Bab 13

303 38 8
                                    

"Aku mengerti apa yang kau rasakan," kata Soyeol pelan. Bahkan untuk melihat kondisi Mira saja dia tidak sanggup, tapi mulutnya tetap memaksa untuk berbicara.

Mira mendelik hebat, ia bangkit dari duduknya dan berdiri tepat dihadapan Soyeol. Biar saja dengan posisi Soyeol yang merupakan kaum atas, ia tidak peduli dan tidak takut dnegan itu semua!

"Apa yang kau mengerti dengan kesedihan orang lain! Kau bahkan tidak mengerti dengan anakmu sendiri, bagaimana bisa kau mengerti dengan orang lain!"

Soyeol menarik nafas kuat dan menghembuskannya, menghadapi orang yang sedang dibalut api amarah memang tidak mudah. "Kuakui kesalahan anakku benar-benar tidak bisa dimaafkan, tapi bukan berarti aku memanjakannya atauapun membelanya. Aku memarahinya habisa-habisan bahkan aku mencacinya, aku membuang semua rasa sayangku kepadanya karena kesalahannya," jelas Soyeol.

Ia berharap supaya Mira membuka hati dan pikirannya, Soyeol berbicara benar tanpa ada kebohongan sedikitpun. Ia sebenarnya sudah sangat malu untuk memperlihatkan mukanya, tapi ibu dari suami Hae seo ini juga tidak bisa setiap saat lari dari masalah.

"Hanya hari ini tapi tidak untuk kedepannya! Kau hanya punya satu anak bahkan sang pewaris semua harta yang kalian punya, bagaimana bisa kau membenci anakmu berlama-lama?" Mira mengejek Soyeol tanpa berpikir berkali-kali, kekesalannya sudah benar-benar diujung, hanya tinggal sedikit lagi untuk membuat api amarah itu meruak besar.

"Tidak, aku benar-benar kecewa dengan anakku. Hanya aku yang tahu bagaimana rasa benciku terhadap anakku, aku hanya ingin meminta maaf dan aku mohon biarkan aku mengasuh Hae-Seo sampai ia sembuh," mohon Soyeol.

Mira diam dan enggan untuk menjawab, manusia mana lagi yang akan percaya kepada orang lain jika sebelumnya mereka pernah dikhianati? Mira bukan orang yang bisa memberi kesempatan dua kali dalam hidupnya. Prinsip Mira ketika satu kali dikhianati maka dia akan mencurigainya seumur hidup.

"Aku hanya ingin Hae-seo tinggal di rumahku sampai dia sembuh, aku tidak menganggap Hae-seo lagi sebagai menantuku tapi sudah sebagai anakku," tutur Soyeol parau.

Tangannya sampai bersedekap di dada saking memohonnya, tidak peduli dengan harga dirinya sebagai orang kaya. Kini ia benar-benar merasa bahwa roda itu berputar, Soyeol bukan termasuk orang yang sombong tapi ia tidak pernah sekalipun memohon kepada orang lain.

"Aku tidak punya jaminan atas perkataanmu itu, jadi pergilah! Hae-seo akan kubawa ke rumahku apapun yang terjadi," tegasnya dan mulai bangkit menjauhi Soyeol.

Melihat Mira yang sudah melangkah pergi Soyeol pun ikut berlari mengejarnya, Soyeol tidak akan berhenti sebelum Mira menyetujui permintaannya.

"Mira aku mohon Mira, aku mohon. Aku mohon kasi aku kesempatan untuk merawat Hae-Seo. Aku tidak akan menyakitinya dan siapapun tidak akan berani menyakitinya!" teriak Soyeol. Ia benar-benar sudah hilang akal, anaknya yang menekan pikirannya, Mira yang menaruh dendam padanya dan Hae-seo yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.

Ingin rasanya Hae-seo berteriak sekuat dan sekencang mungkin agar semua orang tahu betapa lelahnya dia, kekecewaan yang ada dalam dirinya benar-benar tidak bisa dihilangkan. Tapi Soyeol tidak bisa berpaku arah ke rasa kecewanya, karena masih ada lagi nyawa yang harus diselamatkannya.

Mira berhenti berjalan, ia tertarik dan menatap Soyeol marah, kilatan amarah terlihat begitu jelas di matanya. Demi  Tuhan, Mira benar-benar muak dengan ucapan Soyeol yang terkesan berbelit-belit.

"Tapi anakmu sudah menyakitnya!" bentak Mira kuat. Daniel yang menahan ibunya agar tidak bermain tangan dengan Soyeol ikut tersentak kaget.

"Tapi itu anakku bukan aku, Kira aku mohon biarkan aku mengasuh Hae-seo sampai dia sembuh total, jika ia tidak semnuh maka kau bisa menyakiti kami kembali atau bahkan membunuh kami agar kau puas, tapi aku mohon untuk saat ini biarkan tanganku dan rumahku ikut menyembuhkannya."

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang