Dua minggu sudah berlalu setelah kejadian seorang sekretaris yang di bully habis-habisan oleh sebagian siswi, kini SMA akan mengadakan kemah dan tour ke Ranca Upas hanya untuk siswi kelas dua belas mengingat ini tour yang terakhir akan mereka ikuti sebelum disibukkan oleh kertas ujian.
Panitia Osis dan MPK langsung turun untuk bekerjasama mengenai program terakhir angkatan mereka, bahkan organisasi lain pun ikut mendukung untuk acara kali ini.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan konsep tour luar negeri, angkatan sekarang hanya ingin merasakan alam bebas yang tenang juga menyejukkan bukan hiruk pikuk perkotaan, maka konsepnya mengambil tema hutan dan ini sudah disetujui hampir dari semua guru dan siswa-siswi yang akan terlibat tentunnya.
"Arsen, gimana kalau kemah terakhir ini pertendanya gak harus sama teman kelas, tapi bisa juga sama teman-teman yang lain." Vanny, ketua MPK yang sangat cantik. Ia mengemukakan pendapat yang masuk dari tiap kelas untuk di ajukan dalam sidang rapat hari ini.
"Jadi maksudnya, semua orang bisa pilih sendiri teman satu tenda nya asalkan mendaftar agar dapat tenda?" Ulang Arsen.
"Iya betul, itu yang mau aku sampaikan mengingat banyak sekali loh yang datang ke MPK cuma untuk mengemukakan pendapat itu."
Arsen sedikit berpikir lalu melirik ke arah teman-temannya. Rata-rata memberi anggukan walaupun samar. Entahlah Arsen jadi bingung.
"Masukannya diterima, tapi untuk konfirmasi lebih lanjut boleh atau tidaknya nanti saya akan umumkan tiga hari sebelum keberangkatan."
Sekretaris Osis menulis dengan cermat, ya seperti yang diketahui Olin masih menjabatnya namun tak banyak tingkah yang dia lakukam sekarang. Arsen mempertahankan Olin karena anak itu memiliki ketelitian yang akurat dan itu sangat dibutuhkan dalam sebuah tim.
Brakk..
Pintu Osis terbuka dan mengenai tembok yang menimbulkan suara agak keras.
"Arsen!! Si anak badung ketahuan nge rokok lagi sama kepsek!" Rama salah satu anggota Osis yang bertugas menjaga keamanan ketika Osis yang lain sedang rapat.
"Siapa anak badung?" Tanya Arsen.
"Itu yang cewek Mipa tapi suka nyebat!"
"Zeva kali, Sen." Ujar Olin dengan wajah datarnya.
Arsen terdiam dan langsung beranjak. "Sebentar ya, untuk rapat akan di ambil alih sama waketos. Saya permisi." Ujar Arsen berjalan dengan cepat namun tetap gagah.
Ia langsung menghampiri Rama dan bertanya mengenai Zeva. "Dimana cewek itu sekarang?"
"Ruang guru, Sen."
"Oke, thanks ya Ram."
"Yoi"
"Lo keliling lagi aja, nanti inti rapat dikasih tahu sama Olin."
"Sipp."
Tak butuh waktu lama untuk ke ruang guru karena memang tepat disebelah ruang pribadi ketua Osis.
Saat memasuki pintu ia langsung tahu bahwa perempuan yang sedang melanjutkan aksi merokoknya itu adalah Zeva.
'Ayang gue, padahal lagi di omelin guru tapi sempet-sempetnya masih nyebat.' gerutuan Arsen yang bergejolak ingin menjewer telinga Zeva.
Ia maju tanpa permisi kepada empat guru yang sedang mengomeli Zeva karena tak mendengarkan perkataan mereka.
Trek..
"Aww.. Sakit woy lepas!!" Zeva langsung membuang rokok itu dengan asal dan menoleh pada orang yang telah menjewer telinganya.
"Apa? Ngerokok lagi?" ujar Arsen datar.
"Lepas Arsen!!"
Lelaki itu semakin meninggikan tangannya dan tentu Zeva juga semakin mengangkat badan agar berdiri.
"Bu? Anak ini biar saya yang urus, kalau sama ibu gak akan di dengar." Ujar Arsen dan langsung membawa Zeva ke ruang pribadinya. Tak lupa ia masih menjewer telinga anak nakal itu.
"Anak nakal kayak kamu harus dapat hukuman." Ujar Arsen tersenyum miring.
"Apa-apaan lo?! Lepas ih sakit tau nanti kuping gue copott!"
"So' soan mau lebay."
"Dasar anjing." Zeva mengumpati Arsen dengan tegasnya.
"Iya sayang kamu." Ujar Arsen dengan tengilnya.
Beruntung lorong hari ini sedang sepi hanya ada anak-anak dengan jam Olahraga saja di lapangan.
Setelah mereka berdua sampai di ruangan pribadi milik ketua Osis Zeva langsung memelintir tangan Arsen yang menyebabkan lelaki itu memekik seketika.
"Aadudududu.. Sakit sakit sakitt sayangg..." Arsen kini merasa lengannya kebas karena Zeva memelintirnya dengan kuat.
"Rasain! Ngapain juga lo narik-narik kuping gue?"
"Gue selamatin lo dari guru tauu.." Keluar juga sikap manjanya Arsen dihadapan Zeva. Bunglon emang akan selalu jadi bunglon.
"Bacot lu." Zeva menghempaskan lengan Arsen kuat lalu keluar dari ruangan terkutuk itu.
Arsen mengelus ngelus tangannya sambil memperhatikan langkah Zeva.
"Dia makan apasih tenaganya kek kuli."
"Kayaknya dia pake tenaga dalam."
Arsen mencoba memfokuskan pikirannya untuk mengeluarkan tenaga dalam yang beberapa hari ini tak ia latih.
Huftt.. Tarik nafas..
Prettttt.....
Ahhh..... Bau.
Arsen mengeluarkan tenaga dalam yang agak memprihatinkan. Suaranya cempreng seperti ingin cepirit.
"Tenaga dalam gue ternyata kentut bukan kekuatan power rangers." Lagaknya yang so keren ternyata dibelakang murid lain sungguh bobrok.
Arsen kemudian keluar dari ruangan dengan sedikit berlari guna menyusul Zeva yang entah kenapa anak itu berbelok ke halaman belakang sekolah.
Hanya satu yang di pikirkan Arsen saat ini, pasti anak itu sedang maling buah mangga. Selain hobi nyebat Zeva juga hobi maling.
Arsen sampai tak habis pikir dengan otaknya, kenapa juga dia harus sayang ke cewek yang modelannya lebih mirip preman daripada anak sekolah.
Cukup hati dan tuhan saja sepertinya yang tau, sekarang ini saatnya untuk Arsen membawa anak itu kembali ke ruangannya sebelum mangga yang belum matang itu berhasil di amankan Zeva.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Teen FictionBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...