"Kau yakin ingin pergi sendiri sayang? Daniel bisa menemanimu ke sana." Wajah yang sudah tidak muda itu menunjukkan rasa khawatir, anak perempuan satu-satunya yang telah sembuh total itu ingin ke minimarket sebentar.
Namun Mira merasa khawatir, ia belum terlalu melepas Hae seo pergi. Kadang Hae seo merasa ia terlalu dilindungi, tapi Mira malah merasa itu tidak cukup.
"Ck, jangan menggangguku!" kesal Daniel.
"Aku juga tidak ingin mengganggumu! Dasar labil!" Daniel menggeram kesal, hey ia sudah merasa dewasa dan tidak selabil itu lagi.
"Daniel!" tegur Mira. Tangan Daniel yang tadinya ingin melempar Hae seo dengan pensil ia turunkan kembali. Tatapan tajam itu tak lepas dari pandangan Hae seo, tapi Hae seo tidak takut sama sekali.
"Bibi, aku akan pergi sebentar. Hanya sebentar, aku pasti baik-baik saja. Aku membawa ponselku dan pasti akan kunyalakan sampai aku ke sana," kata Hae seo meyakinkan perempuan paruh baya itu.
Mira menghela nafas dan menurunkan tangannya dari bahu Hae seo, mungkin memang benar ia terlalu berlebihan. Hae seo sudah dewasa dan tidak seharusnya Mira bersikap seperti ini.
"Hati-hati," kata Mira parau. Hae seo mengangguk pelan dan berjalan ke luar dari kamarnya. Saat ingin ke luar ia tak lupa menginjak kaki Daniel pelan, tapi biarpun pelan Daniel sungguh merasa kesakitan.
"Akh! Hae seo!" seru Daniel.
"Daniel! Kau berani memanggil Hae seo hanya menggunakan nama saja!" bentak Mira. Daniel tidak peduli dengan bentakan Mira, ia memegang kakinya yang sakit dan bangkit mengejar Hae seo.
Hae seo berlari menjauh seraya tertawa lepas, rasanya sungguh menyenangkan saat melihat Daniel kesakitan. Daniel tersiksa adalah sebuah kesenangan untuk dirinya sendiri.
***
"Jay."
Di rumah yang mewah itu, Jay duduk terdiam di teras belakang rumah. Matanya memandang kosong ke arah kolam renang.
Sudah dua minggu Hae seo ke luar dari rumah sakit dan selama itulah Hae seo tidak pernah lagi bertemu dengannya.
Jay bukan tidak berusaha, tapi ketika pria itu datang maka Mira akan mengusirnya kasar dan menyuruh Hae seo masuk ke dalam rumah. Terkadang Jay kesal dengan sikap Mira, tapi ia juga paham kenapa Mira bisa seperti itu.
"Kau merasa letih? Jika ada masalah cerita kepadaku, aku ibumu kalau kau lupa," ucap Soyeol. Soyeol meletakak teh hangat di depan Jay dan sedikit cemilan. Lama Soyeol menunggu tapi Jay sama sekali tidak berbicara sedikitpun.
"Jay," panggil Soyeol lagi.
Jay menggelengakan kepalanya, ia menatap teh hangat itu dan menyeruputnya perlahan. Soyeol melihat itu hanya diam, mungkin anaknya sedang tidak ingin bercerita.
"Kenapa kau seperti ini? Karena istrimu? Kau merindukannya? Ayo kita ke rumahnya, jika aku ikut mungkin kau tidak akan diusir lagi," usul Soyeol.
Namun Jay kembali menggeleng, ini masalah mereka dan tidak seharusnya Jay melibatkan orang tuanya di saat seperti ini.
"Jadi kau ingin apa Jay? Apa yang kau mau? Aku tidak bisa melihatmu seperti ini Jay! Kau seperti tak hidup jika terus seperti ini, kalau kau memang membutuhkan Hae seo kita pergi ke sana dan menemuinya!"
Soyeol berteriak histeris, tapi Jay langsung tidak peduli. Entahlah, Jay juga tidak paham dengan dirinya sendiri. Apa sebenarnya yang menutup hati dan pemikirannya Jay tidak tahu!
"Aku ibumu dan aku bisa membantumu! Di mataku kau tetap anak kecil yang membutuhkan pertolongan orang tuamu, jadi aku mohon jangan tolak permintaanku yang satu ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanficSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...