Tak terasa hari kedua ini MOS berjalan dengan sangat baik seperti kemarin. Sebelum menyuruh mereka pulang para pendamping Osis memberitahu agar pukul lima sore nanti mereka sudah kembali ke sekolah untuk kegiatan terakhir, yaitu api unggun.
Arsen sepertinya sudah lelah, ia melewatkan jadwal makan hampir seharian. Ia hanya meminum vitamin dan satu buah roti. Reynal yang melihat itu tentu ingin sekali menghajar wajah sok kuatnya Arsen.
"Mending lo istirahat, Sen." Ujar Reynal.
"Tapi acara belum selesai, gue gak mau gara-gara hal sepele ini malah berantakan."
"Lagi kurang sehat aja lo masih mikirin Osis?" Ujarnya bingung dengan pemikiran Arsen.
Arsen hanya menganggukkan kepalanya. Pukul lima sore tadi murid-murid baru itu sudah kembali ke sekolah. Dan puncaknya malam ini, acara api unggun sambil mendengarkan petikan gitar dari Rian salah satu anggota Osis yang jago main gitar.
Semuanya terhanyut dalam lagu yang dibawakan oleh anggota Osis itu, Arsen sendiri jauh melamun memikirkan satu nama yang berhasil membuatnya jadi sebucin itu. Padahal dulu ia adalah pribadi yang tertutup.
Saat lagu berakhir, siswa-siswi sudah diberi interupsi untuk membawa surat ucapan untuk kakak pendamping yang paling mereka sukai.
Dalam hitungan menit, sudah banyak surat yang Arsen dapatkan sampai harus ditolong Rian dan memasukannya kedalam paper bag agar tidak jatuh tercecer.
Terakhir yang memberi surat pada Arsen adalah gadis yang di gadang-gadang akan menjadi primadona sekolah selanjutnya setelah Sifa dan.. Zeva. Ya, untuk kaum lelaki gadis tomboy itu sungguh memikat, seperti ada aura sang dewi yang menguar dari dalam tubuhnya. Walaupun terlihat urakan tapi entah kenapa, pesona seorang Zeva mampu mengalahkan Olin yang populer di SMA RAJAWALI.
Banyak lelaki angkatan gadis itu yang terlihat kecewa ketika dirinya memberikan surat kepada ketua Osis mereka.
"Buat kakak, dibaca ya." Ujarnya dengan senyuman yang mampu membius siapapun yang melihatnya. Namun bagi Arsen biasa saja.
"Makasih ya." Ujarnya sambil tersenyum, setelah mendapatkan surat Arsen memilih untuk masuk kedalam ruangannya. Bukan tak mau berlama-lama, tapi ia sudah sangat pusing dan sedaritadi telinganya berdengung membuat dirinya seperti hilang akal.
Reynal yang merasa heran dengan ketua Osisnya itu membuntuti Arsen sampai ruangan mereka.
"Kan gue udah bilang, jangan memforsir diri terlalu keras."
"Liat kan sekarang?"
Arsen yang mendengar itu hanya mendengus sembari merebahkan dirinya pada sofa yang berada disana.
"Arsen! Hidung lo.." Reynal segera mengambilkan tisu untuk Arsen.
Arsen yang kaget dengan ucapan Reynal langsung memegang cairan merah kental itu, 'ah sial! Tubuh ini mudah sekali sakit!
Ia segera duduk dan langsung mengambil tisu yang dibawakan oleh Reynal.
Ia tak suka bila tubuhnya selemah ini, ia ingin dirinya sehat seperti kebanyakan orang yang berada di sekolahnya.
Kepala Arsen menjadi sangat berat saat ini, ia membuka tas namun obatnya tak ada disana.
"Pulang bro, gue anter. Motor simpen aja nanti gue yang bawa ke rumah lo."
"Gak usah, kalau lo pergi siapa yang jaga acara ini?"
"Gue hanya percaya lo aja buat saat ini." Ujar Arsen memberi pengertian pada sahabatnya.
"Oke, lo hubungi orang rumah biar ada yang jemput lo." Ujar Reynal.
Arsen bingung sendiri, haruskah ia menelpon ayahnya yang sedang berada diluar kota bersama ibunya? Ia tak yakin, kasihan mereka repot-repot pulang hanya untuk menjemput Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Roman pour AdolescentsBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...