Bab 11

406 48 11
                                        

"APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA KAKAKKU SIA*AN!"

Daniel berteriak begitu keras di rumah sakit, tangannya tak segan menarik kerah baju Jay. Persetan dengan dirinya orang besar atau apalah itu, dia tidak peduli sedikitpun!

"Dasar manusia tidak tahu diri! Seharusnya aku tidak memberikan kakakku untukmu, seharusnya dia mengazuh anaknya sendirian. Dia juga korban pemerkosaan kalau kau lupa!"

Daniel begitu murka dan tidak ada satupun yang bisa menghentikannya, bahkan Mira sendiri terjungkal ke belakang. Ia benar-benar menguapkan kekesalannya kepada Jay.

"JAWAB!" Par suster yang sedang lewat tersentak mendengar teriakan Daniel, tak lama kemudian datanglah Sunghoon dan juga orang tua Jay.

Sunghoon mengambil Daniel dan menenangkannya, walaupun Sumghoon tahu itu tidak berguna. Tapi mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba.

"Apa kata dokter?" Daejoon datang dengan wajah yang begitu panik, ia tetap bertanya pada Jay walau ia sebenarnya begitu membenci Jay saat ini.

"Dokter belum ke luar," jawab Jay pelan. Kepalanya menunduk dan tidak berani bersitatap dengan ayahnya, mendengar itu sontak wajah Daejoon geram bukan main.

Birbinya terkulum ke dalam, tangannya mengepal dan urat-urat di sekitar wajah maupun tangannya bermunculan. Jay sudah siap jika setelah ini ia akan dipukul habis-habisan oleh ayahnya.

"Anak-"

"Tunggu paman, biarkan Hae-seo lebih dulu ke luar dari ruangan operasi. Aku mohon tahan amarah kalian, lebih baik kita banyak berdoa dari pada marah-marah seperti ini," ujar Sunghoon.

Soyeol dan Mira sudah menangis, Daniel memeluk ibunya dan menenangkannya. Mereka duduk dengan jarak yang jauh antara keluarga Park dan keluarga Kim.

Mira harap-harap cemas dengan keadaan Hae-seo, bagaimana jika anaknya tidak selamat? Apa nanti yang akan mereka katakan? Atau bagaimana kalau nanti mereka tidak selamat, tidak Mira belum sanggup ditinggalkan Hae-seo.

***

[Kau di mana?]

Leo sibuk mondar-mandri di sekitaran bandara, telpon ditangannya dan tak lupa dengan jas yang melekat indah di tubuh tingginya.

[Apa kau tidak bisa bersabar, sudah kukatakan aku sedang di kamar mandi. Tunggulah sebentar!]

Pria dengan rahang tegas dan ketampanan yang seperti orang barat mendengkus kesal di kamar mandi, ia agak malu dilihati oleh orang-orang yang ada di sini.

[Jadi orang jangan lambat bo*oh! Utamakan kedisiplinan!]

[Kau terlalu banyak bicara!] Pria yang merupakan warga pendatang itu berjalan cepat ke luar dari kamar mandi, dengan berbalut celana training dan juga hoodie berwarna hitam.

Tak lupa dengan kacamata dan sepatu yang terpasang di kakinya, pakaiannya terlihat sederhana tapi tidak dengan harganya. Beberapa orang memperhatikannya, bagaimana tidak. Pakaian yang terkesan sederhana itu terlihat mewah ketika ia memakainya.

"Aku di belakangmu!" Leo berbalik, ia bisa melihat wajah kesal sepupunya, hey bagaimana dia bisa sekesal itu? Harusnya dirinya yang kesal. Datang ke sini dua jam lebih cepat dari yang dijanjikan dan harus mondar-mandir mencari pria ini.

"Kenapa kau bisa lama?"

"Tadi penerbangannya tertunda karena ada masalah, ayolah aku sudah lelah dan jangan lupa tolong bawakan koperku!" Lep rasanya ingin melempar wajah sepupunya itu, ia benar-benar geram.

"Yak Jake Shim!"

Jake, seorang pria yang berdarah Korea-Australia kini harus menetap di Korea karena dia ingin bekerja di sini. Sebenarnya di umur lima tahun sampai delapan tahun Jake pernah tinggal di sini, namun setelah itu ia pergi ke Australia dan baru pulang ke sini lagi setelah sekian lama.

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang