Bila suka dengan cerita ini, dukung karya penulis dengan follow, vote & komen.
Untuk yang berkenan share "Sepak Sawut', terima kasih.
Selamat membaca. Semoga suka ceritanya.
Ext. Pesantren As-salam - Halaman Asrama Putri - Pagi
Beberapa hari kemudian. Minggu pagi.
Suasana pagi di asrama putri. Terlihat para santri putri sibuk dengan kegiatan mingguan mereka. Ada yang mencuci, menjemur pakaian, menyapu, ataupun menyiram bunga.
Mereka beraktifitas sambil mengobrol satu sama yang lain, tanpa menyadari Suri masuk dari pintu gerbang menyusuri koridor menuju tangga yang berada di tengah-tengah gedung.
SANTRI PUTRI 1
(Saambil menjemur baju)
Tadi pas aku beli sabun di jalan aku denger anak-anak kampung pada taruhan sepak sawut.
SANTRI PUTRI 2
Iya, aku juga denger pas ke warung tadi pagi. Mereka taruhan, tim kita enggak akan lolos Liga Sepak Sawut, apalagi menang!
SANTRI PUTRI 3
Ini gara-gara Suri! Mentang-mentang ketua OSIS sok ngomong sembarangan. Berani-beraninya dia nantang Ponpes At-Taqwa. Emang dia enggak tahu apa Ponpes At-Taqwa itu siapa?
SANTRI PUTRI 2
Iya, sekarang yang kena batunya tim sepak sawut. Mereka harus berjuang biar bisa lolos kualifikasi Liga Sepak Sawut. Gak kebayang kalau sampai gagal tapi Suri udah ngomong sembarangan. Yang malu bukan cuma tim sepak sawut, tapi juga pondok pesantren kita!.
Mendengar pembicaraan itu Suri hanya diam sambil mempercepat langkahnya.
SANTRI PUTRI 1
Tapi aku kok bingung, ya?
SANTRI PUTRI 3
Bingung kenapa?
SANTRI PUTRI 1
Alm. ayah Suri kan kapten tim sepak sawut, tapi kenapa Suri takut banget sama sepak sawut, ya?
Mendengar pertanyaan polos itu, para santri putri tertawa. Suri menundukkan kepala, berjalan lebih cepat lalu tiba-tiba dari anak tangga muncul Naila.
NAILA
Suri? Ayo, naik...
Santri putri yang semula tertawa mendadak diam. Saling sikut, melihat ke arah Suri dan Naila yang naik ke atas tangga. Kamera tilt-up mengikuti pergerakan Suri dan Naila yang menaiki tangga hinggu mereka muncul di lantai paling atas. Mereka berdiri bersebelahan.
SURI
Semua ngomongin sepak sawut! Semua ngomongin aku! Bukan cuma disini. Di pondok lain juga sama. Di jalan, di warung. Naila, aku harus gimana?
Naila merangkul Suri yang sedih dan bingung.
CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Teras - Malam
Suri duduk termangu di bangku teras. Di atas meja tergeletak beberapa buku pelajaran dan alat tulis. Suri tidak memperhatikan buku pelajaran yang terbuka di depannya. Ummi muncul dari balik pintu, menghampirinya.
UMMI
Ummi kira belajar, enggak taunya ngelamun.
Seakan baru sadar, Suri berpaling ke Ummi.
UMMI (CONT'D)
Enggak pantas anak gadis melamun sendirian di depan rumah. Kata orang pamali. Nanti digigit kuda.
Suri hanya diam. Ummi duduk di samping Suri.
UMMI (CONT'D)
Ada apa? Dari tadi Ummi liat kamu ngelamun terus.
Suri diam sejenak.
SURI
Ummi, pemimpin yang baik itu harusnya seperti apa?
Ummi menghela nafas, berpikir sejenak.
UMMI
Yang Ummi denger dari ceramah-ceramah di pengajian, pemimpin itu harus shidiq, amanah, fathonah, tabligh, harus adil. Harus berani bertanggung-jawab atas semua perbuatan dan ucapannya. Kamu juga harus begitu. Karena masing-masing orang, pemimpin bagi dirinya sendiri.
SURI
Kalo ada yang menghina kita, apa kita boleh membela diri?
UMMI
Boleh membela diri, asal jangan melampaui batas. Allah tidak suka orang-orang yang melampaui batas. Rasulullah aja tidak pernah marah tuh sama orang yang menghinanya.
SURI
Tidak marah?
UMMI
Iya, tidak boleh emosi. Pikiran dan hati harus tetap tenang dan dingin.
SPLIT SCREEN:
- (EXT. LAPANGAN - JALANAN - MALAM). Dengan kesal Suri menyiram bola api dengan seember air.
CUT TO:
Sambil cemberut, Suri buru-buru merapikan alat-alas tulis dan bukunya, lalu berdiri dan bergegas masuk ke dalam rumah, meninggalkan Ummi yang kebingungan.
UMMI (CONT'D)
Loh Ndok, kok malah pergi? Katanya minta dinasehatin. Oalah...anak zaman sekarang, minta dinasehati, tapi pas dinasehati malah mabur...
CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Malam
Suri terlentang di atas tempat tidur. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar. Perlahan Suri memejamkan matanya.
SPLIT SCREEN:
FLASH BACK
- (INT. RUMAH SURI - KAMAR SURI - MALAM). Suri kecil, 6 tahun, merebahkan kepalanya di pangkuan Ummi, yang dengan lembut membelai-belai kepala Suri.
UMMI
Ummi tau kamu takut sepak sawut. Tapi suatu saat nanti kamu harus belajar berani melawan rasa takutmu itu.
Mata Suri sudah agak mengantuk, berkedip-kedip.
UMMI (CONT'D)
Bukan cuma melawan rasa takutmu sama sepak sawut saja, tapi juga yang lain, sebab perjalanan manusia itu tidak mudah. Tapi Ummi yakin suatu saat nanti kamu pasti berani, selama kamu yakin Allah memberi Suri kemudahan, keberanian. Ummi disini akan terus menemanimu.
FLASHBACK BERAKHIR
CUT TO:
Perlahan Suri membuka matanya.
CUT TO:
Jangan lupa follow akun media sosial Simple Scripts.
Tetap Terhubung dengan @simplescriptsid di:
Intagram/TikTok : @simplescriptsid
Twitter/X : @simplescripts22
Terima kasiih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepak Sawut (Completed)
SpiritualSebuah drama religius bersetting di pondok pesantren. Suri, 16 tahun, Ketua OSIS Pondok Pesantren (Ponpes As-Salam), ingin mempertahankan harga diri dan ponpesnya dengan menjuarai Liga Sepak Sawut melawan Iqbal, kapten tim sepak sawut Ponpes At-Taqw...