Guru yang mengajar kelas Zeva saat ini tidak bisa hadir karena anaknya tiba-tiba saja sakit. Sekarang hanya terdengar bisik-bisik mengenai Zevanya tentang dugaan ia seorang anak pembantu yang memakai barang bermerek.
Gadis itu tahu ia tengah jadi perbincangan hangat, namun ia mencoba sabar untuk kali ini. Ia diam bukan sepenuhnya diam namun sedang berusaha menenangkan serigala yang ada di dirinya, hewan galak itu bisa saja terbangun jika Zeva tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia tak ingin membuat keributan, padahal di otak cantiknya ia sudah memikirkan untuk merobek mulut-mulut yang hanya percaya pada rumor murahan itu.
Sebaiknya gadis itu pergi keluar dan membolos jika tak ingin kemarahannya muncul.
Ia keluar dari kelasnya dan berjalan ke arah rooftop, tentu ia akan mencuri terlebih dahulu kunci atap sekolah itu.Saat berjalan tiba-tiba satu telur busuk mengenai kepalanya, ia diam berusaha menenangkan diri. Berjalan meninggalkan orang yang sedang mengerjainya.
Byurr!
Sudah cukup, siapapun itu yang membuatnya seperti ini tidak akan pernah lolos, dengan air yang sudah masuk kedalam pakaian sekolahnya ia berbalik dan memandang tajam dua orang yang membuatnya sudah seperti orang gila.
"Iyyuh bau banget!" Ujar salah seorang di antaranya.
"Udah bau, gak tau diri, so so'an terlihat paling badas, pake barang bermerek eh ternyata hasil nyolong!" Ujar perempuan berbeda dari yang tadi.
Sudah banyak orang yang melihat kejadian itu tanpa mendekat, melihat dari jauh saja sudah sangat mengasyikan namun tidak untuk mendekat. Aura yang Zeva keluarkan sangat dingin dan menusuk.
Olin mendekat ke arah Zeva. " Anak pembantu gak tau diri! Ini akibatnya kalau lo berurusan sama gue!" Iya perempuan yang melemparnya dengan telur dan menyiramkan air selokan padanya itu ialah Olin dan satu temannya.
"Menjauh Lin, dia udah bau basuk. Hahahha..." Ujar Klarisa, sahabatnya.
Rasanya Zeva ingin menampar pipi Olin berulang kali lalu memberikannya pada sekumpulan lelaki yang gila akan seks, untuk temannya ia ingin memotong kepala gadis itu dan membuang ke kandang singa.
Ia ingin mental seorang Olin Sanjaya hancur tak bersisa. Ia ingin orang-orang yang membicarakan dirinya itu mulutnya robek oleh pisau kesayangannya. Dan melihat mulut mereka dijahit menggunakan jarum yang panas.
"Jangan jadi orang so berkuasa lagi, ini belum seberapa Zeva." Ujar Olin memperingati Zeva.
"Olin Sanjaya, anak BEASISWA yang bersekolah di SMA RAJAWALI. Mempunyai ibu yang tengah sakit di RSJ dan mempunyai Ayah yang suka mabuk juga judi. Kakak perempuannya bekerja sebagai wanita malam disalah satu diskotik terkenal Jakarta. Dan lo? Sampah masyarakat mau nyingkirin gue? Gak akan pernah bisa Olin." Ujar Zeva yang membisikkan kata itu tepat ditelinga Olin. Gadis itu hanya diam dengan dada bergemuruh serta wajah yang menahan marah.
Zeva meninggalkan kedua gadis itu dengan Olin yang masih menatapnya tajam, Zeva menyeringai Olin kira Zeva akan diam saja ketika kemarin Olin berkata tak sopan padanya? Tidak!
Bahkan Zeva dengan mudahnya mencari data Olin dengan menyuruh bawahan ayahnya untuk mencari tahu. Dia senang ternyata lawan yang angkuh itu cuma anak yang tak tahu diri saja. Ia kira gadis itu pintar dan dari keluarga yang baik, namun di kenyataan keluarganya sakit.Kakak perempuan Olin terpaksa bekerja seperti itu demi adiknya yang bisa sekolah dan ibunya yang dirawat. Sementara ayahnya hanya bisa memeras dirinya saja. Harusnya gadis itu beryukur mempunyai kakak yang masih mau mengurusnya dengan mengorbankan masa depan wanita itu.
Tanpa mereka semua sadari ternyata ada salah seorang yang merekam kejadian itu. Ia tersenyum dengan senang ketika berhasil merekam perilaku seorang sekretaris Osis. Tapi ia juga tengah khawatir pada seseorang yang baru beberapa menit lalu pergi ke arah toilet.
Ah gadisnya itu pasti tak membawa baju ganti, lebih baik ia meminjamkan punyanya, sementara untuk rok.. ia akan membeli di koperasi sekolah.
Setelah membawa seragam yang lengkap Arsen lalu menghubungi Zeva dengan cepat.
Telepon sudah tersambung.
"Lo dimana? Gue bawa seragam nih."
" Toilet."
"Gue kesana."
"Gila lo, gue di toilet cewek bego! Jangan bikin rumor yang aneh-aneh lagi."
"Lo keluar deh dari sana terus ambil seragamnya."
"Gue dah buka baju Arsen goblok."
Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar, semoga saat ia pergi kesana tidak ada yang sedang di toilet.
"Gue anter aja, nanti liat situasi dulu kok."
"Oke. Awas aja kalau ada yang liat."
"Iya Sayang."
"Bacot."
Arsen tersenyum tipis, perempuan itu mematikan telepon secara sepihak. Pasti Arsen sudah tahu kejadian tadi dan tentu ia melihatnya. Makanya tak heran jika Arsen ingin membawakan dirinya seragam.
Zeva yang tengah di kamar mandi paling ujung awalnya akan mencuci dulu semua pakaiannya dan memakai kembali, namun Arsen menawarkan seragam untuknya. Untung saja pakaian dalam bawahannya tidak ikut basah karena rok nya tebal. Namun yang jadi masalah, bra gadis itu basah.
"Zeva?" Ada yang menyerukan namanya. Itu kan Arsen, ia sudah hafal dengan suara lelaki itu.
"Toilet ujung." Ia berkata dengan santai, jika Arsen saja berani memanggilnya pasti toilet sedang tidak ada orang selain Zeva dan Arsen.
Arsen mengetuk dan Zeva membuka pintu sedikit dengan dirinya yang berada dibelakang pintu.
Zeva meraihnya lalu menyimpan seragam itu di atas wastafel kamar mandi."Gue kayaknya mau mandi." Ujar Zeva.
"Iya, gue diluar."
Zeva segera membersihkan dirinya, bodo amat ia mandi di sekolah yang penting dirinya sudah bersih kembali. Seragam yang sudah dicucinya ia masukan kedalam keresek beserta sepatu yang basah, ia tadi lihat jika didalam pakaian yang dibawa Arsen ada sandal jepit.
Tak peduli dengan seragam yang sudah kotor, jika masih bisa digunakan ya syukur ngga juga tinggal beli lagi.
Sepuluh menit berlalu dan ia sudah siap, namun yang jadi masalah ia tak memakai bra. Memang bajunya ini sedikit tebal tapi tetap saja ia takut. Gila saja jika keluar hanya menggunakan ini.
Ia menelpon Arsen dan berkata jujur tentang apa yang terjadi, lelaki itu syok mendengar penuturan gadis itu. Apa Zeva tak malu?
Sekarang yang ada di pikiran Arsen dan Zeva bukan tentang malunya, tapi menyelamatkan gadis itu karena bajunya. Arsen kembali kedalam dan memberikan hoodie pada Zeva.
Setelah selesai Zeva keluar dari toilet, Arsen memandangnya sekilas. Zeva tenggelam didalam hoodie nya, tapi itu sangat lucu dimata Arsen.
"Gemesss bangettt." Ujar Arsen sembari mencubit pipi Zeva.
"Sakit woy!"
"Gue langsung ke parkiran, lo nyusul ya? Kita harus pulang. Gue gak mau lo sambung belajar tapi pakaian lo gak pantes."
Zeva tau laki-laki ini ingin dirinya aman dari penglihatan para lelaki lain. Apa jadinya jika ada lelaki atau siapapun yang jeli jika pacarnya tak memakai dalaman? Ia tak akan mau berbagi dengan siapapun.
"Oke, makasih Sen."
Arsen tersenyum lalu mengacak rambut basah gadis itu. "Tugas gue jagain lo."
Mereka lalu bertemu di parkiran, tanpa lama Zeva langsung masuk kedalam mobil milik Arsen setelah banyak tatapan saat dirinya berada di lapangan. Mungkin kenapa rambutnya basah, lalu memakai hoodie yang sepertinya mereka kenal dan tentunya memakai sandal jepit juga menenteng keresek yang basah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Teen FictionBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...