Bila suka dengan cerita ini, dukung karya penulis dengan follow, vote & komen.
Untuk yang berkenan share "Sepak Sawut', terima kasih.
Selamat membaca. Semoga suka ceritanya.
Int. Rumah Suri - Ruang Makan - Pagi
Suri sudah rapi berpakaian ketika Ummi masih sibuk membereskan meja makan untuk sarapan.
UMMI
Tumben sudah rapih.
Ummi membuka bungkus nasi uduk dan meletakkannya di piring makan Suri. Suri duduk lalu menyantap nasi uduk. Ummi meletakkan segelas teh di dekat Suri.
SURI
Ummi..., Ummi suka sama alm. Abbi, apa karena alm. Abbi pemain sepak sawut?
Ummi meletakkan sebungkus kerupuk di atas meja.
UMMI
Kenapa kamu tiba-tiba nanya alm. Abbi sama sepak sawut?
SURI
(Sambil mengambil kerupuk)
Cuma mau tau aja.
Ummi duduk di samping Suri. Ummi terdiam sejenak, menatap foto-foto yang terpajang di dinding, seolah-olah mengenang masa lalu.
UMMI
Alm. Abbi sangat gagah, sangat berani saat main sepak sawut. Jadi setiap Alm. Abbi bertanding, pasti menang. Waktu itu tim sepak sawut Pesantren As-Salam sangat berjaya. Lagi hebat-hebatnya.
(Menghela nafas dalam)
Tapi bukan itu aja yang buat Ummi suka.
SURI
Terus?
UMMI
Alm. Abbi seorang pria yang baik, yang sholeh, seorang pria yang bertanggung-jawab. Itu yang membuat Ummi sangat mencintai alm. Abbi.
(Ke Suri)
Ada apa kamu tanya itu?
SURI
Suri mau belajar berani seperti alm. Abbi. Seperti yang pernah Ummi nasehati ke Suri.
UMMI
Belajar berani gimana?
SURI
Suri mau belajar melawan trauma Suri. Mulai hari ini Suri akan menghadapinya.
Ummi belum memahami maksud pembicaraan Suri.
SURI (CONT'D)
Hari ini Suri mau daftar jadi anggota tim sepak sawut. Suri akan mengembalikan masa kejayaan tim sepak sawut Pesantren As-Salam, seperti yang pernah alm. Abbi lakukan.
Ummi terkejut. Suri tampak yakin dengan ucapannya.
CUT TO:
Ext. Puncak Bukit Landai - Pagi
Suri berdiri di puncak bukit dengan tangan direntangkan. Angin berhembus meniup jilbab yang dikenakannya. Suri menghela nafas dalam lalu berteriak lantang.
SURI
Hari ini, aku akan melawan ketakutanku. Aku yakin aku menang. Allah bersamaku. Allahu akbar, Allahu akbar. Allahu akbar.
Suri memandang hamparan sawah dan rumah penduduk di kejauhan. Tangannya terbuka lebar.
CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Pagi
Naila menempelkan timeline latihan sepak sawut di dinding. Lalu Suri masuk, duduk di samping Naila, sejenak terdiam, seakan ragu untuk bicara.
SURI
Naila, bisa bantu aku masuk tim sepak sawut?
Naila terkejut, menatap Suri dengan sungguh-sungguh.
NAILA
Suri? Kamu serius? Aku kira kamu udah lupa sama kejadian di lapangan itu? Suri, ayolah, lupain kejadian koyol itu, anggap saja enggak pernah terjadi. Gampangkan?
SURI
Gimana bisa lupa, semua orang ngomongin itu? Sekarang aku harus berani menghadapinya! Sebagai Ketua OSIS, aku harus bertanggung-jawab atas semua ucapanku. Selain itu...
NAILA
Sudah cukup! Kalo kamu ikut sepak sawut, siapa yang ngurus OSIS? Terus persiapan Ramadhan gimana? Mau bikin semuanya berantakan?
(Jeda.)
Suri terkadang kita harus realistis tentang diri kita sendiri. Setiap orang punya kekurangan sama kelebihan. Itu wajar. Kamu enggak perlu merasa hebat dengan melawan rasa takutmu itu. Maaf, aku enggak bisa membantu.
NAILA (CONT'D)
Ini semua untuk kebaikanmu. Kebaikan kita. Kebaikan tim sepak sawut. Kebaikan Pesantren As-Salam.
Suri kecewa melihat Naila yang pergi meninggalkannya.
CUT TO:
Jangan lupa follow akun media sosial Simple Scripts.
Tetap Terhubung dengan @simplescriptsid di:
Intagram/TikTok : @simplescriptsid
Twitter/X : @simplescripts22
Terima kasiih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepak Sawut (Completed)
SpiritualSebuah drama religius bersetting di pondok pesantren. Suri, 16 tahun, Ketua OSIS Pondok Pesantren (Ponpes As-Salam), ingin mempertahankan harga diri dan ponpesnya dengan menjuarai Liga Sepak Sawut melawan Iqbal, kapten tim sepak sawut Ponpes At-Taqw...