Bab 3

351 43 0
                                    

Seminggu setelah kejadian itu Hae-seo ternyata hamil, Hae-seo terdiam menatap surat keterangan dokter yang ada di tangannya.  Tangannya gemetar dan nafasnya terasa sesak.

Hae-seo dengan keberanian yang hanya tersisa sedikit mendatangi rumah Mira. Hari sedang hujan dan Hae-seo tanpa payung datang ke rumah mereka.

Pikiran Hae-seo benar-benar kalut, dia takut setelah ini Mira akan marah kepadanya dan membencinya. Kalau nanti ia dimarahi ia harus siap, karena ia sendiri tidak memberitahu Mira tentang kejadian pelecehan itu.

"Permisi, bibi Mira," panggil Hae-seo. Hujan begitu deras dan ia yakin kalau Mira dan Daniel pasti tidak mendengar ucapannya.

Tapi pemikiran itu kembali Hae-seo tarik, ia memdengar suara langkah kaki dan kemudian membuka pintu. "ASTAGA!" pekik Daniel.

Matanya terbuka lebar melihat kondisi Hae-seo yang basah kuyyp, bahkan rambutnya menutupi seluruh wajahnya.

"Kak Hae-seo? Kenapa bisa di sini? Ayo masuk," ajak Daniel. Ia menarik Hae-seo masuk ke dalam, Daniel memberikan handuk yang tersangkut di kamar mandi.

"Bunda kak Hae-seo dateng ke sini, tapi badannya basah bahkan dia kayak habis nangis."

Mira yang sedang membereskan sisa makan mereka seketika terkejut, ia langsung pergi ke depan dan melihat kondisi Hae-seo yang benar-benar berantakan.

"Hae-seo,Nak? Kau kenapa? Ayo duduk di sofa dulu," ajak Mira. Hae-seo menolak, ia memilih untuk duduk di lantai dan menangis di sana. Daniel dan Mira saling bersitatap, mereka benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan wanita ini.

Hae-seo langsung bercerita semuanya, ia juga menunjukkan hasil test kehamilannya. Mira bergetar, ia spontan bangkit dan menatap Hae-seo yang terduduk di bawah.

"Maaf," ujar Hae-seo gugup. Mira masih diam, sedangkan Daniel juga ikut gemetar. Matanya menatap nanar Hae-seo yang memeluk dirinya sendiri.

"Kau ga cerita kepadaku tentang ini? Padahal kejadian ini sudah lama?" tanya Mira. Hae-seo terisak pilu, bukan tidak ingin tapi terlalu takut untuk membuka kejadian yang menurutnya sangat kotor.

"Maaf bibi, Hae-seo bukan ga mau cerita. Tapi ...." Hae-seo tidak dapat melanjutkan ucapannya, Daniel mendongak saat merasa air matanya ikut turun.

"Siapa orangnya? Kita akan meminta pertanggung jawaban dengan orang itu," ujar Mira dingin. Hae-seo tidak bisa bicara, ia memberikan kartu nama Jay yang diambilnya diam-diam.

"Setelah hujan reda, kita pergi ke sana dan menemui mereka!"

Hae-seo dibantu Daniel berdiri, ia ikut marah kepada pria yang memperkosa Hae-seo. Tangannya terkepal erat dan serasa ingin membunuh pria yang bernama Jay Park atau Park Jongseong itu.

Seraya menunggu hujan reda, Hae-seo diberi makan oleh Mira dan Daniel. Hae-seo dari tadi tidak bisa berhenti menangis, bahkan ingin menyeruput mie saja dia tidak sanggup.

Hae-seo menengadahkan kepalanya, menahan air mata yang ingin ke luar. Daniel yang melihat itu hatinya merasa teriris, kenapa hujan harus lama?Dia benar-benar ingin ke sana sekarang juga.

"Hae-seo kamu pulang dulu ya, mandi, ganti baju baru kita pergi. Hujan udah gerimis, kita naik taxi ke sana. Jangan buat hal yang aneh-aneh ya," ucap Mira lembut.

Hae-seo mengangguk dan pulang ke rumahnya, sedangkan Mira menyiapkan tas dan peralatan lainnya. Tak lama kemudian merekapun pergi ke rumah Jay, jantung Hae-seo terasa berdetak dua kali lebih cepat.

Sedangkan di dalam rumah Jay terjadi keributan besar, ayahnya marah besar dan ibunya hanya bisa terdiam serta terisak.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu itu kepadanya Park Jongseong!" teriak Park Daejoon. Jay hanya diam, lebih tepatnya tidak menanggapi apa yang dikatakan ayahnya.

JUST A HOUSE! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang