EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - SIANG
Arifin, Naila, Hasna, Irma, Firman dan tim sepak sawut lainnya, sedang melakukan pemanasan ketika Suri datang menghampiri mereka. Melihat kehadirannya, Naila dan Hasna langsung memeluk Suri, lalu mengajak Suri bersama-sama melakukan pemanasan. Irma, Firman dan tim sepak sawut lainnya tersenyum melihat Suri, begitu juga dengan Faris. Arifin tersenyum melihat Suri yang kembali semangat berlatih.
CUT TO:
EXT. ESTABLISHING SHOT: YAYASAN PANTI ASUHAN DARUSSALAM - DINI HARI
CUT TO:
INT. YAYASAN PANTI ASUHAN DARUSSALAM - AULA - DINI HARI
Jam dinding menunjukkan pukul 03:30. Di sebuah ruangan yang cukup lapang, anak-anak duduk rapi dan tertib. Di sebuah meja panjang terdapat nasi kotak, kue, kurma dan air mineral, bergejer rapi. Di depan anak-anak, Pak Kyai memberikan ceramah, yang didengarkan dengan khidmat.
Seusai ceramah, Suri, Arifin, Naila dan Hasna, membagikan nasi kotak, kue, kurma dan air mineral kepada anak-anak tersebut. Mereka menyantapnya dengan gembira.
Suri, Arifin, Naila dan Hasna, tersenyum melihat tingkah anak-anak itu saat menyantap makan sahur.
CUT TO:
INT. RUMAH SURI - DAPUR - MALAM
Di atas meja terdapat beberapa sisir pisang kepok. Ummi memotong pisang dan menempatkannya di wadah plastik. Suri ikut membantu dengan kurang bersemangat.
SURI
(Bergumam)
Besok malam final Liga Sepak Sawut. Sampai sekarang Suri belum pernah masuk lapangan. Sepertinya Suri memang belom bisa main sepak sawut.
UMMI
Apapun yang terjadi, Ummi tetap bangga sama kamu. Jangan berkecil hati. Liat kamu sekarang. Dulu kamu tidak bisa main bola, sekarang bisa. Dulu takut sepak sawut, sekarang berani. Bagi Ummi itu sudah lebih dari cukup.
Suri menatap Ummi dengan sungguh-sungguh.
SURI
Ummi tidak kecewa?
Ummi tersenyum, merangkul Suri.
UMMI
Sayang, kamu selalu membuat Ummi bangga.
Suri merebahkan kepalanya di bahu Ummi.
CUT TO:
EXT. STADION OLAHRAGA KABUPATEN - LAPANGAN BOLA - MALAM
Dari papan pengumuman tertulis: Final Liga Sepak Sawut 2018. Tim Putra: Pesantren As-Salam vs Pesantren At-Taqwa. Tim Putri: Pesantren As-Salam vs Pesantren Nurul Qur'an, terlihat keramaian warga yang ingin menyaksikan pertandingan final.
Warga berbondong-bondong datang. Suara tabuhan bedug dan shalawat nabi yang dinyanyikan remaja putri berbaur dengan sorak-sorak penonton di pinggir lapangan.
Dengan lagak angkuh dan sombong, Indra dan timnya berjalan menuju ke tepi lapangan bola, di saat itulah Indra melihat dari arah berlawanan Suri datang bersama timnya. Bertemu saling berhadapan, kedua tim hanya diam, lalu masing-masing berjalan ke tempat yang dituju.
Sementara itu di antara penonton terlihat Ummi, Mbah Kyai, Pak Kyai, Pak Imron, Guru BP, Guru Olahraga dan para santri dari pesantren As-Salam hadir memberikan semangat, begitu juga santri dari Pesantren At-Taqwa dan Pesantren Nurul Quran. Mereka berbaur dengan warga.
Di pinggir lapangan, Suri dan timnya duduk melingkar, mereka dengan khusyu berdoa yang dipimpin oleh Faris. Indra dan timnya pun berdoa dipimpin seorang Kyai. Usai berdoa, mereka meminum air doa yang dituang dari botol air meneral ke dalam gelas-gelas plastik. Usai minum air doa, mereka membasuh kaki mereka dengan minyak sayur.
CUT TO:
Dari sabuk kelapa yang disundut api obor, sabuk kelapa seketika berubah menjadi bola api yang menyala besar. Saat itulah terdengar pluit panjang (O.S.) tanda permainan di mulai. Bola api segera diperebuatkan oleh masing-masing tim yang bertanding, antara tim putri Pesantren As-Salam dengan tim putri Pesantren Nurul Quran.
Perebutan bola api antara kedua tim berlangsung seru. Naila, Irma, Hasna, Lili dan Diah berusaha memperebutkan bola api bersaing dengan tim lawan.
Di antara suara riuh-rendah penonton, Suri, Arifin, Faris, Firman dan tim putra lainnya memperhatikan pertandingan dengan serius. Mereka cemas ketika beberapa kali Diah yang terlihat sudah sangat lelah, gagal menerima bola atau pun memberi umpan sehingga sering direbut tim lawan.
Wasit membunyikan peluit, tanda istirahat.
Irma menghampiri Diah yang bersama timnya menuju pinggir lapangan bola, tempat Suri, Faris dan tim sepak sawut putra berada.
IRMA
(Heran)
Diah, kamu ini kenapa?
Diah hanya diam dengan wajah lelah. Mereka lalu berdiri di depan Faris, bersama tim lainnya. Faris menatap Diah yang tertunduk lelah.
FARIS
Diah, kamu keluar lapangan. Kamu sudah sangat lelah. Tidak mungkin meneruskan permainan.
(Ke Suri)
Suri, kamu gantiin Diah.
Suri terkejut begitu juga dengan anggota tim yang lain, sedang Arifin dan Naila tersenyum senang.
SURI
(Ragu)
Tapi Kak Faris, aku belom pernah bertanding.
FARIS
Kalo gitu ini yang pertama. Ingat jangan pernah ragu. Ini langkah awalmu main sepak sawut. Tunjukkan dan buktikan keberanianmu. Bukan hanya melawan tim sepak sawut atau bola api, tapi melawan dirimu sendiri. Itu yang lebih penting.
Semua mata tertuju ke Suri dengan penuh harap cemas.
CUT TO:
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepak Sawut (Completed)
SpiritualSebuah drama religius bersetting di pondok pesantren. Suri, 16 tahun, Ketua OSIS Pondok Pesantren (Ponpes As-Salam), ingin mempertahankan harga diri dan ponpesnya dengan menjuarai Liga Sepak Sawut melawan Iqbal, kapten tim sepak sawut Ponpes At-Taqw...