Bab 1

1K 65 2
                                    

Hal yang selama ini dibangun dengan susah payah hancur sudah karena kecelakaan, kenapa takdir harus sekejam ini dengan manusia yang berusaha untuk kuat?

Apa sebenarnya dosa yang dilakukannya ketika sebelum menemui masalah ini? Ayolah, dia bukan orang yang kuat yang tidak bisa menangis bahkan stress.

Orang selalu mengatakan, Tuhan selalu memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya sendiri. Tapi dia tidak yakin, rasanya tidak sanggup melangkah kala masalah besar langsung terpampang di depan mata.

"Hari ini kau sudah menjadi menantu kami, aku minta maaf karena kau menikah dengan cara yang tidak baik. Jika anakku membuatmu kesulitan maka katakan kepadaku." Perempuan cantik itu mengusap pipi menantunya, sedangkan sang menantu hanya melamun.

Membayangkan bagaimana nasibnya setelah ini? Ditinggalkan orang tua saat umurnya tujuh belas tahun dan hidup sendirian. Tidak dia tidak sendiri, ada tetangganya yang mengasuh dirinya setelah orang tuanya meninggal.

"Jay jaga istrimu! Dia itu sedang hamil anakmu!" kata lelaki paruh baya dengan suara tegasnya. Orang yang disebut namanya hanya berdehem, lebih tepatnya terkesan tidak peduli.

Sang istri yang dulu bernama Jung Hae seo sekarang berganti marga Park Hae seo hanya terdiam. Di dalam hati dia mengutuk suaminya ini, kalau tidak karena dirinya Hae seo pasti tidak akan masuk ke dalam masalah rumit ini.

"Hae Seo sekarang pulang ke rumah Jay ya, di sana barang kamu sudah ibu tata rapi kok, hati-hati dan jaga kandungan kamu baik-baik. " Hae seo hanya mengangguk lemah dan tersenyum, kakinya sakit karena memakai high heels, ditambah lagi dengan gaun yang berat.

"Apa ini masih lama? Aku sudah lelah."

Jay hanya melirik dengan mata tajamnya, tidak berniat untuk menjawab, baik itu dari gerakan mulut ataupun gerakan tubuh.

Saat ke-dua paruh baya itu berbincang, saat itu juga datanglah satu wanita paruh baya lagi dengan anak laki-laki remajanya.

"Kak Hae seo," rengeknya. Hae seo hanya tersenyum mendengar rengekan itu, orang yang sudah dianggapnya sebagai adiknya kini harus dia tinggalkan.

"Nangis!" Daniel yang tadinya hanya merengek langsung memeluk Hae seo.

"Kak Hae seo jaga kesehatan ya, jaga keponakan aku baik-baik sampai dia ngeliat dunia," pinta Daniel.

Hae seo menganggukkan kepalanya dan tersenyum samar, tidak Hae seo tidak bisa mengiyakan permintaan Daniel. Bagaimana tidak, dia saja belum bisa menjamin kehidupannya akan bagaimana.

"Iya bakal kakak jagain kok ponakan kamu," jawab Hae seo lembut.

"Umurmu sudah delapan belas tahun tapi kenapa sikap kamu kayak anak-anak? Ingat umur." Daniel hanya mendengkus mendengar itu, dia memang akan berubah menjadi manja ketika bersangkutan dengan Hae seo.

Sang suami hanya melirik mereka malas, bibirnya berdecak kesal dan pergi dari sana. Tidak peduli dengan tatapan membunuh dari kedua orang tuanya.

"Dasar om-om gila! Setidaknya kalau sudah ngehamilin anak orang, baik dikitlah!" Daniel meringis saat ibunya memukul pelan lengannya, mata ibunya melotot ke arahnya membuat Daniel langsung menunduk.

"Jay sudah seperti anak yang tidak punya sopan santun!" cerca tuan Park. Tuan Park hanya bisa tersenyum canggung kepada menantunya, hari pertama mereka menikah sudah mendapat kejadian buruk. Bagaimana selanjutnya?

"Paman, bibi Hae seo pergi dulu ya, sepertinya dia sudah menunggu di depan ," pamit Hae seo. Mereka semua yang ada di sana menganggukkan kepalanya.

"Daniel aku pergi, jangan lupa kapan-kapan datang ke rumahku!"

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang