."

"Sono ah, lo ganggu gue."

"Iya ini mau keluar."

"Yaudah sono, jangan ngaca mulu. Jujur ya lo jadi jelek sekarang."

"Masa? Gue tampan gini dibilang jelek sama yang mukanya pas-pasan."

"Arsen! Keluar gak lo?!"

"Iya, sabar napa. Sewot mulu."

Reynal hanya berdecak kesal, lebih baik ia mengerjakan tugasnya daripada meladeni makhluk terlanjur pd seperti Arsen.

Arsen memutuskan untuk ke kantin membeli seporsi nasi goreng dengan teh botol sebagai minumannya. Kebetulan sedang istirahat, kantin sangat ramai. Ia malas berdesakan, namun perutnya lapar minta di isi. Setelah memesan ia memutuskan untuk duduk sembari menunggu.

"Kak Arsen?" Tanya seorang gadis yang cantik.

Arsen mengalihkan perhatian guna mencari sumber suara yang memanggil namanya.

"Ya?" Dilihatnya gadis cantik berbandana merah muda sedang menatapnya dengan kagum.

"Ini buat kakak, semoga suka ya. Itu aku yang masak sendiri." Ujar gadis itu sembari menjulurkan kotak bekalnya pada Arsen.

"Terima kasih ya." Balas Arsen.

"Iya kak, aku pergi dulu."

"Iya." Banyak pasang mata yang melihat itu, perempuan yang mengagumi Arsen ingin mempunyai keberanian seperti gadis itu, namun hanya sedikit saja yang berani kebanyakan hanya menjadi pengagum rahasia.

Setelah pesanannya datang, ia langsung membawa makanan itu ke atas rooftop, ia ingin sendiri dengan mencari kedamaian disana.

Ia agak kesusahan saat membuka pintu karena membawa nampan berisi nasi goreng dan teh botol ditambah bekal yang tadi diberi oleh seorang adik tingkatnya.

Arsen berjalan menuju kursi kayu yang berada disana, namun semakin dekat Arsen melihat siluet seorang gadis yang sangat ia kenali tengah merokok di pembatas pagar rooftop.

Arsen senang akhirnya bertemu dengan Zeva, ia lalu meletakkan nampan itu di atas meja dan menghampiri gadis itu.

Greb..

Zeva langsung membalikkan badannya kaget. Lalu sedetik kemudian ia tercengang mendapati Arsen yang tengah memeluknya.

"Kangen tau, gue sibuk banget sama Osis."

"Lepas Arsen."

"Biarin gini dulu, Anya."

Zeva membalikkan tubuhnya kembali pada pemandangan kota yang menyapanya. Ia mengepulkan asap itu ke atas langit.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_

To be Continued

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang