Part ini lebih panjang dari part sebelumnya. So, jangan lupa baca sampai habis guys:)
"Ini sempurna." Jiwon merasa tugasnya sangat bagus sampai ia terkagum.
"Iya aku memang tampan," sahut Sunghoon. Jiwon berdecak kesal, dasar orang tua! Sudah tua tapi tingkahnya tidak berubah.
Sunghoon tertawa mendengar decakan Jiwon, anak itu memang sangat menghibur. Biarpun terkadang ucapannya begitu tajam, tapi Sunghoon menyukainya. Sungguh lucu.
Dari tadi mereka mengerjakan tugas itu dengan canda tawa, biarpun ada sedikit pertengkaran kecil di antara mereka. Tapi itu cukup melawan rasa kantuk yang sudah menyerang dari tadi.
"Paman, apa menjadi dewasa semenyenangkan itu?" Sunghoon mengernyit dahi, sembari memindahkan ikan cupang itu ia menatap Jiwon yang sedang termenung.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Sunghoon.
"Aku lihat orang dewasa itu sungguh enak, mereka bisa mencari uang sendiri, hidup sendiri dan melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain, bukankah itu sungguh menyenangksn?"
Sunghoon tersenyum lebar, ia juga dulu merasa seperti itu. Menjadi dewasa adalah hal yang sangat menyenangkan, tapi lihat saat dewasa dia ingin menjadi anak kecil lagi. Tidak memikirkan beban ataupun memikul beban berat sendirian.
"Netral, menjadi dewasa itu ada senang ada sedih juga. Dibanding menjadi orang dewasa lebih enak lagi menjadi anak kecil, bisa bermain kemanapun yang mereka mau dan berjalan ke sana-ke mari tanpa memikirkan beban yang ada di pundak mereka," jawab Sunghoon.
Jiwon agak kurang Terima dengan ucapan Sunghoon, terlihat dari kerutan dahi anak itu juga mata tajam yang membuatnya semakin ketara.
"Tidak semua anak kecil merasakan itu semua," kata Jiwon dingin.
"Dan tidak semua orang dewasa merasakan senang dan bahagia saat mereka sudah dewasa. Aku paham kenapa kau berkata seperti itu, karena kau dari kecil sudah merasakan pahitnya hidup."
"Tapi percayalah, menjadi dewasa lebih parah masalahnya dibandingkan dengan masalahmu dulu. Aku tidak menghakimimu, kau anak kuat yang bisa melalui itu semua. Setidaknya nanti tubuhmu tidak terkejut saat mendapatkan beban yang lebih berat," jelas Sunghoon.
Jiwon hanya diam, ucapan Sunghoon masih berputar dikepalanya. Apakah sesakit itu? Jiwon benar-benar mati kata saat mendengar ucapan Sunghoon.
"Nikmati masa kecilmu, saat kau kecil ada aku sebagai ayah yang menampung masalahmu. Seberat apapun masalahmu akan kubantu untuk menyelesaikannya, tapi saat kau dewasa nanti kau harus bisa mencari solusi untuk dirimu sendiri, kau tidak bisa mengharapkan orang lain setiap saat."
Suasana langsung hening setelah Sunghoon berkata seperti itu, Jiwon hanya memperhatikan Sunghoon yang membereskan alat tempur mereka tadi.
"Tapi, bukankah ada orang baik yang bisa menjadi temanku. Seperti dirimu, tuan pasti salah satu orang baik yang membantu hidupku dan temanku, apa saat aku dewasa aku tidak akan menemukannya lagi?" tanya Jiwon.
Sunghoon tersenyum lembut, tangannya mengusap kepala Jiwon dan menghela nafas. Kini Sunghoon memang terasa seperti seorang ayah yang menasehati anaknya.
"Kau akan menemukannya, tapi itu sulit. Menjadi dewasa tidak semudah itu Jiwon, saat kau dewasa kau akan tahu bahwa hidup penuh dengan kemunafikan. Banyak orang baik, tapi lebih banyak lagi orang yang jahat. Semakin kau dewasa semakin banyak topeng yang harus kau pasang," kata Sunghoon.
Dari umur segini Sunghoon sudah mengungkapkan semua kekerasan hidup saat dewasa. Sunghoon sengaja melakukan itu, agar kelak saat dewasa nanti Jiwon tidak terkejut dengan hidupnya yang mungkin berubah drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanfictionSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...