Bab 38

126 14 2
                                    

"Semuanya sudah selesai?" Di sebuah restoran, terlihat Jake dan Hae seo yang sedang makan. Hae seo mendongakkan kepalanya saat mendengar suara Jake.

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Hae seo. Jake terkekeh pelan, ia menyelipkan rambut Hae seo yang berterbangan.

"Iya, aku bertanya apa semuanya sudah selesai?" Jake berkata dengan nada yang sangat lembut, Hae seo bahkan dibuat salah tingkah karena suara pria itu. Ia ingin berteriak sekuat mungkin saat Jake menatapnya dalam dan senyum manis yang terukir indah di bibirnya.

Hae seo mengalihkan pandangannya saat mata itu semakin lembut menatapnya. Hae seo benar-benar tidak bisa berbuat apapun, tubuhnya kaku dan lemas secara bersamaan.

Sikap manis seperti ini sungguh tidak sehat untuk wanita manapun termasuk Hae seo sendiri. Tapi kenapa Jake malah semakin menjadi-jadi. Apa ia suka melihat Hae seo seperti ini?

"Belum, Jay tidak ingin menandatangani surat itu. Masih ada masalah di antara kami berdua," ungkap Hae seo. Dia tidak ingin mengatakan segalanya atau semuanya akan bertambah parah nanti.

"Baiklah." Jake kembali memakan steaknya dan menatap ke luar. Saat Hae seo sedang menyeruput jusnya, saat itu juga Jake kembali bersuara.

"Terkadang aku berpikir bahwa aku merusak hubungan kalian berdua," tutur Jake. Hae seo mengernyit bingung, di bagian mananya Jake merusak hubungannya dengan Jay. Tidak sedikitpun!

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Entahlah, aku merasa kedatanganku membawa petaka untuk hubungan kalian berdua," ungkap Jake. Hae seo menggeram kesal, ia membenci topik ini. Apa lagi mendengar Jake yang selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Kau sudah dewasa Jake! Jangan berbicara seperti anak-anak. Tidak ada yang merusak hubungan kami, semuanya sudah berjalan sesuai takdir. Jay saat ini sedang memakan karma atas semua kesalahannya. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri!" seru Hae seo. Tanpa sadar Hae seo meninggikan suaranya, Jake agak terkejut melihat itu tapi ia merasa bangga.

"Kau membentakku?" Hae seo mengerjapkan matanya, ia tersadar akan ucapannya dan memilih kembali duduk. Rasa tak enak itu mulai muncul, selama ini Jake tidak pernah membentaknya. Bahkan ketika Jake marah pun ia tetap menjawab ucapan Hae seo dengan lembut. Tapi Hae seo tidak melakukan sebaliknya.

'Astaga Hae seo kurang ajar, apa yang kau lakukan!' batin Hae seo.

Jake terkekeh lucu melihat respon Hae seo. Sejujurnya Jake tidak berniat untuk memarahi Hae so, ia paham dengan emosi Hae seo yang susah dikendalikan. Berulang kali Jake menasehati Hae seo untuk menurunkan emosinya, tapi yang namanya manusia tidak mungkin berubah secepat itu.

"Maafkan aku," sesal Hae seo. Wanita itu merasa benar-benar bodoh, seharusnya tadi dia berbicara pelan-pelan. Bukankah ia sudah berjanji untuk tidak menimbulkan sikap lama, tapi kenapa sekarang masih ada?

"Tak apa, aku maklum akan hal itu. Proses perubahan memang tidak semudah yang dibayangkan," jawab Jake.

Hae seo kembali mendongakkan kepalanya dan tersenyum manis, sikap pengertian Jake membuat ia benar-benar mencintai pria ini. Haah, Hae seo merasa bahwa ia sudah jatuh ke tangan pria yang tepat.

"Boleh kita pulang sekarang?"

"Boleh, tapi sebelum pulang kita membeli beberapa bingkisan untuk Daniel dan bibi Mira," usul Jake. Hae seo ingin menolak tapi pria itu terlanjur pergi dengan cepat. Jake selalu seperti ini, hal itu menyebabkan mereka sekeluarga merasa tidak enak dengan Jake.

"Hae seo, apa yang kau tunggu? Ayo kita pergi," ajak Jake. Jake kembali menghampiri Hae seo dan menarik tangan wanita itu, wanita itu ia rangkul dengan erat dan sesekali mereka bercanda di sana.

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang