Jake menghela nafas pasrah, ia berharap keputusan yang diambilnya tidak pernah salah. Bagaimana dengan Leo? Jake bertengkar? Pasti, mereka bahkan tidak saling sapa saat tau Jake mengobati Hae-seo.
Perkataan Sunghoon saat itu benar-benar menyadarkan Jake. Memang benar, Jake hanya fokus kepada pekerjaannya urusan perusahaan biar mereka yang mengurusnya.
"Kami benar-benar berterima kasih karena sudah mau mengurud menantu kami," ujar Daejoon di meja makan.
Suasana meja makan hanya tenang tanpa ada gangguan apapun, biarpun mata Jay sedari tadi menatap tak suka ke arah Jake tapi tidak ada yang peduli. Toh, Jay tidak bisa merawat istrinya sendirian.
"Tidak usah berterima kasih tuan, itu sudah menjadi tugasku untuk menolong mereka," kata Jake dengan senyum canggung. Jay berdecih keras dan itu terdengar di telinga Daejoon juga Soyeol.
Daejoon menatapnya tajam, Jay merasa tidak peduli dan bangkit dari kursinya. Ia mengambil kunci mobil serta jasnya dan pergi dari sana. Kehadiran Jake di rumah itu hanya membuatnya muak, sangat-sangat muak.
Orang tuanya menganggap Jake adalah malaikat yang dikirim untuk menyelamatkan seseorang. Tapi bagi Jay tidak, Jake hanya penganggu yang akan merusak hubungannya dengan Hae-seo.
Jay membanting pintu rumah dengan keras, Daejoon hanya diam dan suasana canggungpun mulai terasa. Soyeol berdehem dan berkata, "Ini sudah masuk jadwal sarapan Hae-seo. Aku akan memberikannya," tutur Soyeol.
"Biarkan aku yang memberikannya, biar sekalian mengecek kondisinya," pinta Jake.
"Baiklah, ambil ini dan itu kamarnya." Soyeol menunjuk salah satu kamar dengan pintu berwarna putih. Saat pintu kamar mereka berwarna coklat, maka pintu itu sendiri yang memiliki warna berbeda.
Jake berusaha menetralisis kegugupannya, ia harap Hae-seo ssat ini tidak dalam keadaan yang mengenaskan. "Permisi, aku membawa makananmu," kata Jake dan membuka pintu kamar itu.
Jake tidak mendapatkan jawaban, malahan wanita yang diajaknya bicara sedang duduk melamun di jendela. Kamar itu begitu berantakan, hal yang membuat Jake merasa pilu ialah saat dia melihat keranjang bayi dengan boneka di dalamnya.
"Hae-seo," panggil Jake. Namun sekali lagi, Hae-seo tidak menjawab. Ia menopang dagunya dan menatap ke arah depan, pandangannya begitu lurus dan tidak berisi.
Mata indah itu terlihat memancarkan sinar kegelapan yang tidak akan pernah hilang. Baju kusut itu seolah pikiran Hae-deo yang saat ini bercabang, benar-benar kondisi yang mengenaskan.
"Hae-seo ini makananmu, makanlah. Apa kau ingin anakmu sakit karena kau tidak makan?" Diam, hanya itu yang dilihat Jake. Ucapannya tidak direspon oleh wanita itu, Jake membuang mafasnya dan berdiri.
"Kamarmu kotor, pasti anakmu tidak nyaman." Sunyi, Jake seperti seolah-olah berbicara sendirian. Padahal ada lagi satu wanita di sini yang diajaknya berbicara.
Jake melihat sebuah boneka terletak di atas kasur, ia yakin pasti ini boneka yang dianggap Hae-seo sebagai anaknya. Tangannya Jake terangkat ingin mengambil boneka itu, tapi ia terkejut saat Hae-seo berteriak dan berlari ke arahnya.
"JANGAN SENTUH ANAKKU!" Hae-seo mengambil anaknya dan mendorong Jake kuat, Jake tidak terlempar jauh tapi keterkejutannya akibat teriakan Hae-seo benar-benar berdampak buruk untuk jantungnya.
"Aku tidak-"
"PERGI DARI SINI!" Teriakan itu menggema di seluruh ruangan, Jake agak takut tapi dia berusaha memberanikan diri. Bukankah ini sudah menjadi resiko bagi mereka, jadi kenapa dia harus takut? Harusnya ia berusaha memberanikan diri dan menyembuhkan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/306717464-288-k102903.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanficSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...