7. MOS Period for Arsen II

1K 33 0
                                    

Ada setitik kehangatan yang menyergap dada Zeva ketika ia bertemu dengan lelaki ini. Sudah terhitung empat hari mereka tidak bertemu, terakhir hanya di koridor saja itupun tidak ada yang berbicara.

Zeva sudah menghabiskan tiga batang rokok dan ini adalah yang ke-empat.
"Sampe kapan lo meluk gue?"

"Sampe rasa capek gue ilang."

Zeva mematikan rokok itu dengan menginjaknya menggunakan sepatu. Ia membalikkan badan menghadap Arsen, bukannya melepaskan lelaki itu malah sekarang memeluknya dari depan.

Zeva melihat ada nasi di atas meja, mungkin tujuan awal Arsen ingin mengisi perutnya. Sebentar saja ia memperhatikan wajah Arsen, terlihat sangat lelah. Rambut yang biasanya ditata dengan rapih kini berantakan.

"Makan dulu, Sen? Katanya lo capek?"

"Makan bareng gue tapi ya?"

Zeva mendelik sebal namun tak urung Zeva mengatakan iya. Gadis itu mendorong tubuh Arsen yang melekat padanya, "Ayo, katanya mau makan."

Arsen mengangguk dengan semangat, jika sudah bertemu dengan vitaminnya maka stamina Arsen akan meningkat.

Mereka duduk berdampingan, Zeva melihat kotak bekal berwarna ungu. Sejak kapan Arsen membawa bekal? Biasanya lelaki itu tak mau membawa bekal jika sekolah.

"Lo bawa bekal?"

"Oh.. bukan, tadi ada yang ngasih. Tapi gue gak mau makan itu, lo makan aja ya?"

"Gak salah lo ngasih bekal orang yang suka ke lo sama gue?"

"Gak kok, kenapa gitu?"

Ah Arsen ini sungguh tidak peka, mana ada cewek yang mau makan makanan yang diberikan oleh penggemar pacarnya sendiri.

Arsen yang lahap dengan makanannya membuat Zeva kesal, pasalnya ia juga lapar tapi ia tak mau memakan bekal itu.

"Asen.. Gue mau juga nasi goreng lo." Ujar Zeva yang kini terlihat sungguh imut dimata Arsen.

"Mau yang ini?" Tanya nya sembari menawari nasi goreng miliknya.

"Iya."

"Kalau yang di kotak bekal gak mau?"

"Gak mau."

"Yaudah tuker, lo makan yang ini, gue yang makan bekal itu."

"Hah? Gak usahlah, gak jadi. Gue aja yang makan bekal itu." Arsen hanya menaikkan alisnya sebelah. "Tadi katanya gak mau?"

"Udahlah jangan banyak omong." Ujar Zeva dengan muka judesnya.

Ia lalu membuka kotak bekal itu, terlihat cantik. Sepertinya gadis yang memberi Arsen ini pribadi yang rapih dan bersih.

Namun Zeva langsung menghempaskan pikiran itu, 'hah timbang gini doang juga gue bisa.'

Zeva memakan bekal itu, lumayan sih. Tapi tetap masakan Zeva lebih unggul daripada ini. Paling juga ini pake bumbu instan.

Sepertinya ada yang sedang mengelak untuk cemburu.

"Mau ya?" Tanya Zeva pada Arsen.

Lelaki itu melihat apa yang dimaksud Zeva, ia lalu mengangguk sebagai jawaban.

Zeva mulai membuka sedotannya dan meminum teh botol itu. Rasanya segar.

"Abis nih." Ujar Zeva pada Arsen.

Lelaki itu melihat kotak bekal yang tinggal sendoknya saja, sepertinya Zeva kelaparan.

"Mau lagi? Ni yang gue masih ada." Tawarnya pada Zeva.

Sebenarnya Zeva masih mau, tapi ia yakin jika Arsen masih lapar. Jadi ia menolak itu.

Zeva kembali meminum teh botol itu, Arsen baik sekali padanya. Tapi ia masih tak yakin dengan hati dan perasaannya.

Arsen menghabiskan suapan terakhir itu dengan khidmat, memang nasi goreng buatan mang Yayan tiada tandingan.

Ia meraih teh botol itu dan meminumnya.

"Sen!" Zeva panik ketika Arsen meminum teh botol itu.

"Kenapa, Anya?" Tanya nya heran.

"Kenapa-kenapa! Itu sedotan bekas gue tai!"

"Emangnya kenapa?" Tanya nya sudah seperti orang bodoh.

Tak sadarkah Arsen jika secara tidak langsung mereka telah berciuman? Mau bilang seperti itu kenapa ia yang jadi malu sendiri, yasudahlah biar saja.

"Gak kok."

Arsen mengeluarkan senyum smirk nya pada Zeva, sekali-kali ia harus berani kan lada gadis itu? Agar Zeva balik memcintainya.
"Sengaja kok gue minum di sedotan bekas lo, secara gak langsung kita udah ciuman kan? Manis ya bekas lo jadi pengen yang langsung." Ujar Arsen sembari senyum-senyum sendiri.

Zeva yang mendengar itu langsung menggeplak kepala Arsen tak berperasaan.

Plakk

"Gila ya lo! Gue kira lo gak tau hal begituan." Ucapnya horor.

"Gue juga manusia biasa kali, Anya."

"Anjir dasar lo mesum!"

"Heh, gua gak mesum yaa. Kalaupun iya cuman sama lo doang." Arsen mengeluarkan smirk nya pada Zeva.

"Arsen tololl." Zeva segera berdiri dan langsung bergegas meninggalkan Arsen yang sudah ketawa-ketiwi seperti mbak kunti.

Setelah Zeva benar-benar keluar dari rooftop Arsen berhenti tertawa.

"Ciuman secara gak langsung, terus langsungnya kapan?"

Dengan memikirkan ini saja mampu buat wajahnya memerah karena malu. Akhir-akhir ini ia begitu senang menggoda Zeva. Padahal dulu awal pacaran gadis itu tak meresponnya sama sekali, bahkan jika ia memanggilpun maka Zeva akan pura-pura tak mendengar.

Apa mungkin sekarang Zeva sudah mulai luluh dengannya?
Arsen harap begitu.

"Anya, lo cuma milik gue. Gak akan pernah jadi milik orang lain selain gue."

Arsen seperti yang terobsesi pada Anya, padahal itu tidak benar. Ia hanya ingin dicintai balik oleh gadis itu, ia ingin perjuangannya membuahkan hasil.

Ia bahkan sudah merancang jika nanti akan satu kampus dengan Zeva, dan selalu ikut jika gadis itu pergi kemanapun. Ia hanya ingin selalu dekat dengan Zeva, karena ia mencintai Zeva dengan tulus dan sudah sangat lama.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_

To be Continued

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang