9. (17+)

25.4K 1.4K 94
                                    

____

Pelajaran usai dan bel sudah berbunyi. Teman-teman kelasnya sudah menyerbu kantin, termasuk Vini dan Cecil. Agaknya Aerin sedikit malas untuk ke kantin saat ini, walaupun Vini sudah memaksa gadis itu.

Jadilah ia memutuskan akan tidur sebentar.

Aerin telungkupkan kepalanya kedalam tangan diatas meja kemudian memejamkan matanya. Ia kemudian teringat akan pertanyaannya kemarin. Masih terlalu banyak pertanyaan dibenaknya saat ini, tapi ia terlalu malas untuk mencari Radit sekarang.

Aerin menghela nafas.
Baiklah, sepertinya dia memang harus mencari cowok itu.

Aerin keluarkan ponselnya dari saku dan mencari nama Radit disana. Sepertinya ia akan mengganti nama kontak itu menjadi hanya 'Radit' tanpa embel-embel love.

'Dimana'
Aerin mengirim pesan ke cowok itu.

Tak lama ponselnya bergetar.

'atap'

Aerin menghela nafas lagi saat menyadari bahwa ia harus menaiki beberapa tangga untuk sampai kesana.

Dengan malas Aerin keluar kelas. Kepalanya mendongak kekanan dan kekiri, mencari petunjuk untuk naik keatas atap.
Ia menatap sekitar, orang orang masih melihatnya dengan tatapan tidak biasa.

'Kenapa si?!'
Tanya Aerin sewot dalam benaknya.

Tiba-tiba seseorang mendorong bahu Aerin dari arah belakang cewek itu hingga ia hampir terjembab.

shit!

Aerin menggeram, ia membalikkan badan dan menemukan segerombolan cewek sedang menatapnya remeh. Aerin tatap mereka satu-satu dengan bingung. Akhir-akhir ini ia menjadi sedikit emosian dan otaknya sungguh tidak dapat bekerja dengan baik.

"Ngapain Lo tadi pagi gatel ke Galih?"
Tanya salah satu cewek ditengah gerombolan itu, sepertinya ia ketua geng disini.

Tck ketua geng. Aerin geli memikirkan itu. Tak sadar bibirnya ikut berkedut geli.

"Ngapain Lo nahan ketawa gitu hah?! Adek kelas aja belagu" Ujar cewek disamping ketua geng itu sambil mendorong bahu Aerin kencang menggunakan telunjuknya.

"Udah pril dia cewek Radit, berabe Lo ntar" Cewek disebelahnya menarik tangan cewek yang Aerin lihat name tag nya bernama Prilly itu dari bahu Aerin.

"Awas Lo sekali lagi gue liat gatel ke Galih, udah ada cowok masih aja gatel ke cowok orang, cih" Cewek ketua geng tadi menatap jijik kearah Aerin.

Aerin sedari tadi terdiam, mencerna semuanya. Hingga gerombolan itu pergi ia masih terdiam ditengah koridor kelas. Ia tak mengerti apa yang dibicarakan manusia-manusia tadi. Sesaat ia sadar bahwa tadi ia baru saja dimaki-maki oleh cewek itu.

Aerin menatap tak percaya kearah gerombolan cewek tadi yang sudah pergi menjauh.
'Apaan tadi Anjir! gajelas'

Aerin lalu kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti tadi saat teringat bahwa ia harus segera mencari Radit, cewek itu berjalan dengan tergesa.
Ia bertanya kepada orang-orang yang lewat. Namun mereka menjawab dengan sedikit takut kearah Aerin. 'Kenapa jawabnya pada takut-takut sih!' Aerin bersumpah dia benar-benar bingung dengan semua orang disini!

Aerin menghela nafas lelah.
Akhirnya ia sampai. Cewek itu menaiki tangga terakhir untuk sampai ke atap sekolah. Ia membuka sebuah pintu dan menatap sekitar, ternyata Radit sedang bersama gerombolan cowok sedang merokok.

Gerombolan itu kompak menatap Aerin.
"Bos cewek lu" Cowok yang mirip Bima teman sekelasnya dulu menyenggol lengan Radit.

Aerin sudah memutuskan sekarang, ia tidak akan menganggap Bima dan yang lainnya sama dengan orang didunia aslinya.
Bukannya semua orang didunia ini fiksi?!?! Bahkan Vini dan Nio yang sangat mirip dan nyata pun hanyalah fiksi! Dan ia juga harus menerima fakta bahwa orangtuanya juga hanyalah fiksi disini. Aerin bermonolog sedih.

Somewhere in Neverland [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang