Bab 29

144 22 1
                                    

Jay pulang ke rumahnya dengan pikiran kacau, rumah besar itu begitu sunyi. Andaikan saat ini ia masih berbaikan dengan Hae-seo sudah pasti rumah itu akan diisi canda tawa.

Tempat-tempat di mana ia membuat kesalahan dengan Hae-seo masih terpampang jelas di sana. Jay duduk di sofa rumahnya dan menatap sekeliling rumah itu. Matanya menatap tangga panjang tempat semua masalah semakin membesar.

Andaikan saat itu Jay bisa meredam emosinya pasti semua ini tidak akan terjadi, pasti sekarang ia sudah berbaikan dengan Hae-seo dan merawat janin mereka bersama-sama.

Kaki Jay melangkah ke belakang, rumah kecil tempat hari pertama Hae-seo menjadi istrinya. Tak lupa sebuah rantai yang mengikat anjing yang ada di sana,  sekarang anjing itu sudah ia jual.

Rumah kecil tempat Hae-seo tidur, di mana-mana pengantin baru pasti akan tidur di kamar mewah dan saling bertukar kalimat romantis, tapi tidak untuk mereka. Jay benar-benar tidak memberi akses untuk Hae-seo tinggal di rumahnya.

Banyak kenangan buruk yang ada di rumah itu, Jay merasa kepalanya berdenyut sakit. Bukan hanya kepala tapi dadanya juga.

"Apa aku harus mengikuti ucapan Saemi? Tapi aku merasa aku masih pantas untuk bersanding dengannya."

Jay duduk di dalam rumah itu dan termenung, ada banyak pikiran dan beban yang dipikulnya. Semuanya ia bawa sendirian, tak ada tempat untuk melemparkan beban yang ia tanggung.

Semua orang menghilang dan menjauhinya, hanya karena kesalahannya semua orang pergi jauh. Kini tidak ada lagi yang bisa Jay banggakan, bersyukur karena hartanya tidak ditarik, setidaknya dia tidak langsung gila karena sudah kehilangan semuanya.

Mulai dari istri, teman, keluarga, mereka semua meninggalkan Jay. Jay benar-benar merasa seorang diri sekarang. Tumpukan uang serta kartun atm di dompetnya tidak bisa dijadikan teman. Memang kadang ada saatnya harta itu tidak berguna.

Jay mengusap wajahnya kasar, dari pada termenung di rumah banyak kenangan pahit ini lebih baik dia kembali ke luar, minimal mencari udara segar. Tidak peduli jika di luar sana akan bertemu dengan Jake, Jay sedang belajar ilmu kebal untuk menghadapi Jake.

***

"Ahahaha, filmnya lucu aku menyukainya. Terima kasih dokter Jake." Hae-seo tersenyum manis dan itu tidak sehat untuk jantung Jake, Jake bahkan sampai mengalihkan tatapannya yang penting tidak melihat Hae-seo.

"Iya tidak masalah, kau bahagia aku pasti bahagia juga. Sekarang kita ke mana lagi? Aku akan membuatmu merasa bahagia hari ini, bukan hanya hari ini tapi seterusnya sampai kau tua nanti. Kita akan menua bersama," ucap Jake.

Hae-seo sempat terdiam tapi dia tertawa kecil, Jake ikut melebarkan senyumnya. Suara tawa Hae-seo yang renyah benar-benar candu untuknya.

"Kenapa kau mengajakku menua bersama? Jika aku tua maka aku akan jelek, kau tampan dokter kita sangat tidak cocok," jawab Hae-seo. Hae-seo tersentak kaget saat Jake menggenggam tangannya, mereka berjalan beriringan seperti pasangan romantis    pada umumnya.

"Tidak bagiku kau tetap cantik, walaupun wajahmu nanti sudah keriput aku tetap mencintaimu. Kau merasa dirimu jelek saat tua, maka saat itu aku akan memperlihatkan fotomu saat kau muda agar kau tidak merasa jelek lagi." Jake mengatakan itu dengan nada yang sungguh lembut, siapapun yang mendengarnya pasti akan tersipu malu.

"Ahahaha ada-ada saja kau ini dokter, dokter ayo kita masuk ke dalam, aku ingin melihat novel yang bagus di dalam sana." Hae-seo berlari ke dalam toko buku tersebut, ia berlari dan meninggalkan Jake di luar toko.

Jake menggeleng pelan dan ingin melangkah masuk, tapi kakinya berhenti bergerak saat Leo berdiri tegap di depannya. Mulutnya menghisap permen dengan tangan yang dimasukkan ke saku dan kaca mata yang bertengger di matanya.

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang