32.

7.8K 824 26
                                    

"Tolong antar makanannya rutin pagi, siang, dan malam. Pastiin dia makan ya bi" ucap Radit pada wanita tua dihadapannya. Wanita itu mengangguk mendengarkan penjelasan Radit.

"Pintunya langsung dikunci lagi setelah antar makanannya" lanjut cowok itu. "Saya mau pergi dulu"

"Baik den, bibi antar dulu ya makanannya" balas wanita tua itu.

Radit hanya berdehem membalas itu, kemudian ia mengambil kunci mobil dan segera pergi dari apartment nya.

___

Cowok itu berjalan, menembus manusia-manusia yang tengah menari di lantai dansa. Banyak sekali wanita yang merayu dan memegang tubuhnya yang langsung ia tepis.

"Watch your hand!" ancam cowok itu kepada wanita-wanita tadi, seketika wanita-wanita tadi terdiam, merasa sedikit ketakutan.

Cowok itu kembali berjalan dan berhenti pada sebuah pintu lalu segera membukanya.

Radit masuk kedalam ruangan itu, mengambil dua botol alkohol di dalam lemari lalu berjalan kearah sofa, mendudukan tubuhnya di sofa panjang itu.

Ia perlahan mengangkat botol itu dan meneguk alkohol itu langsung dari botolnya, cowok itu terus meneguk minuman haram itu dengan pandangan kosong menatap ke depan.

Dering telepon masuk yang terdengar berkali-kali diponsel nya ia biarkan, ia tak perduli dan lanjut meneguk minuman itu lagi dalam diam.

Bukk.

Suara pintu terbuka dengan keras membuat cowok itu menatap datar kearah pintu.

"I'm sorry, gue ga bermaksud ngasih tau dia, tapi dia ngancem mau nyakitin dirinya sendiri"

Daffin berjalan kearah sofa yang tengah Radit duduki.

"She's safe" ucap Radit datar.

Daffin menatap Radit bingung.
"What do you mean? Where is she?"

Cowok itu terdiam, kemudian kembali meneguk minumannya.
"I locked her-- in my apartment"

Daffin menatap Radit tak percaya
"Lo gila! Lo ngapain ngurung dia!"

"She said she wanted to go" lirih cowok itu lanjut menatap kearah depan masih dengan pandangan kosong.

"Lo sinting, keluarin dia sekarang! Mana kunci apartment Lo"
Daffin mendekati Radit, mencoba mencari kunci apartment cowok itu di saku celana nya, sebelum tangan Radit mencengkram kuat tangan Daffin.

"Get off, Or I'll broke your arm" desis Radit.

"Lo sinting! Dia manusia, bukan hewan peliharaan Lo!"

Radit tak menjawab ucapan cowok itu, ia menatap Daffin dengan pandangan kosong.

"Dia bilang dia mau kembali ke dunia nya, gue ga mau kehilangan dia lagi" ucap Radit pelan.

"Lo--" ucapan Daffin terhenti, ia mengusap wajahnya frustasi. Ia Ingin menangis saat mendengar Radit berbicara seperti tadi. Daffin tau betul bagaimana keadaan Radit saat Aerin menghilang dahulu.

Cowok itu hampir bunuh diri.

Dan jangan sampai kejadian itu kembali terulang, ia benar-benar tak tega melihat keadaan Radit. Kemungkinan besar cowok itu akan kembali mencoba bunuh diri.

"Dimana apartment nya?" Tanya Daffin akhirnya.

"Lo ga perlu tau"

"Dia perlu makan anjing!"

"Ada bi Ratih"

Daffin kembali meraup mukanya dengan frustsi. Dia benar-benar akan sinting mengurusi kedua orang ini. Dirinya bangkit lalu beranjak dari sofa dan kembali menatap Radit lagi.
"Lo--" tunjuk Daffin ke Radit.
"Jangan minum banyak-banyak" lanjutnya kemudian kembali berjalan keluar dengan mengacak rambutnya sendiri.

___

Daffiin kembali menjambak rambutnya sendiri. "Tulisannya makin banyak yang muncul, gue yakin Aerin udah mimpiin semua ini"

"Gue harus bilang apa ke Radit kalo bentar lagi Aerin pasti bakal ngilang lagi" Racau Daffin pada dirinya sendiri. Dirinya menatap buku dihadapannya dengan frustasi.

"Anjing lah!" Maki Daffin, cowok itu harus segera mencari cara agar Aerin tidak menghilang lagi seperti dahulu.

Tapi bagaimana? Dia benar-benar pusing sekarang. Apa ia bakar saja buku ini? Tapi kalau Aerin menghilang untuk selamanya bagaimana?

Daffin menatap buku itu lagi, sebuah novel berjudul 'reminiscent'. Buku yang Daffin buat saat ia masih SMP, dimana pemeran utamanya adalah Daffin sendiri dan Aerin, buku dimana ia membuat karakter Aerin menjadi anak dari orang tua yang tak pernah memperdulikannya, buku dimana Aerin hidup dalam kemiskinan dan kesusahan.

Namun dibalik semua itu, dia menciptakan karakter seorang adik yang sangat menyayangi Aerin. Karakter yang Daffin buat sangat mirip dengan Nio, adik kelas nya dulu yang sering sekali mengekorinya kemana pun Daffiin berada. Dia membuat karakter Nio karena terinspirasi dari sifat cowok itu yang lucu dan penyayang. Dan karakter Nio yang ia buat ternyata wujudnya benar-benar persis seperti Nio asli, karena saat Aerin pertama kali melihat Nio disini, dia langsung mengenali cowok itu sebagai adiknya.

Daffin membolak-balik buku itu, dirinya dengan sinting dan bodoh mencoba menghapus tulisan bertinta pena itu menggunakan penghapus pensil, mencoba segala kemungkinan dan keajaiban yang ada. Namun ia merutuki dirinya sendiri saat meoihat tulisan itu tetap saja berada disana.

Pikiran Daffin tiba tiba kembali mengingat saat ia SMP kelas 8, saat pertama kali Aerin muncul menjadi wujud asli, cewek itu memanggilnya dan mengatai nya bodoh karena tak mengenalinya.

Mana Daffiin tau kalau Aerin saat itu adalah karakter novel yang dirinya buat, ia baru mengetahui itu saat cewek itu menyebutkan nama lengkap cewek itu dan menceritakan kejadian-kejadian yang bahkan tak pernah Daffin alami, namun pernah Daffin tulis didalam novel. Daffin percaya karena ia sama sekali tak pernah memberi tahu isi novelnya sama sekali kepada orang lain.

___

Maaf ya, di bab ini aku bikin Radit jadi agak toxic🙏

Apa udah ada yang bisa nebak alurnya? Karen aku baca komen kemarin pada ga ngerti🥲

Tenang, semua kebingungan kalian mungkin bakal terjawab di bab selanjutnya.

Arigatou gozaimasu🙇

27 Juli 2022

Somewhere in Neverland [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang