Seharusnya hari ini ia masuk sekolah namun setelah ada rumor tersebut ayahnya melarang untuk pergi, pasti ada sesuatu sampai Zeva diberi uang jajan lebih agar dirinya tak masuk sekolah.
Setelah bel berbunyi sekretaris kelasnya menanyai kabar Zeva mengapa gadis itu tiba-tiba absen hari ini, pasalnya sekarang sudah mau dimulai jam pelajaran pertama.
"Punya ayah kok ngurung anaknya." Keluh gadis itu yang sedang memikirkan rencana kaburnya ke sekolah.
Dia bukan anak teladan yang selalu masuk sekolah, namun ia sedikit ada prasangka buruk jika ia tak datang hari ini.
Zeva lalu berdiri dengan seragam sekolah yang agak kusut menuju balkon kamarnya, melihat kebawah dan bergumam, "tidak buruk." Ia lalu masuk kembali dan memungut tas sekolah yang sempat ia lemparkan tadi sebab kesal pintu kamarnya terkunci.
Ia langsung memposisikan untuk melompat kebawah setinggi delapan meter, dan..
Happ.. drekk
Ia selamat namun kakinya agak terkilir pemirsa, malang sekali nasib Zeva pagi itu. Sudah terkunci, tak boleh sekolah sekarang jatuh pula? Heyy yang benar saja!
"Haishh sakit banget, ayah sih kenapa juga gue gak boleh sekolah?" Tanyanya pada diri sendiri.
Ia lalu memijit pelan sesekali merintih kesakitan, agak mendingan dari yang tadi rasanya, ia bangkit dari atas rumput rumahnya ke jalan utama untuk mencari angkot.
'Ini ibu-ibu gak mandi berapa hari ya? Bau banget gilaa.' Zeva sedaritadi membatin untuk sekedar menggerutu dengan keadaannya yang tak menguntungkan.
Kaki nya terhimpit si mamang ulekan yang ada di depannya, terhimpit antara ibu-ibu ditambah ibu yang sebelah kanan keteknya bau banget, mau bilang 'bu mau pake rexo*a saya?' tapi takut disangka ngeledek, padahal mah emang iyah.
Setelah beberapa menit Zeva menahan bau tubuh ibu-ibu itu akhirnya hidungnya terselamatkan. Ia sudah sampai di sekolah dengan pakaian yang lumayan acak-acakan, tak menyisir karena rambutnya sangat halus, di terpa angin saja langsung cantik kembali.
Tak perlu cuci muka juga, wajah Zeva sudah cantik tanpa polesan apapun lagi. Keringat di wajah? Halah anggap saja jika Zeva sedang glow in the light.
Saat ia memasuki sekolah, tatapannya berubah. Zeva si dingin dan jutek kembali lagi, ia ingin lihat bagaimana reaksi dari Olin ketika tahu dirinya adalah kebalikannya. Olin banyak berujar bahwa ia berasal dari keluarga terpandang namun kenyataannya sama sekali tidak.
'Itu si Zeva kan?'
'Mampus ya si sekretaris yang sombong itu, akhirnya ada juga yang bisa bales dia.'
'Gue dengar-dengar si Olin dicabut beasiswanya.'
Zeva menajamkan telinganya ketika ia melewati ruang kelas XI IPS, ' Makhluk itu beasiswanya dicabut?'
Zeva tersenyum miring, 'Kalau dia gak pake beasiswa terus bayar pake apa?'
'Atau dia mau lanjutin jejak kakaknya? Bagus deh.'
Tepat saat berada di lapangan basket ia melihat sekumpulan kecil siswi yang sedang mengerumuni seseorang, Zeva memutuskan untuk melihat di belakang kumpulan itu.
Sekilas ia melihat siluetnya, cacian serta makian yang gadis itu terima sangat terdengar jelas di indra pendengarannya. Dengan telur yang berlumuran di seluruh kepala lalu air selokan yang menghiasi semua bagian tubuhnya seperti Zeva di tempo yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Fiksi RemajaBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...