"Ada apa di sana? Kenapa ramai sekali?"
Acara jalan-jalan Leo dan Jake di rumah sakit harus mendapatkan hambatan saat melihat keramaian di tengah lorong. Banyak orang yang menenangkan wanita itu tapi tidak ada yang bisa disambut baik olehnya, dia hanya tertawa dan sesekali menangis.
"Bukankah itu Jay?" tutur Jake.
"Iya dia Jay, orang yang kubenci dan yang selalu kuceritakan padamu," jawab Leo. Jake memicingkan matanya melihat wanita yang sedang histeris di lorong tersebut.
"Itu ...."
"Itu istrinya, perempuan yang baru masuk ke kehidupannya setelah dia ditinggal oleh kekasihnya," tutur Leo seolah tahu apa yang akan dipertanyakan oleh Jake. Jake merasa iba dengan perempuan itu, dari gerak-geriknya dia tahu bahwa wanita itu mengalami gangguan mental.
"Aku merasa wanita itu butuh perlindungan dari kami," tutur Jake. Tanpa menunggu apapun dia menghampiri kerumunan tersebut, nalurinya sebagai psikiater langsung timbul begitu melihat Hae-seo dengan kondisi yang sangat menyedihkan.
Psikiater? Iya, Jake adalah seolah dokter psikiater di Australia tapi dia dipindahkan ke Korea selatan. Jake mendapatkan info bahwa di negara ginseng ini kekurangan dokter psikiater ataupun psikolog klinis, yang banyak itu pasien makanya dia dipindahkan ke Korea selatan untuk sementara waktu, atau selamanya? Ia juga tidak tahu.
"Hei kau tidak apa-apa, tenangkan dirimu," ucap Jake begitu sampai di depan Hae-seo. Tangannya tidak ragu memberikan usapan lembut di rambut wanita itu.
Jake tahu konsekuensinya, pasti perempuan itu akan marah besar karena dia disentuh sembarangan. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus menenangkan Hae-seo apapun caranya.
Hae-sep merasa ada tangan yang menyentuh rambutnya pun mendongak, netranya yang sendu beradu tatap dengan netra Jake yang menunjukkan rasa khawatir yang begitu mendalam.
Keduanya seolah-olah mendalami perasaan dari lawan pihak, tapi tak lama kemudian Hae-seo menghempaskan tangan Jake dan berteriak kuat.
"JANGAN MENYENTUHKU, KAU ORANG JAHAT! AKU BUKAN JALANG, AKU BUKAN JALANG!" teriak Hae-seo. Hae-seo beringsut mundur dan Jake bisa merasakan ketakutan Hae-seo.
Dilihat dari teriakan Hae-seo tadi sepertinya Hae-seo ini korban pemerkosaan, tapi dia tidak tahu itu benar atau tidak. Untuk mengetahui info selanjutnya Jake harus bertanya dengan Leo. Karena ia yakin sepupunya itu pasti mengetahui segalanya.
"Anakku, anakku selamat." Hae-seo tiba-tiba saja girang sendiri saat ia melihat ada boneka dipegang seolah remaja wanita.
"Hei! Kau harus memegangnya dengan benar atau nanti anakku akan terkilir!" sentak Hae-seo. Hae-seo mengambil boneka itu, menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar inap.
"Sakit ya sayang? Maafkan aku karena membiarkanmu disiksa mereka, aku akan melindungimu mulai sekarang," monolognya.
"Apa kau lapar? Kau ingin asi? Atau kau mau tidur? Astaga di mana tempat tidurmu, bagaimana bisa kau tidur tanpa tempat tidur khusus, hm? Sebentar ya sayang," ujar Hae-seo lembut.
Beberapa orang yang masih melihat tingkah Hae-seo benar-benar merasa sedih, apa lagi Jay hatinya begitu merasa teriris saat melihat Hae-seo sudah benar-benar gila. Tidak ada lagi harapan, istrinya terkena gangguan mental marena dirinya sendiri.
"HEY! DI MANA RANJANG KHUSUS UNTUK ANAKKU? BAWA CEPAT KE SINI, DIA INGIN TIDUR!" teriak Hae-seo.
"A-aku akan membawanya, kau tunggulah sebentar," tutur Jay gagap. Dia baru ingat bahkan mereka sama sekali tidak berbelanja perlengkapan bayi, jangankan berbelanja menemani Hae-seo check-up saja ia tidak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanfictionSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...