Bab 12

395 40 1
                                    

"Ahahaha." Jake dan Leo tertawa lepas mengingat kenangan lama yang sangat menggelikan. Tanpa sadar hari sudah kulai sore, langit yang berwarna biru kini mulai berganti menjadi jingga.

"Hah, aku tidak menyangka kita sudah sebesar in," celetuk Leo. Ia meneguk susu kotak varian strawberry yang ia beli sekaligus hasil dari berebut dengan anak kecil.

Iya anak kecil, susu strawberry itu sudah tinggal satu kotak, Leo mengambilnya begitu juga dengan anak kecil di sampingnya. Mereka saling berebut sampai akhirnyabLeo melotot dan membuat anak itu ketakutan lalu pergi dari sana.

"Sudah kuduga kau itu memang pencuri!" tuduh Jake. Leo mendengkus kesal, enak saja menuduh dirinya pencuri. Dia bukan pencuri!

"Jaga ucapanmu!" Leo membuang susu kotak tersebut ke sembarang arah dan bangkit dari sana. Jake mengikutinya sambil bermain ponsel, sesekali ia menatap langit yang sudah mulai gelap, memanh waktu sangat cepat berlalu.

"Ingin ikut ke rumah sakit?" tawar Leo. Jake menoleh dan menjawab, "siapa yang sakit?" tanyanya.

"Tidak ada," sahut Leo tanpa menatapnya. Jake mendelik, mempunyai sepupu seperti Leo membuat dia merasa sangat sakit kepala..Tapi tak apa, tidak ada Leo juga membuat hidupnya terasa sunyi.

"Kita hanya akan berjalan-jalan sebentar di rumah sakit itu," ujarnya dan berjalan mendahului Jake.

***

"Di mana janinli!" Hae-seo berteriak begitu jencang, Jay yang berada di depan pintu langsung masuk ke dalam. Di sana terlihat Hae-seo yang berteriak seperti orang gila.

"Hae-seo tenanglah!" bujuk Jau dan ingin memeluk istrinyam Tapi, Hae-seo malah mendorong bahunya kuat dan menatapnya yajamm "Pergi kau bajingan! Kau sudah membunuh anakku dan pasti kau puaskan sekarang!" bentak Hae-Seo. Jay menggeleng? tangannya tergerak ingin memegang bahu Hae-Seo tapi ditepis kuat oleh istrinya.

"Pergi kubilang Pergi!" Hati Jay teriris bahkan menangis melohat istrinya terlihat stres. Penyesalan Jay semakin mendalam begitu melihat dokyer menyuntik Hae-Seo agar bisa tenang.

"Maafkan aku, gara-gara aku kau menjadi seperti ini, semoga kau cepat sembuh," gumam Jay. Sebelum pergi, Jay mengusap kening Hae-Seo dan pergi dari sana dengan air mata yang mengalir deras. Masih tidak percaya dengan keadaan rumah tangganya saat ini, semuanya sudah hancur atau memang tidak bisa diperbaiki lagi.

Semua ulah yang dia lakukan kini pelan-pelan mendapatkan karmanya. Begitu sakit bahkan mungkin tidak sebanding denhan rasa sakit yang Hae-seo rasakan saat ini.

"Aku melukainya, menyiksanya, memakinya bahkan secara tak langsung aku membunuh anakku sendiri, apa aku masih pantas disebut sebagai ayah? Aku bahkan malu mengakui diriku sebagai seorang ayah, Tuhan aku mohon jangan bawa pergi Hae-seo dari sisiku, biarkan aku menebus kesalahanku barang sekejap saja," pinta Jay memohon.

"Tidak, aku tidak pantas dan tidak akan pernah disebut pantas sebagai seorang ayah!"

Jay menghapus air matanya kasar, kepalanya mendongak dan bersitatap dengan Soyeol yang berdiri di depannya. Lihatlah, bahkan Soyeol inu kesayangannya terlihat membencinya.

Cinta siapa lagi yang Jay harapkan selain cinta ibunya? Ayahnya? Dari awal Jay bermasalah dengan Hae-seo ia sudah terlihat benci dengan putranya ini. Sunghoon? Tidak mungkin, ia hanya tinggal menunggu bogeman mentah dari pria itu.

"Apa kau sebenci itu dengan istrimu makanya kau membunuhnya? Aku tahu kalau kau menyiksanya Jay, aku dan istrimu itu sama, sama-sama seorang ibu. Kalau begitu, kau juga boleh menyiksaku sama seperti menyiksa istrimu sendiri!" murka Soyeol.

Soyeol kecewa, sangat kecewa! Jay telag menghamili perempuan dan perempuan itu sudah menjadi istrinya, tak sampai di situ ia juga menyiksa wanita itu dan membunuh anaknya sendiri. Kurang bejat apa lagi anaknya ini di mata perempuan?

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang