Bab 16

241 25 4
                                    

Ruangan yang dipenuhi dengan pasien dengan gangguan mental tidak membuat semangat Jake turun untuk bekerja hari ini, dia begitu menyukai pekerjaannya apalagi saat ia bisa menyembuhkan seseorang.

Sebagian orang mungkin menganggap pekerjaannya begitu gila, ingin menghabiskan waktu untuk mereka yang belum tentu bisa sembuh secepat pasien di rumah sakit umum.

Jake tersenyum saat salah satu pasien makan dengan lahap. Jame menghampiri pria itu dan duduk di sampingnya. "Selamat pagi paman," sapa Jake ramah.

Orang tua itu menatap Jake tapi ia langsung berpaling dan memilih untuk memakan sarapannya. "Apa sarapannya seenak itu?"

"Karena aku menyukainya makanya aku memakannya, bagaimana kau ini!" Jake terkekeh, ucapan dan bentakan dari orang tua itu tidak membuatnya tersinggung malahan ia merasa lucu dan gemas sendiri.

"Es krim-es krim, tolong belikan aku es krim!" Salah satu pasien rumah sakit jiwa berteriak kuat, Jake mengalihkan pandangannya dari kakek tua tadi dan beralih ke anak remaja yang sedang berlari di koridor.

"Dokter aku ingin makan es krim, aku sudah pamit tapi mereka tidak mengizinkanku. Mereka memukuliku dan itu rasanya sakit sekali." Remaja tersebut mengadu kepada Jake dan menunjuk dua orang suster laki-laki yang menatap  Jake ketakutan.

"Kau pergikah ke ruanganmu, aku akan membelikan es krim yang kau mau. Aku akan membelikan semua varian eskrim yang ada di depan sana, sekarang sarapan dan tunggu saja oke."

Jake tersenyum tulus, tangannya mengacak pelan rambut remaja itu. Jake baru mengenal pasien di sini tapi dia merasa sudah dekat dengan mereka. Apa lagi remaja itu, Kim Sunoo seorang remaja laki-laki yang dituntut untuk sempurna.

Salah satunya adalah harus pintar dan menjadi unggulan dari semua siswa yang ada, tapi takdir berkata lain. Kim Sunoo tidak lulus di universitas terkenal di kota itu, cita-citanya yang ingin menjadi ahli bedah saraf tidak mampu ia capai, alhasil Sunoo stress dan akhirnya masuk ke sini.

"Dokter, ada orang yang ingin bertemu denganmu." Jake mengerutkan dahinya heran, siapa yang ingin bertemu dengannya di pagi hari seperti ini.

"Baiklah, aku akan segera ke sana." Jake meninggalkan sunoo yang sedang bermain dokter-dokteran bersama kakek tua tadi dan masuk ke dalam ruangannya.

"Kakek ayo belah kepalamu, aku akan melihat di mana rusak sarafmu," tutur Sunoo sambil memegang kepala kakek tua itu, tak lupa dengan ujung sendok yang ia gerakkan seolah-olah sedang membelah kepala orang.

***

"Maaf membuatmu lama menunggu," tutur Jake. Ia duduk di kursinya dan melihat siapa yang datang. Wajahnya terkejut, apakah mereka benar-benar akan membawa dirinya untuk mengurus Hae-seo.

"Apa kau mengenalku?"

"I-iya eh tidak, tapi kita pernah bertemu bukan di rumah sakit?" tanya Jake tak pasti.

"Iya, perkenalkan aku Park Sunghoon. Aku sekretaris Jay Park, aku datang ke sini untuk meminta kepadamu merawat Hae-seo," kata Sunghoon langsung. Tidak perlu bertele-tele, ia juga ingin kesembuhan Hae-seo agar Jay bisa tenggelam dengan penyesalannya.

Kadang ada kalanya Sunghoon merasa dendam dengan sahabatnya itu, benar-benar pria bodoh yang tidak mengerti arti ketulusan serta kasih sayang. Sunghoon merasa memang benar kalau Jay tidak ikut campur tentang kesembuhan istrinya.

Jay sekarang menjadi orang yang bodoh dan bertindak gegabah, kehadirannya hanya akan membuat kacau semuanya. Memang lebih baik Jay tidak mengikuti mereka.

"Kenapa kau yang datang ke mari?  Di mana suaminya? Atau keluarganya yang lain?" tanya Jake beruntun.

"Suaminya? Pria bodoh itu tidak ada gunanya datang ke mari, lebih baik aku yang datang ke sini dari pada nanti terjadi keributan di rumah sakit ini," ucap Sunghoon.

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang