23. Gelisah Galau Merana

736 23 0
                                    

Ternyata usaha Salsabila tidak sampai situ untuk mendekati Arsen, pulangnya ia mencegat lelaki itu di depan gerbang.
Tak sia-sia usahanya menunggu osis bubar kalau yang dia inginkan tercapai, ya betul sekali, ia minta di antarkan oleh Arsen.

Kenapa Arsen mau? Oh jelas itu karena dia memang baik, lagipun yang pernah di antar Arsen bukan hanya dirinya saja. Semuanya sama kecuali Zeva tentu saja. Dia penumpang yang sangat istimewa.

Di tengah jalan Salsabila berusaha memeluk Arsen dari belakang namun teguran halus dari Arsen tak mampu untuk melanjutkan aksinya.

"Jangan peluk orang sembarangan, apalagi cowok. Lo ngerti gak? Gak semua cowok baik." Ujarnya dengan sedikit keras takut kalau tidak terdengar.

Salsabila yang dinasehati seperti itu bukannya marah malah senang, Arsen ini khawatir padanya kan?

Ia mesem-mesem tidak jelas sambil berkata." Iya, aku gini cuman sama kamu doang kok."

"Justru itu, lo gak boleh ngelakuin hal kayak gitu ke gue. Lo harus tau batasan." Arsen sebenarnya muak namun ia tak sampai hati jika harus menyuruh Salsabila turun dari motornya.

"Kamu kan baik, jadi gak salah kalau aku pegangan ke kamu." Ngotot sekali ya manusia satu ini.

"Lo boleh megang tapi jangan meluk gue, pegang aja behel motor dibelakang lo." Ujarnya dengan tenang namun tersirat dengan ketegasan.

"Masa iya aku pegangan ke belakang, enakan juga megang ke kakak."

Sabar Arsen, ulat bulu satu ini minta dihempas layaknya debu sepertinya.

"Jangan pernah berani meluk gue dan inget satu hal, gue anterin lo pulang cuma karena kasian bukan suka."

Salsabila tau lelaki ini belum menyukainya, namun ia tak akan gentar untuk mendekati sang pujaan hati.

Dirasa perempuan itu diam Arsen lalu menambah laju motornya guna mempersingkat waktu agar tak lama dengannya, ternyata punya sifat gak enakan emang se bangsat ini.

Pantas saja Zeva selalu ragu padanya kalau yang ia lakukan saja pasti sedikitnya menyulut amarah gadis itu.

_o0o_

Ujian praktek hari ini ada dua, satunya ujian praktek biologi dan seni budaya.

Zeva yang memang dari awal sudah malas malah melarikan diri ke rooftop sekolah dan merokok dengan tenang, tak lupa kan kalau perempuan itu memang perokok aktif.

Ditemani secangkir kopi dan udara yang sejuk membuat ia cosplay seperti abah-abah di pagi hari. Sudah merokok, minum kopi, pakaian berantakan. Hah lengkap sudah.

"Lo ternyata disini? Pantes tadi gue lewat kelas lo nggak ada."

Tak perlu menoleh atau membalikan tubuh, ia sudah hafal diluar kepala suara siapa itu.

"Bukannya kelas lo lagi ujian praktek ya?" Tanya nya.

"Males."

"Jangan males, udah mau lulus gak boleh gitu. Katanya mau masuk kampus impian tapi sekarang usahanya gak keliatan." Ujar orang yang sama.

"Hidup gue kenapa lo yang ngatur."

"Bukan ngatur, tapi gue peduli."

Lelaki itu langsung melangkah dan berhenti dibelakang Zeva. Dengan perlahan tangannya mulai nakal memeluk gadis itu dari belakang, rasa kaget yang dirasa Zeva sontak mengalihkan perhatiannya pada lelaki itu.

"Lepasin Arsen, ini di sekolah." Ujarnya lantang sembari menatap manik mata Arsen.

"Iya ini di sekolah, emang kenapa? Lo aja ngerokok disekolah tuh padahal ini bukan rumah."

Zeva mendengus dan membuang rokok yang tinggal setengah.

