Hari ini Sunghoon berniat untuk mengambil kucingnya yabg ada di rumah Jisung, sudah lima hari kucing itu ia tinggalkan di sana dengan alasan tidak sempat untuk mengambilnya. Maklum saja, Sunghoon selalu pulang terlambat dari perusahaan Jay.
"Jisung!"
"Ya, masuklah!" Terdengar suara menggelegar dari dalam disertai suara kucing yang ternyata sedang bermain-main. Kucing itu sedang bermain-main dengan tali berwarna merah milik Jisung.
"Aku ingin mengambil kucing itu," ucap Sunghoon langsung.
"Tentu, kau bisa mengambilnya. Dia sudah sembuh bahkan sudah kembali ceria, beberapa hari ini aku agak khawatir karena demam yang dideritanya. Bersyukur karena ia sudah sembuh," jelas Jisung sambil menatap kucing tersebut.
Kucing itu meliuk-liukkan badannya dan sambil memainkan tali tadi, tiba-tiba saja Sunghoon datang dan menghembus tali itu sehingga talinya menjauh.
Kucing itu menggoyangkan ekornya dan ingin mengambil mainannya, tapi Sunghoon menahannya dan mengangkat kucing itu ke dalam gendongannya.
"Hai, kau sudah sembuh? Kalau begitu ayo pulang ke rumah," ajak Sunghoon. Tangannya yang lebar memainkan perut kucing abu-abu itu.
"Dia sedang bahagia, oh ya aku punya nama dan kalung untuknya. Tunggu sebentar akan kuambilkan."
Jisung pergi dari sana dan meninggalkan Sunghoon dengan kucing itu, kucing itu menatap Sunghoon polos membuat Sunghoon semakin gemas.
"Oh astaga kenapa kau sangat menggemaskan!" Sunghoon memeluk kucing itu erat dan mencium hidung kucing tersebut..
"Ini." Sunghoon menatap Jisung yang memberikan gelang seukuran leher kucing itu, gelang itu bertuliskan namanya yaitu Molly Park.
"Molly Park?" gumam Sunghoon.
"Hm, karena aku yang mengasuhnya dana akan jadi milikmu jadilah aku memberikan nama itu, lagian marga kita sama-sama Park, sepertinya itu tidak masalah," tutur Jisung.
Sunghoon mengangguk dan memasangkan gelang tersebut ke leher Molly. Molly menggigiti kalung barunya dan pergi dari sana bermain-main.
"Kenapa kau lama sekali menjeputnya?" tanya Jisung seraya meletakkan satu gelas jus.
"Aku punya banyak pekerjaan di kantor Jay, jadi aku tidak ada waktu untuk ke rumahmu," tutur Sunghoon jujur.
"Hm, aku mengerti."
Keduanya terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sunghoon yang memikirkan anak-anak panti dan Jisung yang memikirkan nasib istri Jay.
"Apa pernikahan Jay sudah lama?" Akhirnya Jisung buka suara, mata Sunghoon terarah ke Jisung dan meneguk jusnya habis.
"Belum, mungkin seminggu yang lalu. Ada apa?"
"Tidak ada, aku hanya khawatir dengan nasib istrinya. Entahlah, aku melihat dari pancaran matanya yang tidak bersinar terang layaknya lampu di malam hari," ujar Jisung.
Jisung adalah salah satu orang yang suka menatap mata orang lain, karena baginya dari mata semuanya bisa dicari. Mulai dari kejujuran, kebohongan, kebahagiaan dan kesakitan.
"Mungkin memang tidak bahagia, karena mereka menikah karena Jay memperkosa Hae-seo di sebuah hotel, Hae-seo itu hamil sebelum menikah," ungkap Sunghoon.
Jisung terdiam, ia tidak heran dengan sikap Uay yang suka cocol sana-sini. Tapi kenapa korbannya harus perempuan baik seperti Hae-seo, kenapa tidak dengan jalang jahat di luar sana? Supaya Jay mati kutu dan tidak bisa bicara.
"Setelah merusak wanita itu, apa Jay merasa bersalah?" tanya Jisung. Sunghoon terkekeh, menurutnya pertanyaan Jisung itu adalah pertanyaan konyol yang pernah ia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A HOUSE! (END)
FanfictionSemuanya hancur, semuanya telah direnggut. Harga diri yang dijaga puluhan tahun lamanya sudah dirobek oleh pria yang tidak dikena. Masuk ke kehidupan Hae-seo sebagai suami, tapi sama sekali tidak menjalankn tugasnya dan kewajibannya sebagai suami. H...