Sekali lagi Jay memaki dirinya sendiri, tangannya yang menenteng banyak tas belanjaannya seketika lemah terkulai tak berdaya. Barang-barang mahal itu jatuh seperti tak ada harga dirinya lagi.
Hae-seo semalam pulang ke rumah, dengan semua bukuk rayu dari Jake dan Soyeol akhirnya Mira memeberi izin Hae-seo untuk dibawa kembali ke rumah mereka.
Meski ada rasa tidak rela tapi Mira tetap melakukannya, melihat bahagianya Hae-seo saat bertemu dengan Soyeol membuat Mira tersadar. Kini kebahagiaan anaknya sudah terbagi dua, rumah untuk dia berteduh bukan hanya lagi rumah mereka.
Oleh karena itulah Mira membiarkan Jake dan Soyeol membawa Hae-seo pergi, memang sedih tapi mau bagaimana lagi?
Jay sempat mendengar kabar itu dan bahagia bukan main, sore tadi ia berbelanja banyak barang untuk Hae-seo dan berniat mengajaknya ke luar. Tapi semua itu hanyalah rencana, karena Jake kembali menang.
Jay baru tahu dari ibunya bahwa Hae-seo dibawa pergi oleh Jake ke salon. Malam ini mereka akan makan di restoran sekaligus pergi ke bioskop untuk menonton film.
Jay begitu terpukul, rasanya sudah terlambat tapi Jay tidak boleh menyerah. Hanya saja rasanya begitu lelah, berjuang untuk orang yang hatinya menerima orang lain. Sungguh itu hal yang sangat menyakitkan.
"Ibu, aku ingin berbicara denganmu." Jay melangkah masuk ke dalam kamar Soyeol. Soyeol yang saat itu sedang melipat pakaian mendongak, ia hanya memberikan tatapan datar dan kembali fokus ke pekerjaannya.
"Apa yang ingin kau katakan?" Nada bicara Soyeol terdengar tidak bersahabat, Soyeol yang dulunya berbicara lembut dengan Jay kini telah berganti.
"Apa aku sejahat itu?" Suara Jay bergetar, air matanya sudah menumpul hanya menunggu waktu untuk ke luar. Soyeol merasakan itu semua tapi dia mencoba untuk pura-pura tidak peduli, biarkan Jay mengungkapkan semua penyesalannya.
Soyeol tifak mungkin sekesal itu pada Jay, karena Jay adalah putra satu-satunya. Hanya saja Soyeol merasa kecewa dengan ulah Jay, ia merasa malu dan tidak berguna sebagai seorang ibu.
"Apa aku tidak bisa menebus kesalahanku dan meminta maaf kepada mereka?"
Lama terdiam akhirnya Soyeol menghel nafas dan mulai membuka suara. Doakan semoga Soyeol tidak lepas kendali dan berkelahi dengan bayi yang sudah dewasa ini.
"Apa yang ingin kau katakan dihadapan mereka? Meminta maaf saja tidak akan cukup, kesalahanmu sangat susah untuk dimaklimu orang lain, itu makanya sebelum bertindak berpikirlah menggunakan otak!" Soyeol kembali melipat pakaian itu, karena dalam hatinya saat ini ia merasa bersalah atas ucapannya barusan.
Jujur saja, baru kali ini Soyeol bicara sekasar itu terhadap putranya sendiri, mungkin itu terlalu lemah untuk Soyeol. Tapi dari dulu Soyeol terbiasa berbicara lemah lembut tanpa ada bentakan sedikitpun, tapi ternyata semua sikapnya itu tidak berguna. Anaknya berhasil membuat ia malu dengan dirinya sendiri.
"Pergilah Jay, jangan membuat kepalaku pusing. Aku tidak tahan, banyak beban pikiran yang kutanggung dan kau jangan menambahnya lagi. Aku muak!"
Jay tak bicara, pupil matanya bergetar. Bahkan ibunya sendiri pun enggan memeluknya, berbeda dari yang dulu. Jika dulu Jay selalu dirangkul saat ada masalah sekarang Jay harus memikirkan solusinya sendiri.
Soyeol melirik Jay yang dari tadi tidak bergerak, ia hanya diam seolah tidak peduli. Biarpun dalam hatinya ia bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan anak ini lagi?
"Jika Jake dan Hae-seo bersatu apa ibu akan setuju?" Soyeol terdiam, tangannya bahkan tidak lagi memegang pakaian itu. Demi Tuhan ia benar-benar terkejut dengan pertanyaan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanfictionSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...