____
Aerin sudah berada dikelas 15 menit yang lalu, beruntung ia dan sang guru masuk bersamaan. Cewek itu menoleh menatap kearah kursi didepannya, tempat Bima dan Abrar. Para cowok yang tadi berada diatap bersama Radit sudah masuk. Lalu Aerin alihkan pandangannya ke kursi sampingnya, mengeryitkan dahi melihat Radit belum sampai kekelas.
Lantas Aerin mengambil ponselnya yang berada didalam saku baju seragamnya. Mengetik pesan dibawah meja agar tak ketahuan guru.
'masuk, jangan bolos'
Aerin mengirim pesan ke Radit.
Ia segera memasukkan ponselnya kembali ke laci meja.
Tak lama seseorang mengetuk pintu kelas."Masuk" Ujar Bu Desi.
Radit membuka pintu dan menunduk sopan kepada Bu Desi. Bu Desi menghela nafas melihat langganan muridnya yang selalu telat masuk itu. anak itu selalu datang terlambat.
"Duduk" Bu Desi menyuruh Radit untuk langsung saja duduk. Ia sudah lelah menasehati anak ini.
Radit tak menjawab, cowok itu hanya menunduk sopan dan langsung berjalan menuju kursinya dibelakang, sebelah Aerin.
Aerin menoleh menatap jengah kearah cowok itu yang sekarang sudah duduk disampingnya sambil menelungkupkan kepala kedalam tangan diatas meja. Aerin akui ia memang pemalas, tapi untuk sekolah tak ada kata bermalas-malasan. Terserah jika orang lain menganggapnya ambis atau apa, Ia tak perduli. Persetan juga dengan dunia lain atau dunia cermin yang saat ini ia masuki. Belajar dan nilai bagus tetap yang paling utama. Ia sudah hidup susah, jika ia tak semangat sekolah, mau jadi apa Aerin nanti?
Aerin lalu mengalihkan tatapannya lagi kembali fokus pada pelajaran.
"Ada yang bisa menyelesaikan soal ini?" Bu Desi bertanya pada seluruh kelas.
Aerin menatap seluruh kelas, lalu ia mengacungkan tangan. "Saya Bu""Maju Aerin"
Aerin melangkahkan kakinya menuju ke depan kelas, cewek itu menulis jawaban dengan percaya diri. Bu Desi menatap fokus Aerin yang sedang menulis dipapan tulis.
"Baik Aerin silahkan duduk" Ujar Bu Desi saat Aerin telah selesai menulis jawaban.
Aerin melangkahkan kakinya kembali ke kursinya semula.
"Lo salah" Ujar Radit saat Aerin sudah duduk dibangkunya. Cowok itu tak lagi menelungkupkan kepalanya.
Aerin hendak membuka mulutnya menjawab penyataan Radit saat Bu Desi kembali berbicara.
"Aerin, untuk pemahaman kamu mengenai soal ini sudah benar, namun jawabannya kurang tepat. Ada satu hal yang kamu keliru disini"
"Ada yang tau letak kesalahan Aerin?" Tanya Bu Desi pada seluruh kelas.Seluruh kelas terdiam. Hingga satu suara memecah keheningan.
"399" Ujar Radit. "Jawaban seharusnya 399. Karena untuk pembagi x tidak seharusnya dikali dengan 4, jadi untuk jawaban dari 4x-x/x sampai seterusnya adalah keliru" Lanjut cowok itu santai sambil menatap Aerin meremehkan.
Inilah alasan yang membuat para guru tidak berani memberi teguran kepada Radit yang selalu datang semena-mena ke sekolah. Selain karena ia langganan juara 1, muridnya itu juga merupakan orang berpengaruh di sekolah ini. Bu Desi tidak tahu mengapa, namun kepala sekolah meminta para guru untuk bersikap baik kepada Radit.
Bu Desi menghela nafas.
"Benar Radit, jawaban kamu benar. Kamu keliru di pembagi x Aerin" Bu Desi menghapus setengah jawaban Aerin lalu menulis jawaban yang benar sambil menerangkan kepada para murid.Aerin menatap Radit sedikit tak percaya, cewek itu hendak membuka mulut namun ia urungkan.
Aerin Kembali fokus menatap papan tulis, sambil matanya melirik-lirik kearah Radit yang saat ini sudah kembali menelungkupkan kepala nya lagu ke tangan di atas meja sambil menatap Aerin dengan senyum menyebalkan. Aerin melirik-lirik lagi sedikit, ia hiraukan tatapan Radit saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/300993878-288-k828377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere in Neverland [Revisi]
Fantasia[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Debut story/ karya pertama, maaf kalo bacanya agak geli🤌🏻 [WARNING!!! : YOUNGADULT 17+ HARSH WORDS, KISSING, SMOKING, VIOLENCE] "Here's to all the place we went and all the place we'll go. Somewhere i...