24. Berubah

765 24 0
                                    

Sesuai dengan maunya kamu.

Kelasnya Arsen saat ini sedang ujian praktek olahraga dan tengah pemanasan sebelum ujian dimulai.

Anak-anak yang sedang jam kosong berburu menuju lapangan karena ketos mereka sedang berada disana.

Arsen maju untuk tes basket, voli dan bisbol. Keringatnya mengucur dari kening menuju dagu. Bukan karena capek tapi panasnya ini membuat siapa saja yang merasakan seperti terbakar. Namun cuaca ini tak menyurutkan kaum hawa untuk melihat Arsen.

Banyak yang menyemangati dan sudah ancang-ancang untuk memberi minum dan mengelapnya pakai handuk. Mereka itu suka atau terobsesi sih pada Arsen?

Kebetulan, Arsen, akbar dan Aldi sudah lulus tes olahraga, mereka langsung melipir kepinggir lapangan guna menghalau panasnya matahari yang kian siang kian terik.

"Kak Arsen!" Salsabila datang dengan membawa botol minum dan sebuah handuk yang entah darimana gadis itu dapat.

Arsen hanya diam bahkan matanya tak melirik sedikitpun ke arah Salsabila.
Padahal sudah banyak perempuan yang mau memberi minum pada lelaki itu tapi keduluan oleh Salsabila.

Teman-teman Arsen saling pandang dan memberi kode agar agak menjauh takutnya mengganggu acara romantis ala anak SMA.

Gadis itu kemudian duduk di samping Arsen lalu menyerahkan sebotol air minum, tak kunjung mendapat balasan ia akhirnya menyimpan botol itu dihadapan Arsen yang kini sedang bersandar pada tembok dengan tatapan mata terarah ke depan.

Salsabila dengan inisiatif ingin mengelap keringat Arsen sebelum kata tajam keluar dari mulut lelaki itu.
"Jangan sentuh gue, pergi lo." Ujarnya sinis.

Salsabila sedikit terhenyak, kemana sikap ramah ketua osisnya?

"Aku cuman mau lap keringat kakak." Ujarnya dengan tenang tak lupa ia tersenyum bak bidadari.

"Gak perlu."

Banyak yang memperhatikan dan sedikit yang mendengar karena jarak mereka dengan Arsen agak jauh.

"Sebentar aja, kak. Masa kamu keringetan gini gak di lap?" Salsabila tetap kekeh dengan pendiriannya.

"Lo ngerti bahasa manusia gak sih?!" Ujar Arsen menaikan oktaf suaranya dan meninggalkan gadis itu yang terbengong-bengong.

Kejadian tersebut tak luput dari perhatian sepasang mata yang menatap datar ke arah perempuan itu.

Setelah kejadian Salsabila yang di abaikan oleh Arsen banyak yang berspekulasi bahwa Arsen risih dengan perempuan itu, tapi banyak yang mengatakan juga jika dari pagi tatapan mata Arsen berubah, yang tadinya ramah ketika disapa seketika menjadi cuek, yang tadinya tak pernah mengabaikan perempuan seketika menjauhinya.

Zeva menyeringai puas, owh ternyata lelaki itu paham apa yang ia maksud kemarin. Baguslah.

_o0o_

Karena kelas dua belas hanya ujian praktek maka mereka pulang lebih awal dari kelas sebelah dan sepuluh.

"Halo kak, ini buat kak Arsen." Adik kelas sepertinya, ia menghela nafas lelah. Ternyata untuk menghalau para gadis agar tak mendekat kepada dirinya sungguh sulit.

Dari tadi ia sudah terang-terangan membuat air muka yang tak bersahabat bertujuan agar para perempuan itu takut dan menjauhinya, sudah menolak dengan bahasa yang bisa dibilang kasar namun perempuan yang mendekatinya seakan buta dengan fakta itu.

"Sori dek, lo makan sendiri aja." Ujarnya sambil lalu dan segera beranjak untuk mengikuti seseorang ke arah taman belakang sekolah.

Tiba di belakang taman sekolah gadis itu menoleh dan bersidekap dada.

"Kenapa lo ngikutin gue?" Tanya Zeva tanpa basa-basi.

Arsen yang masih berwajah datar dan cuek tiba-tiba langsung memberenggutkan mukanya dengan lucu. Ia melengkungkan bibirnya kebawah.

"Sayangg.. Gue udah gak deket sama cewek lain tapi kenapa lo masih gitu ke gue?" Ujarnya terlihat sedih.

"Hah.. Baru satu hari Arsen." Ujar Zeva.

"Emangnya harus berapa lama? Lo jangan egois Anya.." Ujarnya pasrah.

"Ya selamanya."

"Hah? Masa iya gue harus cuek selamanya ke semua perempuan? Gimana kalau gue butuh apa-apa atau tiba-tiba aja butuh bantuan."

"Ya itu resiko lo."

Arsen mengusap wajahnya lelah.
"Dengerin gue Anya, lo emang berpengaruh buat hidup gue, lo emang orang yang paling gue mau, lo emang orang yang bisa ngatur hidup gue. Tapi tolong Anya, lo jangan egois.. Kita makhluk yang mempunyai rasa empati, kita juga makhluk sosial yang saling membutuhkan." Nahkan Arsen ini memang menjunjung tinggi adab sesama manusia.

Arsen diam ketika dirinya telah mengatakan hal itu.

"Tapi kalau lo pengen gue berarti lo nggak boleh interaksi apapun sama cewek lain."

Ia kekeh dengan pendiriannya, jika Arsen benar-benar tulus padanya ia tak akan menyakiti hati Zeva. Begitu pikirnya.

Namun yang tanpa Zeva sadari ia terlalu mengekang Arsen, dengan tuntutan itu malah membuat boomerang bagi Arsen, di cap tidak bermoral karena tidak ramah dam sebagainya.

"Zeva, sekali lagi gue ingetin.. Lo jangan egois."

"Ya balik lagi ke lo, kalau lo gak mau ngikutin apa kata gue jangan berharap bisa deket."

Sudahlah ia capek berurusan dengan makhluk yang namanya perempuan.

"Terserah lo, gue capek." Arsen lalu meninggalkan Zeva yang terdiam. Tak biasanya Arsen marah seperti ini kepadanya.

_o0o_

Malam hari ini Arsen tak pergi ke rumah Zeva untuk sekedar menemani atau menjahili Zeva. Memang dari awal mereka pacaran pun Arsen selalu menemui Zeva di rumahnya, entah itu pagi, siang, sore bahkan malam.

"Tumben kamu gak nyamperin Anya?" Tanya Mama Arsen.

"Gak ah lagi males."

"Owh gitu, pah kayanya ada yang lagi marahan nihh." Mama nya Arsen meledek putra nya.

Orang tua Arsen tertawa geli melihat putra semata wayang mereka sedang bertengkar dengan Zeva, mereka terus meledek tak hentinya.

"Awas nanti Anya ninggalin kamu loh." Ujar Papa nya.

"Gak bakalan terjadi." Balasnya acuh.

"Ohh atau bisa aja Anya ketemu laki-laki yang lebih dari kamu." Mama nya Arsen tertawa melihat wajah putra nya asem kecut.

"Samperin sana ke rumahnya, takut nanti dia berpaling." Lanjutnya.

"Aku lagi males ah besok aja."

"Ehh dikasih tau orang tua malah gak nerima."

Arsen bukannya tidak mau, malahan ia ingin serumah saja lah dengan Zeva. Hanya saja gadis itu susah untuk dibujuk dan diberitahu.

Arsen memang tidak mau backstreet karena ia ingin dekat dan menjaga dirinya secara terang-terangan. Arsen ramah juga bukan ke perempuan saja melainkan ke semua orang.

Sebetulnya Arsen tau kalau Zeva  cemburu hanya saja gadis itu gengsi nya setinggi langit ke tujuh mana mungkin mau mengaku.

Lebih baik ia mendiamkan Zeva daripada marah-marah yang hanya akan membuat ia menjauh dan memperburuk suasana.

Memang kenapa sih kalau orang lain tau mereka pacaran? Toh sekarang Zeva disegani oleh orang-orang karena kasus Olin tempo lalu. Jadi hal apa yang membuat ia enggan mengungkap hubungan mereka saat ini?

Tolong seseorang kasih tau Arsen baiknya ia harus gimana untuk menghadapi gadis gengsian semacam Zeva yang sayangnya sangat Arsen cintai itu.














Tbc..
Jangan lupa vote, komen dan share yaa^^

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang