20. (18+)

29.2K 1K 78
                                    

Wattpadnya error guys🥲

___

'Ini cowok love language nya gue yakin physical touch' tebak Aerin meringis.

Bentar- love?

Aerin tertawa gusar dalam benaknya.
'Mana mungkin kan? Cowok itu?

Aerin tersadar dari pikiran sintingnya saat tangan cowok itu yang semula mengelus-elus paha Aerin kini membuat pola-pola lingkaran di kulit paha cewek itu.

Dirinya menatap Radit memelas.
"Diitt"

Cowok itu menoleh ke arah Aerin.
"Hm? Ada yang susah lagi?"

Aerin menggeleng, cewek itu mengkode tangan Radit yang berada di pahanya menggunakan lirikan mata. Cowok itu ikut menatap kesana sebentar, lalu kembali memfokuskan dirinya pada bacaan dihadapannya dengan tetap mengelus-elus paha Aerin.

Aerin merasakan tangan cowok itu semakin merayap menyentuh paha dalamnya. Dirinya menangkup tangan cowok itu sebelum tangan itu masuk lebih jauh lagi ke paha dalamnya.

"Kenapa?" Tanya cowok itu lagi.

"Tangan" cicit Aerin.

"Oh sorry, anget soalnya" maaf cowok itu tanpa arti, dirinya masih tetap menyentuh paha Aerin. "Lo lanjut kerjain soal aja"

Aerin menghela nafas, dirinya akan mencoba menganggap cowok keras kepala itu tak ada dan fokus mengerjakan soal kembali.

__

Waktu menunjukkan jam 5 sore lebih, Aerin baru menyelesaikan PR nya. Cowok itu entah kemana sudah pergi sedari tadi saat Aerin masih berkutat dengan soalnya.

Dirinya berjalan dengan gontai ke kamar mandi, tak lupa ia membawa naskah dialog untuk Aerin hafal sambil menikmati air hangat di bathup dengan lilin aromatherapy di kamar mandi cowok itu.

"Aahh" lega Aerin, menikmati air hangat yang kini tengah menyentuh kulitnya.

Aerin meraba meja kecil disamping bathup, ia mengambil kertas dialog bertuliskan scene 4.
'This damn shit!!' maki Aerin kepada kertas itu.

Dirinya menatap tulisan dipojok atas kertas itu.

Cast:
Aerin Sanariqa sebagai Zara (peran utama)
Karakter : cuek, mandiri, penakut.

'kok gue ngerasa ini karakter asli gue sih' ringis Aerin.

Aerin mengahadap kaca yang menggantung di dinding depannya, ia mencoba membaca dialog itu dengan mimik muka yang sesuai.

Aerin mengernyitkan kening melihat dirinya di cermin.
'aneh lo!' maki Aerin kepada dirinya sendiri saat melihat ekspresi mukanya.

15 menit ia menghafal naskah itu, Aerin memutuskan beranjak dari bathup dan segera membilas tubuhnya lalu keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk ditubuhnya.

Dirinya tiba-tiba menggantungkan tangan diudara saat hendak membuka pintu kamar mandi.
"ada Radit ga ya?" gusar Aerin.

Aerin mencoba mengintip keluar, ia meneliti sekitar. Saat dirasa aman, cewek itu segera keluar dari kamar mandi dan menuju walk in closet milik cowok itu.

"Waaw! Sekaya apa cowok ini!"Aerin mengalihkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, meneliti isi ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waaw! Sekaya apa cowok ini!"
Aerin mengalihkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, meneliti isi ruangan itu.

"ini kalo gue ambil satu jam tangan, terus dijual bakal ke beli mobil kali ya?"
Ucap cewek itu absurd saat tak sengaja melihat merk jam tangan Radit.

Aerin berfikir sejenak, ia memutuskan akan berganti pakaian disini saja, terlalu malas untuk sekedar kembali ke kamar mandi.

"Rok semua, ga ada celana apa?"

"Astaga ini celana apa sempak, kecil banget" Aerin mengangkat kain kecil itu diudara lalu mengernyit.

Setelah sedikit mengobok-obok isi lemari pakaian, Aerin memutuskan akan mengenakan rok setengah paha, dengan atasan kaos simple.

Ceklek.

"Shit!" kaget Aerin.

Aerin terdiam membeku menatap seseorang yang tengah membuka pintu walk in closet itu, seseorang itu juga terdiam menatap Aerin yang hendak memasukkan bolongan kaos ke kepalanya. Bagian atas tubuh cewek itu hanya tertutup bra. Radit meneliti, menatap dada Aerin yang sedikit menyembul dari balik bra yang dikenakannya.
'Mungkin kekecilan? Tebak Radit sok tau dalam benaknya.

Aerin tiba-tiba tersadar saat cowok itu melangkah mendekatinya, dirinya buru-buru menempelkan tubuh bagian atasnya dengan kaos yang ia genggam.

"Kenapa ga dikunci?" tanya cowok itu serak.

"Lupa, gue kira Lo keluar" Aerin beringsut menjauh.

Cowok itu menatap Aerin sejenak.
"Mau kemana malam-malam?"

"Ke rumah temen, ada tugas"

"Kenapa pakai rok kecil?"

"Ha, kecil? Oh, ini- ga ada lagi soalnya" ucap Aerin sedikit tergagap.

"Yaudah pakai bajunya"
Cowok itu berujar sambil menatap Aerin intens.

'mesumm' jerit Aerin frustasi dalam benaknya.

"Lo keluar dulu" Aerin mencoba bersabar.

"Kenapa memangnya?"

"Gue mau pakai baju" geram cewek itu.

"Yaudah pakai aja" balas Radit santai.

Aerin menghela nafasnya, terlalu malas meladeni cowok itu.
Dirinya menghadap kearah lemari, membelakangi cowok itu lalu dengan cepat memakai kaosnya. Radit menatap tali penyambung bra yang terkait di belakang punggung gadis itu.

Aerin membalikkan badannya saat selesai memakai kaos, dirinya terkejut saat menatap dada bidang dihadapannya, Aerin mendongak menatap bingung cowok itu.

"Apa?" Tanya Aerin belagu.

Cowok itu mendekat, mengikis jarak diantara mereka. "Ga boleh pakai rok kecil"

"H-hah?" Gugup Aerin saat merasakan cowok itu semakin mendekat dan dirinya terhimpit antara badan cowok itu dan lemari di belakangnya.

Radit menangkup pinggang Aerin dengan kedua tangannya, matanya menatap bibir merah ranum dihadapannya. Cowok itu memiringkan kepalanya, hendak meraih bibir Aerin.

"Diiit"
Aerin gelagapan, dirinya hendak mendorong dada bidang cowok itu, dengan cepat kedua tangan Aerin digenggam ke atas kepala cewek itu oleh tangan kiri Radit.

Radit kembali mendekat, menghimpit tubuh kecil Aerin sampai cowok itu dapat merasakan dua buah benda kenyal menyentuh perut atasnya. Dirinya menunduk, menatap ke dua buah benda itu yang menyembul keluar dari kerah kaos berpotongan rendah itu karena himpitan tubuhnya.

"Diiit lepass!" Rengek Aerin, cewek itu menggeliat ingin melepaskan tubuhnya dari himpitan Radit. Cowok itu masih menatap dan meneliti kedua buah benda itu yang ikut bergerak seiring pergerakan Aerin.

Radit mengalihkan tatapannya kembali ke wajah Aerin. Ia menangkup pipi kanan Aerin dengan tangan kanannya, mengelus sebentar kemudian mencubit pipi Aerin gemas.

"Aww! Kenapa--" ucapan Aerin terputus.

"Ganti baju sama rok nya." Tegas Radit tak ingin di bantah.

___

Versi 21+ (uncensored) dari bab ini ada di KaryaKarsa.

___

TBC

Takut banget cerita ini dibaca sama anak dibawah umur, yang masih minor tolong banget segera meninggalkan cerita ini ya🙏

Btw Radit bringas banget, jadi takut🥲🙏

Spam next disini ->

11 Juni 2022

Somewhere in Neverland [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang