Zeva terbangun ketika mendengar alarm ponselnya, ia membuka mata perlahan. Bukan kamarnya, ah.. dia kan sedang dirumah Arsen.
Pukul enam pagi, ia menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka, kebetulan kamar mandinya ada didalam.
Setelah agak membersihkan diri ia lalu pergi ke kamar Arsen untuk mengecek apakah lelaki itu sudah bangun atau belum.
Dibukanya pintu itu, hening. Mungkin Arsen masih tidur, ia lalu pergi ke dapur untuk membuatkan kembali bubur.
Setelah beberapa menit selesai ia lalu pergi membawa bubur itu kedalam kamar Arsen, semoga saja Arsen cepat pulih.
Dilihatnya Arsen masih tertidur dengan memakai seragam. 'Kayaknya dia gak kuat buat ganti baju.'
"Arsen, bangun.." ia menepuk pelan pipi lelaki itu.
Arsen menggeliat lalu menggenggam tangan Zeva tanda untuk tak menepuk pipi nya kembali."Bangun, sarapan dulu habis itu minum obat." Ujar Zeva.
Arsen membuka matanya, melihat Zeva yang masih sama seperti kemarin. Sepertinya gadis itu belum mandi, bukan hal aneh sih bagi Arsen karena ia seringkali mengetahui bahwa pacarnya ini belum mandi.
" Iya, ini udah bangun." Zeva kembali membantu Arsen untuk bersandar ke belakang kasur.
"Udah mendingan?" Tanya Zeva yang tangannya masih saja Arsen genggam.
"Masih agak pusing sedikit, asam lambung tinggal mualnya aja, terus kalau sesek kayaknya udah gapapa."
"Syukur deh, biar lo gak ganggu gue terus."
"Anya mah gitu.."
"Makannya jangan terlalu kecapean, salah sendiri lah!"
"Iyaa ih, dari kemarin ngomel mulu." Arsen mengerucutkan bibirnya sebal.
"Ya salah lo. Tuh sarapannya udah gue bikinin." Ujarnya.
"Suapinn." Ujar Arsen sembari menggemaskan wajahnya.
Bukannya suka Zeva malah ingin menggampar wajah itu, sok baby face sekali lelaki ini. Muka udah tua juga.
"Kan udah lumayan sembuh?"
"Tapi masih lemes."
Zeva melepaskan genggaman tangan Arsen lalu mengelus rambut Arsen. Berkeringat, sepertinya obatnya itu bekerja dengan baik.
"Oke, ini terakhir kalinya gue suapin lo." Ujarnya sadis.
"Yah, masa gituu?" Arsen sungguh tak senang.
"Cepet ah sarapannya."
"Iya-iyaa."
Setelah selesai dengan sarapan lalu meminum obat Zeva kemudian mengambil air hangat untuk ia gunakan mengelap wajah Arsen.
Arsen yang diperlakukan seperti itu terasa menghangat, hatinya tambah dag dig ser jika begini. Dari mulai wajah, lengan dan kaki lelaki itu Zeva basuh menggunakan waslap. Kasihan soalnya.
Ia lalu membuka lemari Arsen dan memilih baju lengan pendek dan celana rumahan yang panjang. Untuk dalaman sorry to say hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat ia bergidik.
Zeva lalu menaruh pakaian itu ke atas tubuh Arsen. "Ganti ya, biar seragamnya bisa gue cuciin sekalian."
"Males Anya.. kalau lo yang gantiin gapapa." Ujarnya.
"Minta di tampol ni anak!"
"Yaudah, nanti aja gue gantinya."
Habis sudah kesabaran Zeva, ia dengan kasar membuka cepat kancing baju seragam Arsen bahkan tak peduli dengan perut kotak-kotak yang lelaki itu miliki. Bodo amat! Ia tengah marah saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Fiksi RemajaBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...