Bila suka dengan cerita ini, dukung karya penulis dengan follow, vote & komen.
Untuk yang berkenan share "Sepak Sawut', terima kasih.
Selamat membaca. Semoga suka ceritanya.
Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Malam
Seminggu kemudian.
Jam dinding menunjukkan pukul 19:20 WIB. Sholat Isya telah selesai. Para santri putri melepaskan mukenanya, memasukkannya ke dalam tas. Di antaranya ada Suri, Naila dan Hasna. Irma, Diah dan LILI, sudah lebih dulu merapihkan mukena dan keluar dari masjid.
CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Jalanan - Malam
Irma, Firman, Ody, Diah dan Lili berjalan ke asrama pondok bersama santri lain yang tinggal di asrama.
Di teras masjid, Arifin dan beberapa santri mengobrol santai. Saat Suri, Naila dan Hasna keluar dari dalam masjid, diam-diam Arifin memperhatikan Suri.
Suri terlihat cantik bersahaja memakai busana muslim dibalut jaket almamater Ponpes As-Salam. Suri, Naila dan Hasna meninggalkan masjid, membawa tas mukena dan kitab kuning.
CUT TO:
Ext. Jalan Desa - Perkebunan Jagung - Malam
Suri, Naila dan Hasna berjalan berdampingan.
HASNA
Tau enggak, sejak poster Liga Sepak Sawut dipajang di mading, banyak santri ngomongin sepak sawut? Kira-kira tim kita menang enggak, ya? Udah 10 tahun pesantren kita enggak ikut.
Melihat wajah Suri berubah murung, Naila segera menyikut Hasna, dan cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
NAILA
Eh, Suri tadi siang gimana tanggapan Pak Kyai? Setuju? Suri berhenti melangkah, berpaling ke Naila dan Hasna.
SURI
Kalo mau ngomong sepak sawut, ngomong aja. Aku enggak apa-apa kok. Aku emang enggak suka sepak sawut, tapi aku enggak punya hak larang orang bicara.
Suri meninggalkan Naila dan Hasna yang saling berpandangan.
CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Malam
Dari beberapa sepeda yang ditambatkan di pinggir lapangan bola, terlihat di tengah lapangan Indra dan keempat timnya saling berlarian tanpa alas kaki, dengan seorang tim bertindak sebagai penjaga gawang.
INTERCUT:
Ext. Lapangan Bola - Jalanan - Malam
Dengan wajah murung, Suri berjalan dengan memeluk kitab kuning di dadanya, sambil membawa tas mukena.
Sementara itu di lapangan bola, langkah kaki Indra dan timnya semakin jelas terlihat mereka sedang mengejar bola api.
Naila dan Hasna mengikuti Suri yang berjalan beberapa meter di depannya.
Penuh semangat Indra dan timnya saling mengoper bola api.
Suri berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya.
Indra dan timnya saling memperebutkan bola api.
Suri terus berjalan. Kakinya terus melangkah.
Saat bola api bergulir, Indra dengan keras menendang bola api ke gawang. Tendangan Indra meleset. Bola api melewati tiang gawang. Dengan cepat meluncur keluar lapangan bola.
Suri terus melangkah, namun langkahnya terhenti saat melihat cahaya terang yang muncul secara tiba-tiba dari kegelapan, mendekat ke arahnya. Semakin lama cahaya itu semakin terang.
Indra dan timnya berlari mengejar bola api, menuju tepi lapangan bola.
Bola api meluncur ke arah Suri, dan jatuh tepat di depannya. Suri terkejut, tas mukena di tangannya jatuh. Dengan cemas Naila dan Hasna berlari menghampiri Suri.
Indra dan timnya berlari mendekati Suri yang mundur beberapa langkah, dan berhenti di depan saluran air yang memisahkan lapangan bola dengan jalanan. Indra dan timnya berdiri beberapa meter di depan Suri.
INDRA
Hei, bisa tendang bolanya kemari?
Naila dan Hasna merangkul Suri dengan cemas. Suri memalingkan wajahnya, menghindari melihat bola api di depannya.
NAILA
Suri, kamu enggak apa-apa?
Naila mengambil tas mukena Suri.
INDRA
(Teriak)
Hei, kalian denger tidak? Tendang bolanya!
Sejenak Indra baru menyadari bila Suri ketakutan.
INDRA (CONT'D)
(Mencemooh)
Dasar perempuan penakut!
Perlahan Suri mengangkat wajahnya. Melihat jaket almamater yang dipakai Suri, Indra tersenyum mengejak.
INDRA (CONT'D)
Oh... pantes, dari Ponpes As-Salam?
Indra melirik timnya yang ikut tersenyum mengejek. Naila dan Hasna saling pandang dengan kesal.
INDRA (CONT'D)
Aku liat kalian ikut Liga Sepak Sawut. Enggak usahlah. Tim cemen seperti kalian pasti kalah!
Tim Indra tertawa mengejek. Dengan marah Suri mengepal tangannya. Naila dan Hasna juga kesal.
SURI
(Emosional)
Keterlaluan! Emang kamu siapa? Kita liat nanti, tim siapa yang menang! Tim kami, atau tim kamu. Aku bersumpah tim kami yang menang! AKu sendiri yang bakal kalahin kalian! Ingat itu!
Indra dan timnya kesal. Tim Indra hendak maju, tapi Indra mencegahnya. Lalu Indra tersenyum sinis.
INDRA
Kalo gitu, bisa lempar bolanya kemari?
Tim Indra tersenyum. Naila dan Hasna jadi cemas. Suri menatap bola api di depannya. Melihat tukang bakso mangkal di pinggir jalan, Suri berjalan kesana. Naila, Hasna, Indra dan timnya bingung melihat Suri.
CUT TO:
Suri mengambil ember air yang biasa digunakan untuk mencuci mangkok. Tukang Bakso yang sibuk melayani pembeli dan pelanggan bakso yang sedang makan, bingung.
CUT TO:
SURIKalian mau bola ini?
Dengan kesal Suri menyiram bola api dengan seember air. Indra dan timnya terkejut.
INDRA
(Teriak)
Hei, jangan!!!...
Naila dan Hasna tersenyum geli melihat aksi Suri.
Dengan cepat Indra dan timnya melompati saluran air, dan mengerumuni bongkahan sabuk kelapa yang sudah padam dan gosong. Mereka menatap Suri dengan kesal.
CUT TO:
Jangan lupa follow akun media sosial Simple Scripts.
Tetap Terhubung dengan @simplescriptsid di:
Intagram/TikTok : @simplescriptsid
Twitter/X : @simplescripts22
Terima kasiih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepak Sawut (Completed)
SpiritualSebuah drama religius bersetting di pondok pesantren. Suri, 16 tahun, Ketua OSIS Pondok Pesantren (Ponpes As-Salam), ingin mempertahankan harga diri dan ponpesnya dengan menjuarai Liga Sepak Sawut melawan Iqbal, kapten tim sepak sawut Ponpes At-Taqw...