Dilema

70 41 125
                                    

EXT. PERTIGAAN JALAN - SORE

Suri bersepeda menuju ke pertigaan jalan. Dari arah Pesantren As-Salam, muncul Arifin, Naila, Irma dan Firman, yang juga bersepeda. Melihat Suri, Naila menghentikan sepedanya, diikuti yang lain, begitu juga dengan Suri.

NAILA

Suri, kamu mau kemana?

SURI

Pesantren At-Taqwa.

NAILA

Buat apa kesana?

SURI

Aku mau minta maaf sama Indra.

Naila melirik teman-temannya.

Naila

(Penasaran dan bingung)

Iya, tapi buat apa?

SURI

Aku enggak mau lagi ada masalah antara Pesantren As-Salam dan Pesantren At-Taqwa terus berlanjut. Semua salahku. Sudah sepatutnya aku minta maaf. Semua udah cukup. Aku enggak mau masalahanku sama Indra sampai libatkan tim sepak sawut, apalagi pesantren.

Firman kesal, turun dari sepeda.

FIRMAN

Maksudmu, kita ngaku kalah? Yang ada mereka kira kita tim pengecut! Tim pecundang!.

SURI

Aku enggak mau lagi ada perselisihan. Kalaupun nanti kalian bertanding, itu adalah pertandingan kalian sebagai tim sepak sawut, bukan karena masalah lain.

IRMA

Kita sudah berjalan sejauh ini. Mengaku kalah sekarang percuma.

SURI

Aku datang bukan buat ngaku kalah. Aku datang buat minta maaf.

IRMA

(Menghela nafas)

Iya, tapi mereka akan berpikir seperti itu. Bagaimanapun kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan, siapapun lawan kita. Menang atau kalah itu soal lain. Tapi aku gak mau tim sepak sawut dianggap kalah sebelum bertanding.

NAILA

Irma benar. Kita harus hadapi apapun yang akan terjadi. Masalahmu sama Indra, kita selesaikan setelah Liga Sepak Sawut.

ARIFIN

Sudah, sudah, sudah! Sekarang bukan saatnya berdebat. Liga terus berjalan. Kita harus tetap solid. Aku rasa Suri sebaiknya kembali masuk di tim sepak sawut.

Irma dan Firman menatap Arifin kurang setuju.

IRMA

Apa?. Dia sendiri yang mau keluar!. Aku enggak mau menerimanya lagi, apa lagi setelah tim kita mau dibubarin!

ARIFIN

Anggota tim kita sangat terbatas. Kita tidak punya pemain cadangan. Kalau ada yang cape, cedera, siapa yang ganti?

Irma dan Firman terdiam.

ARIFIN (CONT'D)

Kita sudah masuk babak final. Tim kita akan menghadapi tim Iqbal, tim juara bertahan. Kita enggak bisa cuma andalkan emosi aja. Tapi juga logika, solidaritas dan kebersamaan.


Tim sepak sawut menatap Suri yang sejenak terdiam.

SURI

Maaf, aku enggak mau lagi masuk tim sepak sawut. Aku enggak mau lagi kecewain kalian.

Suri naik ke sepeda, dan berbalik arah, meninggalkan Arifin, Naila, Irma dan Firman. Suri mengayuh sepeda dan menangis. Suri segera menghapus airmatanya. Sepedanya semakin jauh meninggalkan teman-temannya.

CUT TO:

Sepak Sawut (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang