Rasa cinta yang diberikan Jake kepada Hae-seo begitu besar, siapapun yang melihatnya pasti akan merasakan itu semua. Banyak hal kecil yang terjadi di antara mereka, tapi hal kecil itu menumbuhkan rasa cinta yang begitu besar.
Tak jarang Jake kembali tersenyum riang mengingat itu semua, liburan mereka hari ini dengan Hae-seo terasa sangat menyenangkan. Hanya piknik biasa dipinggi danau dan dikelilingi berbagai macam makanan.
Jake kembali tersenyum melihat foto yang telah diambil tadi, ia ingin memajangnya secepat mungkin. Bahkan senyum Hae-seo yang terukir indah itu membuat dirinya merasa bahagia. Sangat bahagia!
"Haaah, aku sudah lama tidak merasakan ini semua." Jake tidak berbohong, ia sudah lama tidak merasakan ini saat masa kuliah, otak dan tubuh Jake hanya fokus untuk belajar dan mengejar gelar.
"Bahkan bantal ini kalah nyaman dengan bahu Hae-seo," gumamnya sambil tersenyum sendiri. Jake tadi sempat bersandar di bahu Hae-seo untuk istirahat sebentar, rasanya begitu nyaman sampai ia ingin memeluk wanita itu dari samping.
Tapi Jake masih tahu batasannya, jadi ia hanya bersandar sebentar dan menggenggam tangan Hae-seo. Hanya sebatas itu tapi sudah membuat Jake tidak karuan, ingin rasanya ia salto untuk menghilangkan semua kegugupannya.
"AKHH! LAMA-LAMA AKU GILA KARENA INI!" teriak Jake di dalam bantal. Ia juga memukul-mukul kasurnya, tapi semua itu terhenti saat Jake mendengar suara ketukan pintu.
"Siapa?" teriak Jake.
"Pemilik rumah ini!" Jake berdecak kesal, ia tahu siapa yang datang. Sungguh mengganggu kegiatannya saja! Jake dengan rasa malas bangkit dan membuka pintu itu.
Di depannya terlihatlah Jay dengan wajah datarnya dan Jake dengan raut wajah yang sama juga. Entah ke mana air muka bahagia tadi, ia seolah bersembunyi dan berganti peran dengan topeng lain untuk menghadapi Jay.
"Apa yang ingin kau katakan?" Jake langsung bertanya kepada intinya, ia malas mendengar basa-basi dari mulut pria ini.
"Aku besok akan pergi dengan istriku," ucap Jay. Tak lupa ia menekan kata istri, seolah-olah menyadarkan posisi Jake saat ini.
Jake terkejut mendengar itu, tapi ia bisa memperbaiki raut mukanya. Dengan alis terangkat sebelah Jake pun bertanya, "Ke mana kau akan membawanya?"
Ada rasa tak rela saat Jay memberikan info itu, tapi Jake tidak bisa menahan. Bukankah Jay lebih berhak? Kan mereka pasangan suami istri, kalau dia menahan yang ada nanti Jake dianggap tidak baik karena mengambil istri orang.
Karena orang tidak akan peduli dengan kejadian aslinya, dia hanya akan menyimpulkan semuanya melalui hal yang telah ia lihat.
"Apa urusanmu? Ke mana pun aku membawanya kau tidak bisa ikut campur, aku mengatakan ini kepadamu juga atas perintah ibuku. Jika tidak dia tidak mengizinkanku membawa Hae-seo pergi," jelas Jay.
Jake tertawa dalam hati, ternyata perannya melindungi Hae-seo sudah sebesar ini. Bahkan sampai ibunya sendiri pun mengharuskan Jay memberi informasi kepadanya.
Usai mengatakan itu Jay pergi dari hadapan Jake. Melihat Jake tersenyum sendiri membuat ia bergidik ngeri, entah apa yang terjadi kepada anak itu. Dia benar-benar tidak paham sedikitpun.
***
Makan berdua di bawah sinar rembulan, sungguh hati Jay terasa panas bukan main. Apa lagi saat Jake mengeluarkan banyak kalimat manis yang membuat istrinya tersipu malu.
Astaga, ingin rasanya Jay memukul wajah sok tampan itu, tapi dia tidak cukup berani. Soyeol yang melihat kekesalan Jay hanya bisa tersenyum mengejek.
"Kau merasa kalah? Cih, kasian sekali," ejek Soyeol dan pergi ke kamarnya. Jay memutar bola matanya malas, ini sudah seperti permainan anak-anak yang berebut permen.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanfictionSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...