"Yang, bangun.. Udah sampe." Arsen menoel-noel pipi Zeva menggunakan telunjuknya.
Tak ada pergerakan dari Zeva lelaki itu lanjut menusuk-nusuk pipi nya pelan, agak heran dengan perempuan satu ini, susah banget kalau bangun mana pelor pula.
Merasa terganggu karena pipi nya kini sedikit pegal ia melihat ke samping dan mendapati Arsen yang masih menusukkan jarinya ke pipi Zeva.
"Ishh! Ngapain si?!" Zeva langsung duduk dan mengibaskan tangan Arsen agar tak menyentuh pipi nya lagi.
"Bangunin kamu, susah banget ya bangunnya." Ujar Arsen yang sekarang menopang dagu memandang Zeva.
"Kan bisa teriakin nama gue, nyubit tangan gue atau apa gitu." Ujarnya ketus.
"Kalau gue teriak yang ada orang-orang disini pada heboh." Masih dengan memandang ke arah Zeva.
Jujur saja Zeva risih kalau Arsen sudah menatapnya lekat seperti itu.
"Yaudah ayo turun!"
"Siap!" Ujarnya langsung keluar mobil dan membukakan pintu untuk Zeva.
"Gue bisa buka sendiri kalii."
"Selagi gue bisa ngapain harus lo?"
"Halah fuck boy!"
Mereka berdua langsung berjalan dari parkiran menuju tempat tujuan.
Zeva terheran-heran dan agak melongo. Menarik nafas dalam menghembuskannya pelan. Beritahu Zeva untuk tidak menempeleng kepala Arsen sekarang juga!
"Arsenn..." Zeva memanggil Arsen dengan nada tegasnya.
"Kenapa?" Tanya nya bingung sembari membawa carrier di punggung dan matras di lengannya.
"Lo tau gak?" Zeva sudah berdecak dan berkaca pinggang siap mengomel.
"Apasih?" Ujar Arsen bingung.
"Hari minggu gue lo curi, masih subuh udah disuruh siap-siap, dijalan macet panas sampe pantat gue gerah.. Terusss.. Sekarang pas udah nyampe gue harus mendaki gunung itu?!!!"
Sumpah Zeva kesal sekali, bukan dia tidak ada tenaga tapi ya tolong saja di perjalanan ia sudah pegal-pegal ditambah sekarang harus mendaki gunung lewati lembah! Udah mirip ninja hatori aja pagi-pagi.
"Ya gimana ya.. View yang bagus di atas soalnya, disini kan jelek masa lo mau mandang knalpot motor orang?" Ujar Arsen.
"Ihhh.. Sumpah ya lo nyebelin!"
"Ck.. Iya maaf, tapi nanti kalau udah di atas sana seru kok, seger juga. Percaya deh."
"Awas aja ya kalau pengorbanan gue sampe atas sia-sia. Gue bakalan ngajak lo tanding."
"Serem amat, ayok jalan hati-hati jangan jatoh soalnya tanah licin."
"Untung gue pake sepatu!"
"Iya ya, biasanya kan lo pake swallow."
"Diem deh!" Zeva menatap Arsen sinis lalu berjalan duluan, biarlah semua perlengkapan lelaki itu yang bawa. Itung-itung latihan nafas buat si Arsen.
"Awas ya kalau engap lo kambuh." Ujar Zeva ditengah perjalanan.
"Sejauh ini nggak sih dan kabar baiknya asma gue udah berangsur-angsur pulih." Ujar Arsen masih berjalan.
Sementara di depan Zeva berhenti dan langsung berbalik.
"Lo serius?!" Tanya nya dengan mata membulat.
"Iya, kata dokternya sih gitu."
Zeva langsung memeluk Arsen erat sangat erat seakan-akan ia takut kehilangan lelaki di depannya ini. Sedangkan Arsen tentu saja syok menerima perlakuan Zeva sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Teen FictionBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...