"Lepas, nanti takut ada yang lihat."

"Biarin, biar semua orang tau kalau lo punya gue dan gue punya lo."

"Alay anjir, perbaiki dulu deh sifat lo yang kek buaya sebelum cosplay jadi romeo."

"Lo mau gue kayak gimana?"

Zeva sepenuhnya sudah menghadap lelaki itu.

"Gak kayak gimana-gimana."

"Yang.. Gue beneran serius sama lo." Ujarnya dengan lembut.

"Cinta apa yang serius pas masih sekolah?"

"Lo ngeraguin rasa yang gue punya?" Tanya nya tertantang.

"Buktiin Sen, kalau lo bener-bener serius gue bakal pertimbangin lo dihidup gue."

Arsen diam lalu merapatkan tubuh mereka dan langsung mencium bibir Zeva sekilas namun penuh dengan cinta.

Zeva mematung, bukan ini yang dia maksud, bukan seperti ini!!

Zeva langsung mendorong tubuh Arsen sampai lelaki itu agak limbung.

" Lo bukan cinta ke gue anjir! Tapi lo cuma nafsu!" Zeva kemudian pergi meninggalkan Arsen yang diam sambil merutuki dirinya yang terlampau bodoh.

"GUE HARUS GIMANA ANYA?! GUE HARUS APA BIAR LO PERCAYA KALAU CINTA YANG GUE PUNYA CUMA BUAT LO!!" Teriakan Arsen mampu membuat Zeva berhenti.

Ia berbalik dan berkata. "Jadiin gue satu-satunya bukan salah satunya." Ujarnya final.

Arsen mengacak rambutnya kesal, memang kapan ia membuat Zeva menjadi salah satunya sementara yang ia yakini Zeva adalah satu-satunya?

_o0o_

'Bajingan sialan! Berani-beraninya dia cium gue!'

Zeva tak henti-hentinya mengutuk Arsen disetiap langkah yang ia lalui, marah bercampur kesal mendominasi gadis itu walau tak ayal ada setitik rasa senang bercampur malu dihatinya.

Entahlah ia harus menghadapi Arsen seperti apa. Ia resah dengan hatinya, jika memilih pergi dari Arsen sepertinya Zeva bingung karena jujur saja kehadiran lelaki itu akhir-akhir ini membuat harinya yang kosong menjadi terisi.

"Zeva!" Nara melambaikan tangannya tanda memanggil.

'Baru keluar dari genggaman buaya sekarang ketemu otak udang.'

Perumpamaan yang menyakiti hati namun memang itu kenyataannya.

"Kamu kemana aja sih? Kita kan ada praktek seni budaya. Kamu mau nampilin apa?"

"Gak tau."

" Lah kok gak tau?! Pergantian jam pelajaran langsung uprak seni budaya loh!"

"Daripada ngurusin gue mending lo urus diri sendiri sana."

"Ihh.. aku tinggal praktek udah kelar, lah kamu?"

"Gue juga udah."

Nara mencibir "Tadi katanya gak tau."

"Biar lo panik aja." Ujarnya santai.

Sepertinya Zeva sudah membuka diri pada Nara, dan gadis berkacamata itu juga senang bisa dekat dengan Zeva.

Nara langsung mengejar Zeva dan bertanya ini-itu.

"Kamu mau praktek apa? Nyanyi? Melukis? Atau nari?"

"Lukis."

"Wah keren! Baru beberapa orang loh yang udah daftar melukis, banyaknya yang nyanyi sama nari. Aku juga mau nyanyi soalnya kalau nari badan ku gak bahenol kalau lukis tanganku suka tremor."

"Gak nanya." Zeva duduk di bangku nya dan melihat alat lukis yang sudah siap dipakai. Untuk lukisan nanti akan dipajang di pameran budaya sesaat sebelum acara perpisahan dimulai.

"Huftt..  sabar Nara sabar.. Dia emang gitu, tapi dia baik gak kaya temen-temen kamu yang pada munafik." Ujar Nara sendu.














Tbc
Jangan lupa vote, komen dan share yaa^^

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang